"Semoga umur secukupnya, rejeki secukupnya dan Amal Baik semaksimalnya"
PanturaNews (Tegal) - Burung-burung bernyanyi riang, daun menabur berguguran bersama doa yang melangit. Di halaman Bu Ning sebutan tetangga bagi istri mendiang penyair Angkatan 66 Piek Ardiyanto Supriyadi, Hj. Itiningsih binti Sumarjo mengajak beberapa orang minum teh bersama di usianya yang ke 89 tepat di Plataran Sastra, Marpangat Kota Tegal, Rabu Pahing 29 Oktober 2025.
Dihadiri oleh 17 orang dari murid, teman, tetangga, anak dan keluarga bu piek ucapan dan doa mengalir deras mulai Dari Yono Daryono, Atmo Tan Sidik, Enthieh Mudakir, Abdullah Sungkar, HM Prasojo, Maufur Abdul Azis, Farhendi, Lanang Setiawan serta beberapa tamu undangan. Tak lupa sebuah kado istimewa di berikan yakni 89 telor asin yang diberikan.
"Telor asin ini adalah lambang keberhasilan. Saat ini baru 89 butir. Nanti akan bertambah setiap tahunnya," kata Atmo Tan Sidik sambil memberikan sekeranjang telor asin yang didampingi HM Prasojo.
Acara ngeteh bareng dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng serta sarapan bersama. Di serahkan oleh Rektor Universitas Bhamada, Ds. Maufur kepada Ibu Piek –sapaan akrab Hj. Itiningsih di kalangan seniman."Semoga umur secukupnya, rejeki secukupnya dan Amal Baik semaksimalnya".
Hal yang menarik dari acara pagi ini adalah hadirnya "Sunan Panggung" yang sengaja dihadirkan. Sunan Panggung yang dimaksud adalah paparan sejarah tentang Mbah Panggung, Sunan Panggung, Pangeran Panggung maupun Malang Sumirang yang di jabarkan oleh Yono Daryono, penulis naskah Drama Lakon Sunan Panggung.
Yono Daryono membuka diskusi dengan paparan tentang Sunan Panggung dan sejarah-sejarah singkatnya. Suriali Andi Kustomo selaku Ketua Dewan Kesenian Kota Tegal menanggapi serta menyampaikan bahwa kedepan akan ada diskusi tentang Sunan Panggung maupun Malang Sumirang yang akan dibahas selama 6 bulan berturut turut.
Paparan sejarah semakin gayeng dan mengalir merambah ke berbagai sejarah lain di Tegal. Semua yang hadir tentunya sangat bersemangat seperti semangat Ibu Piek pada pagi hari ini.
Setiap helaan napas adalah puisi kebaikan, setiap langkah adalah jejak keberkahan, dan setiap hari adalah anugerah yang tak ternilai. Demikian yang tertulis dalam sebuah bingkai gambar menghiasi meja.