Kamis, 28/10/2021, 22:19:51
Aktualisasi Pembelajaran Era Pandemi Covid-19
Oleh: Siti Nafisha Amalia
--None--

ADAPTASI perubahan kebiasaan baru menjadi kata yang paling sering diucapkan saat ini. Hal ini dikarenakan adanya wabah Covid-19 yang menjadi momok menakutkan bagi seluruh dunia. Membuat dan memaksa semua orang harus berani untuk menyesuaikan diri, serta harus hidup berdampingan dengan wabah Covid-19 yang sangat menakutkan ini.

Meskipun kasusnya belum bisa dikatakan terkendali, relaksasi yang menjadi tahapan transisi setelah kebijakan Plonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadi pilihan yang paling masuk akal saat ini. Kesehatan dan keselamatan warga tetaplah diutamakan. Namun, sektor-sektor lain perlahan-lahan juga harus digerakan, khususnya perekonomian.

Selain perekonomian yang menyangkut hajat hidup orang banyak, sektor pendidikan secara bertahap juga melakukan proses transisi dengan membuka sebagian sekolah dan melakukan model pembelajaran tatap muka di kelas, diperuntukkan bagi sekolah-sekolah yang berada di zona hijau.

Pandemi Covid-19 sangat berdampak pada dunia pendidikan seluruh dunia. Adanya wabah Covid-19 ini menghambat kegiatan belajar mengajar di sekolah yang biasanya berlangsung secara tatap muka. Akan tetapi, pandemi ini mampu mengakselerasi pendidikan 4.0 yang sistem pembelajarannya dilakukan dengan jarak jauh, dengan cara memanfaatkan teknologi.

Namun, ada tantangan besar dalam pelaksanaan model pembelajaran jarak jauh. Salah satunya, aktivitas akademis yang belum terbiasa menggunakan sistem pembelajaran bersifat blended arau sepenuhnya online.

Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. apt. Agung Endro Nugroho, menyampaikan di era revolusi industri 4.0 dunia pendidikan tinggi termasuk Farmasi menghadapi tantangan dengan berbagai perubahan yang ada. Ditambah adanya pandemi Covid-19 menuntut pendidikan tinggi untuk bisa melakukan penyesuaian dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satunya mengubah metode pembelajaran tatap muka (luring) menjadi daring saat pandemi.

Pandemi Covid-19 yang melanda sangat luas mendunia hingga telah sampai ke Indonesia sejak awal Maret 2021, membuat dunia pendidikan terkena imbasnya. Proses kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilakukan oleh pendidik dan peserta didik dengan proses tatap muka, terpaksa harus dilakukan secara daring atau online.

Hal ini ternyata menimbulkan berbagai reaksi, mulai dari pendidik, peserta didik, orang tua, hingga para pengamat pendidikan. Peserta didik di paksa harus mengikuti program proses belajar mengajar secara luar jaringan (luring). Tidak semua peserta didik memiliki gadget yang bisa digunakan selama proses pembelajaran menggunakan media online. Selain permasalahan itu hal lainnya juga bisa terjadi karena jaringan yang sangat lambat pada saat mengerjakan soal-soal yang diberikan melalui pembelajaran online.

Situasi pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, pada acara Medan Internasional Concerence On Energy And Sustainability, Selasa (27/10).

Pada saat ini pandemi menjadi tantangan dalam mengembangkan kreativitas terhadap pengguna teknologi, bukan hanya transmisi pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik.

Nizam juga menjelaskan “Masa pandemi ini dapat melatih serta menanamkan kebiasaan menjadi peserta didik yang mandiri melalui berbagai kelas daring atau webinar yang diikuti oleh peserta didik. Selain itu, peserta didik juga dapat bekerja sama satu dengan yang lainnya untuk menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran serta menghadapi permasalahan nyata yang ada. Beliau juga menambahkan bahwa situasi ini bukan hanya tantangan bagi peserta didik saja, namun juga para pendidik dalam menyampaikan edukasi dimana para pendidik perlu memastikan peserta didik memahami materi pembelajaran.

Pembelajaran daring menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dengan situasi Indonesia yang memiliki ribuan pulau. Bagaimana teknologi dapat digunakan, bagaimana penyediaan akses internet pada daerah-daerah terpencil di mana barang elektronik tanpa akses internet pun masih menjadi satu kemewahan.

Pandemi ini merupakan sebuah tantangan bagi semua pihak untuk bekerja keras bersama bagaimana membawa teknologi menjawab permasalahan nyata yang terjadi pada peserta didik yang kurang beruntung dalam hal ekonomi maupun teknologi yang berada di daerah-daerah terpencil.

Dalam perjuangan dimasa yang mencengkam ini, peran orang tua juga sangat penting untuk memperhatikan peserta didik saat pengerjaan tugas yang di berikan oleh pendidik. Karena peran orang tua yang mulanya menjadi tanggung jawab bagi para pendidik saat proses pembelajaran tatap muka di sekolah, dengan begitu mau tidak mau orang tua juga berkontribusi ikut membantu proses pemberian pemahaman edukasi peserta didik karena pemberian materi bisa berhasil selama ada kolaborasi atau kerja sama yang baik antara pendidik, peserta didik, dan orang tua.

Apalagi dimasa Pandemi Covid-19, proses pembelajaran tatap muka di sekolah di lakukan di rumah. Tugas orang tua juga bertambah karena harus bisa memperhatikan dengan baik perkembangan dan perubahan karakter yang terjadi pada peserta didik, serta mengawasi saat peserta didik menggunakan gadget agar tidak di gunakan untuk hal-hal yang tidak penting yang dapat merusak etika, moral, dan karakter semua peserta didik. Perjuangan yang harus dilakukan seorang pendidik adalah membentuk karakter-karakter untuk para peserta didik.

(Siti Nafisha Amalia adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, FKIP, Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita