JAMU merupakan minuma atau ramuan obat herbal tadisional yang diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan dan juga dapat menyembuhkan suatu penyakit. Jamu merupakan warisan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Menurut Sinaga (2008), jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan dalam bentuk serbuk, seduhan, pil atau cairan. Jamu harus memenuhi standar keamanan dan standar mutu, tetapi tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, cukup dengan bukti empiris.
Menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonimis. Sedangkan bugar adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh energi dan setelah menyelesaikan kegiatan tersebut masih memiliki semangat dan tenaga cadangan untuk menikmati waktu senggang dan siap untuk melakukan kegiatan lain yang mendadak atau tidak terduga.
Jamu diketahui berasal dari bahasa Jawa seta mulai dipakai pada abad 16 Masehi. Kata jamu berasal dari kata ‘Djampi’ dan ‘Oesodo’ yang secara harfiah diatikan sebagai ‘obat’ dan ‘doa’. Jamu pertama kali muncul pada zaman Kerajaan Mataram atau sekitar 1300 tahun yang lalu. Keberadaan jamu sejak zaman dahulu dapat dilihat dari penemuan prasasti Madhawapura dari peninggalan kerajaan Hindu-Majapahit yang menyebut adanya profesi ‘tukang meracik jamu’ yang disebut Acaraki. Kebiasaan masyarakat terdahulu yaitu meracik dan meminum jamu untuk memelihara kesehatan, hal ini menjadi salah satu alasan pendukung masyarakat Indonesia untuk membuat dan mengonsumsi jamu.
Keuntungan dari mengonsumsi jamu yaitu efek samping yang ditimbulkan lebih rendah, biasanya dalam suatu ramuan dengan komponen bebeda memiliki efek/khasiat yang saling mendukung, dan pada satu bahan/tanaman tradisional dapat memiliki lebih dari satu efek farmakologinya.
Melansir dari laman Ismafarsi, penggunaan obat tradisional memiliki beragam kelebihan dibandingkan dengan obat modern. Kandungan senyawa di dalam obat tradisional memberikan efek komplementar (saling melengkapi) atau efek sinergisme (memiliki efek serupa/sama). Satu tanaman obat memiliki kandungan lebih dari satu senyawa kimia. Dengan kata lain, satu obat tradisional yang umumnya terdiri dari berbagai jenis tanaman obat terkandung beragam senyawa kimia yang dapat memberikan efek saling mendukung untuk mencapai tujuan pengobatan.
Bahan-bahan alam yang sering dibuat jamu rumahan yaitu kunyit, kencur, jahe, temulawak, serai, asam jawa dan sebagainya. Bagaimana cara memilih tanaman obat sebagai bahan jamu yang baik? Saat akan membuat jamu, pilihlah tanaman obat yang bersih, segar dan terhindar dari hama atau organisme lain. Peralatan yang digunakan saat membuat jamu pun haus bersih. Seperti yang disampaikan oleh dr. Ratna Asih, M.Si dari Perkumpulan Dokter Pengembangan Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dalam webinar Geriatri TV (28/12/2020) bahwa, bahan ramuan tanaman obat seperti akar, rimpang, umbi, kulit batang, kayu, daun, bunga, dan buah harus segar.
Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan saat pemilihan bahan adalah kulit batang tidak retak; daun, bunga, kulit, umbi berwarna cerah, tidak berubah warna atau layu; tidak rusak oleh hama penyakit tanaman lainnya, tidak berjamur dan berlumut; bahan yang digunakan harus dicuci dengan air bersih dan mengalir; serta pembuatan ramuan menggunakan air bersih.
Ada beberapa jenis jamu rumahan yang dapat dibuat sendiri dirumah dan dengan bahan-bahan alami yang mudah didapatkan disekitar lingkungan antara lain:
Jamu Kunyit Asam.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu kunyit, asam jawa, gula merah, gula pasir, dan air. Cara membuatnya yaitu pertama parut kunyit yang sudah dibersihkan. Tambahkan air pada parutan kunyit, sambil diperas hingga sarinya keluar. Kemudian campur seluruh bahan, lalu rebus hingga airnya mendidih. Setelah mendidih, angkat dan dinginkan. Jamu kunyit asam siap dinikmati.
Jamu Beras Kencur.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu beras yang sudah direndam menggunakan air matang, gula aren, gula pasir, Himalayan salt, dan air. Cara membuatnya yaitu pertama rebus air yang sudah dicampur dengan gula dan garam. Sangria beras yang sudah direndam dengan air sebelumnya. Setelah disangrai, blender beras sampai halus. Kemudian blender semua bahan sampai halus dan bercampur. Setelah semua tercampur, saring dan siap dinikmati.
Jamu Jakutes:
Bahan-bahan yang digunakan yaitu jahe, kunyit, temulawak, sereh bagian putihnya saja, air dan madu. Cara membuatnya yaitu pertama kupas dan iris jahe, kunyit dan temulawak. Geprek sereh hingga keluar aromanya. Kemudian masukkan semua bahan kedalam panic, lalu tambahkan air dan rebus dengan api kecil sampai mendidih. Setelah itu angkat dan sajikan hangat dengan menambahkan madu secukupnya.
Khasiat jamu kunyit asam yaitu meredakan nyeri haid. Manfaat jamu kunyit asam sudah dipercaya sejak lama untuk mengurangi nyeri haid. Mengutip studi terbitan Biomedical and Pharmacology Journal (2020), kandungan kurkumin pada kunyit bekerja dengan cara mengurangi produksi prostaglandin, yaitu hormone yang menciptakan rasa sakit dan pembengkakan. Selain itu, kunyit asam juga berkhasiat sebagai antioksidan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mengendalikan gula darah serta mengelola suasana hati. Ini sebabkan karna adanya senyawa yang terdapat pada kunyit dan asam jawa.
Dilansir pada Hellosehat, senyawa kurkumin pada kunyit memiliki antioksidan tinggi yang baik untuk mengurangi peradangan tubuh dan membantu memerangi radikal bebas yang bisa merusak sel prankreas. Selain itu kandungan kurkumin pada kunyit membantu meningkatkan senyawa serotonin, dopamine, dan noepinefrin pada otak. Senyawa tersebut baik untuk mengelola mood agar tetapmerasa baik. Senyawa pada asam jawa dapat melawan parasite, bakteri, jamur dan virus penyebab berbagai penyakit.
Khasiat jamu beras kencur yaitu mengatasi gangguan pencernaan, antidiabetes, antibakteri, antioksidan, dan antiradang. Dilansir dari International Journal of Pharmacy and Pharmasceutial Sciences, jamu beras kencur membantu untuk mengatasi gangguan pencernaan misalnya sakit perut atau diare.
Tanaman kencur terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus yang dapat menyebabkan karies gigi. Selain itu menurut Halodoc.com, penelitian yang dilakukan Universitas Tanjungpura Pontianak, jamu beras kencur dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk emncegah penyakit diabetes. Jamu beras kencur memiliki kandungan senyawa fenolik yang bekerja sebagai antioksidan yang berkontribusi pada penyakit diabetes.
Khasiat jamu jakutes yaitu mengatasi panas dala dan meningkatkan daya taham tubuh. Dilansir dari Alodokter, jamu jakutes merupakan minuman herbal yang menyegarkan, campuran antara jahe, kunyit, dan temulawak. Ketiga bahan tersebut memiliki manfaat baik antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas perusak sel tubuh, sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Temulawak dipercaya memberi manfaat perlindungan pada organ hati, jahe berfungsi memperlancar peredaran darah dan menghangatkan badan, kunyit adalah antibiotic alami yang juga dapat melindungi pencernaan.
Jamu yang murni terbuat dari bahan-bahan alami tidak ada tambahan bahan kimia lain, kemungkinan efek yang dirasakan tepat dan efek samping yang ditimbulkan lebih sedikit. Mengonsumsi jamu sangat lekat dengan tradisi kebudayaan lokal bangsa Indonesia.
Apalagi pada masa pandemi seperti ini, dengan pembuatannya yang mudah tanpa ribet, bahan yang digunakan alami dan ada disekitar kita serta berbagai manfaat yang didapatkan dengan efek samping yang lebih sedikit, jamu rumahan sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi. Walaupun jamu lebih tepat disebut sebagai pencegahan, namun mengonsumsi jamu secara rutin dipercaya berkhasiat baik bagi kesehatan tubuh dan mengatasi berbagai gejala penyakit yang dirasakan. Oleh karena itu, mari mulai hidup sehat bugar dengan rutin mengonsumsi jamu rumahan.
(Anita Sofiana Putri adalah Mahasiswa Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Program Studi Farmasi. Tinggal di Ciklenteng, Cilibur, Paguyangan, Brebes)