Senin, 06/02/2023, 12:30:23
Mengenal Al-Khawarizmi, Tokoh Matematikawan Muslim Dunia
Oleh: Nurul Hidayah & Anwar Ardani, M,Pd.
--None--

MATEMATIKA adalah bidang ilmu, yang mencakup studi tentang topik-topik seperti bilangan, rumus dan struktur terkait, bangun dan ruang tempat mereka berada, dan besaran serta perubahannya.

Menurut Maryati dan Priatna (2017: 336), matematika adalah ilmu deduktif karena dalam proses mencari kebenararn harus dibuktikan dengan teorema, sifat, dan dalil setelah dibuktikan. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan nalar yang menggunakan istilah definisi dengan cermat, jelas dan akurat.

Nah, apasih yang pertama kali kita pikirkan ketika mendengar “Matematika”?. Kebanyakan dari kita berpendapat bahwa matematika itu ilmu yang rumit dan susah untuk dipahami. Padahal, pada dasarnya matematika merupakan metode belajar dengan berpikir dan bernalar. Matematika membantu seseorang untuk memutuskan dan membuktikan apakah suatu ide benar atau salah.

Jika dicermati dari masa ke masa, sepanjang sejarah peradaban manusia, matematika selalu menjadi bagian penting dari munculnya ilmu baru. Mulai dari teknologi komputer, astronomi, strategi militer, alat komunikasi, dan banyak lagi lainnya. Dalam hal ini matematika tentunya memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan sains.

Sebagai ilmu yang selalu menjadi hal yang menakutkan di kalangan pelajar, matematika justru semakin menarik untuk diketahui asal muasalnya dan peranannya dalam peradaban manusia.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang paling fundamental. Ada beberapa tokoh yang berperan sangat penting dalam menemukan banyak hal yang berhubungan dengan matematika, seperti Leonardo da Pisa, Al-Khawarizmi, Pythagoras, Archimedes dan masih banyak yang lainnya. Di antara  tokoh-tokoh tersebut terselip seorang ilmuan muslim Islam penemu konsep matematika, beliau ialah Al-Khawarizmi.

Biografi Singkat Al-Khawarizmi:

Al-Khawarizmi memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Ia lahir pada 780 Masehi di Khawarizm (sekarang Khiva, Uzbekistan). Ketika Khalifah Abbasiyah, Al-Ma'mun mendirikan House of Knowledge di Baghdad pada tahun 832 M, Al-Khawarizmi dipanggil ke kota secara pribadi. Ia kemudian diangkat menjadi anggota Bayt Al-Hikmah yang disebut juga sebagai House of Wisdom di Kota Baghdad.

Bayt Al-Hikmah adalah Lembaga penerjemah, pusat dari penelitian ilmu pengetahuan, juga merupakan perpustakaan besar yang didirikan oleh khalifah Harun Ar-Rasyid. Tempat tersebut menjadi tempat berkumpulnya para ilmuan.

Al-Khawarizmi dan rekan-rekannya, harus bekerja menerjemahkan teks Yunani dan India kuno. Kontribusi Al-Khawarizmi dimulai dengan penerjemahan teks Yunani dan Hindu. Dari buku besar India pada bidang matematika, untuk membuka Semesta, Al-Khawarizmi mengembangkan ide nol (zero) sebagai nomor.

Hal ini membuka dunia baru bagi matematika. Dengan sistem nomor 0 sampai 9, Al-Khawarizmi mampu mengembangkan aljabar, yang awalnya digunakan untuk menghitung hukum waris alam. Dia mengembangkan geometri Yunani, dan mengembangkan ide-ide dasar matematika (Fathurrahman Muhtar, Jurnal Beta (2014)).

Penemuan dan Karya Al-Khawarizmi di Bidang Matematika

Kecintaan Al-Khawarizmi terhadap ilmu pengetahuan mendorongnya untuk mempelajari bahasa Yunani dan bahasa Sansekerta. Setelah mahir dan menguasai bahasa-bahasa tersebut, Al-Khawarizmi mulai menerjemahkan beberapa buku. Seperti kitab India berjudul Siddhanta yang berisi tentang ilmu astronomi, ia menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab.

Dia kemudian berhasil menerjemahkan buku geografi karya ilmuwan Yunani Ptolemy. Keterbukaannya dalam menyerap ilmu pengetahuan dari manapun membuat Khawarizmi menghasilkan banyak karya. Salah satu karya terbesarnya adalah Aljabar. Bukunya yang berjudul Al-kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing) menjadi landasan penting dalam aljabar modern. Aljabar juga merupakan materi yang banyak dipelajari di dunia hingga saat ini.

Karya ini tidak lepas dari pemikiran ilmuwan Yunani bernama Diophantus. Berbeda dengan karya Diophantus, Al-Khawarizmi banyak menemukan masalah dan kesalahan yang cukup sulit untuk dipahami. Dari situ, Al-Khawarizmi mulai memperbaiki dan menyelesaikan Aljabar. Dia mengembangkan tabel trigonometri terperinci yang berisi fungsi sinus, cosinus, tangen, kotangen, dan konsep diferensiasi. Karena penemuannya itu, Al-Khawarizmi disebut sebagai “Bapak Aljabar”.

Bahkan para ilmuan Barat dan Eropa pun mengakuinya. Al-Khawarizmi menjadi orang pertama yang mengajarkan Aljabar dalam bentuk dasar. Ia juga dikenal sebagai penemu rumus ilmu ukur, penyusun daftar logaritma dan kalkulator desimal.

Al-Khawarizmi ilmuwan Islam yang pertama kali mengembangkan teori nomor dalam matematika. Al-Khawarizmi telah menemukan konsep-konsep nomor diluar yang telah dikenal di Yunani, dan telah menemukan metode-metode baru tentang perhitungan angka.

Salah satu kontribusi paling penting dari kehidupan al-Khwarizmi adalah perannya dalam penciptaan sistem bilangan cacah yang dimulai dari angka 0. Di Eropa, sistem nomor populer adalah sistem angka Romawi. Berdasarkan huruf abjad, angka Romawi membuat perhitungan sederhana menjadi sulit dan perhitungan yang kompleks.

Al-Khawarizmi kemudian mempopulerkan penggunaan angka 0. Ia adalah orang pertama yang menjelaskan penggunaan angka selain dari angka romawi. Kini karya aritmatikanya ada dalam bukunya al-Jam' wat-Tafriq bi-Hisab al-Hind (The Book of Addition and Subtraction According to The Hindu Calculation). Di dalamnya Al-Khawarizmi memperkenalkan penggunaan angka 1 sampai 9 serta 0.

Nah, melalui kitab-kitab pemikiran Al-Khawarizmi inilah orang Eropa  mengganti metode belajar yang semula menggunakan angka romawi menjadi menggunakan angka 0 untuk memudahkan perhitungan 10, 100, 1000, dst (Fathurrahman Muhtar, Jurnal Beta (2014)).

Selain itu, Al-Khawarizmi juga mengenalkan konsep Algoritma, yang pengaruhnya sangat besar bagi perkembangan ilmu teknologi saat ini. Ia adalah ilmuan islam yang menyumbangkan pemikiran terbesarnya dalam dunia matematika. Karya-karyanya sangat berpengaruh bagi peradaban manusia. Tanpa pemikiran yang luar biasa darinya, dunia matematika saat ini akan sangat berbeda.

Tentunya dalam mencapai kerberhasilannya menemukan konsep baru dalam bidang matematika, ia merupakan sosok yang memiliki rasa ingin tahu besar dan juga mencintai ilmu pengetahuan sehingga ia bisa terus mengembangkan pemikirannya.

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita