SATU hal yang terus menerus jadi perbincangan sejak awal 2023 adalah soal menurunnya daya beli masyarakat Indonesia. Hal ini terliat sejumlah sinyal pelemahan daya beli terdeteksi, seperti merosotnya permintaan domestik.
Akan tetapi, benarkah daya beli masyarakat Indonesia saat ini tengah mengalami fase penurunan?
Untuk mencari tahu, saya coba bertanya langsung pada pelaku UMKM di Pasar Induk Bumiayu beberapa pada waktu lalu. Kenapa bertanya pada pelaku UMKM? Sebab, salah satu sektor yang terkena dampak penurunan daya beli itu adalah pelaku UMKM.
Menurut Diroh, salah satu UMKM yang saya tanya, jumlah omzet yang ia dapat belakangan ini tidak jauh beda dengan sebelum- sebelumnya, bahkan cenderung stabil.
“Biasa lah mas, namanya juga jualan kadang rame, kadang sepi, yang jelas sih jualan saya slalu habis, cuma waktu menghabiskannya agak lama” kata Diroh
Lain Diroh, lain juga pengakuan pedagang aksesoris hp yang memiliki lapak yang tak jauh dari lapak tempat Diroh. Menurutnya, belakangan ini sedang sepi pelanggan dan ketika tiba waktu Maghrib, biasanya ia mengaku sudah bisa menjual lebih dari 4 aksesoris
Dari sedikit wawancara saya dengan sebagian pelaku UMKM yang ada di sekitar pasar induk dan pasar seng, memang tidak bisa mencerminkan kondisi ekonomi nasional secara keseluruhan,
Sebab, mungkin saja penyebab mengapa ada yang masih memiliki omzet penjualan stabil karena sudah memiliki pelanggan tetap dan ditambah lagi sifat dari barang yang dijualnya termasuk dalam katagori barang fast moving.
Hal itu berbeda dengan penjual aksesoris HP yang barang jualannya tidak habis dikonsumsi langsung, karena memang mustahil banyak orang yang setiap hari membeli aksesoris Hp.
Di samping itu masyarakat juga kerap menganggap bahwa tanda-tanda daya beli masyarakat menurun setelah mengunjungi mal yang kebetulan sepi pengunjung dan banyak toko-toko di dalamnya sudah tutup.
Padahal pada saat bersamaan, banyak juga mal yang pengunjungnya ramai sekali, dan toko-tokonya meraih omzet penjualan lumayan tinggi. Artinya, kita tidak bisa menentukan daya beli masyarakat Indonesia turun atau naik hanya dari keluhan individu pelaku usaha atau melihatnya secara kasuistis.
Maka dari itu, untuk mengetahui apakah benar daya beli masyarakat Indonesia sedang turun, harus dilihat dari indikator-indikator yang valid dan bisa diukur secara komprehensif.
Faktor yang Memengaruhi Daya Beli Masyarakat: Jika berbicara mengenai daya beli masyarakat, sebaiknya kita pahami dulu apa sebenarnya yang dimaksud dengan daya beli masyarakat itu.
Yang dimaksud dengan daya beli masyarakat, adalah seberapa tinggi tingkat kemampuan masyarakat dalam membeli barang atau jasa yang dibutuhkan. Selanjutnya, daya beli masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
Pertama, perubahan harga. Faktor yang menjadi penentu daya beli masyarakat adalah harga barang dan jasa.
Semakin tinggi harga jual sebuah barang atau jasa, maka daya beli masyarakat akan cenderung menurun. Sebaliknya, jika harga jual barang atau jasa tergolong rendah, maka daya beli masyarakat akan cenderung naik.
Apabila perubahan harga terus menunjukan kenaikan secara konsisten dan terus menerus, maka akan timbulah apa yang kita kenal dengan istilah inflasi.
Kondisi ini dapat terjadi apabila permintaan atas suatu barang dan jasa tinggi, sementara stok barang dan jasa yang ada terbatas, sederhananya supply dan demand-nya tak seimbang, karena berbagai alasan.
Jika inflasi tidak bisa dikendalikan, penurunan daya beli masyarakat akan menjadi sebuah keniscayaan.
Kedua, pendapatan riil masyarakat yang dihitung dari jumlah pemasukan setelah disesuaikan dengan perubahan harga.
Maksudnya, jika pendapatan masyarakat naik karena pemerintah menaikkan UMR, tetapi pada saat bersamaan harga barang dan jasa juga mengalami kenaikan, maka otomatis daya beli masyarakat akan cenderung stagnan.
Bahkan bisa jadi malah merosot karena presentase kenaikan barang dan jasa justru lebih tinggi daripada kenaikan pendapatan masyarakat.
Kondisi tersebut juga bisa diperparah dengan menyusutnya lapangan pekerjaan. Minimnya ketersediaan lapangan kerja tentu akan membuat angka pengangguran bertambah.
Bertambahnya angka pengangguran ini otomatis juga akan membuat masyarakat kehilangan daya beli karena tidak bisa menghasilkan uang. Penurunan atau peningkatan daya beli masyarakat itu sebenar bersifat interdependensi terhadap kondisi perekonomian nasional.
Level daya beli masyarakat sangat ditentukan oleh situasi perekonomian nasional, tapi pada saat bersamaan naik-turunnya daya beli akan berdampak terhadap perekonomian nasional.
Indikator untuk Mengukur Daya Beli Masyarakat: Selanjutnya, untuk bisa mengukur daya beli masyarakat, salah satunya bisa dilihat dari Indeks Keyakinan Konsumen. Survei ini dilakukan dan dirilis secara berkala oleh Bank Indonesia.
Survei ini terdiri dari dua jenis indeks, yakni pertama survei untuk mengukur tingkat kepercayaan konsumen terkait pendapatan saat ini dibandingkan enam bulan lalu, biasanya disebut Indeks Kepercayaan Konsumen Saat ini.
Kedua, Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi yang mengukur tingkat kepercayaan konsumen terkait kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Aspek-aspek yang diukur dalam kedua survei itu meliputi, lapangan pekerjaan, penghasilan, serta kegiatan usaha yang memengaruhi daya beli masyarakat.
Tujuannya dibuat indeks ini adalah untuk mengetahui dan melakukan evaluasi terhadap optimisme atau pesimisme konsumen atau masyarakat mengenai kondisi perekonomian.
Minat konsumen yang tinggi atau rendah untuk berbelanja akan berpengaruh terhadap iklim kegiatan industri dan bisnis di suatu negara. Angka Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang tinggi menunjukan konsumsi masyarakat naik dan daya beli masyarakat cukup baik. Sebaliknya, ketika angka IKK rendah artinya konsumsi masyarakat turun dan daya beli masyarakat turun.
Dalam indeks ini digunakan peniliaian angka 100, artinya jika indeks berada di atas angka 100 itu berarti kondisi konsumen/masyarakat optimis, sementara bila indeks berada di bawah 100 itu menunjukkan kondisi konsumen/masyarakat yang pesimis.
Pada bulan Oktober 2023, berdasarkan laporan BI tentang indeks kepercayaan konsumen menunjukan IKK mencapai angka 124,3. Itu artinya masyarakat konsumen/konsumen cenderung optimis terhadap kondisi perekonomian nasional.
Angka tersebut ternyata telah mengalami peningkatan dari sebelumnya 121,7di bulan September 2023 dan mengalami penurunan 125,2 di bulan Agustus 2023. Hal itu tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Oktober 2023 yang tercatat sebesar 134,2, lebih tinggi dibandingkan dengan 131,3 pada September 2023.
Meskipun Pemerintah dan BI memiliki optimisme bahwa daya beli masyarakat masih tetap terjaga.Ada yang tak beres soal daya beli masyarakat kita, meskipun memang belum sepenuhnya terjadi penurunan daya beli.
Alasan lain yang juga menyebabkan hal itu adalah, bisa jadi mayoritas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki penghasilan kurang dari 5 juta rupiah, sengaja menahan pengeluaran karena adanya kebutuhan lain, seperti biaya awal sekolah anak yang lebih diprioritaskan.
Indikasi lain yang menyebutkan bahwa daya beli masyarakat saat ini sedang dalam tren menurun adalah melandainya inflasi inti. Sebaliknya, jika inflasi inti naik maka menunjukan tren daya beli masyarakat tengah menggeliat naik.
Secara logika, jika memang benar daya beli masyarakat kita sedang menurun, tentu tingkat konsumsi rumah tangga juga tak akan setinggi itu. Di samping itu jika memang daya beli masyarakat turun, hal itu akan berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi kita.
Akan tetapi faktanya justru pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sudah hampir mendekati masa-masa sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Meskipun begitu, harus diakui bahwa daya beli masyarakat memang belum pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi COVID-19. Oleh sebab itu agar daya beli masyarakat bisa lebih menguat, pemerintah harus lebih agresif dalam membelanjakan anggarannya.
Meskipun bobot pengaruhnya terhadap peningkatan daya beli masyarakat tak terlalu signifikan, tapi paling tidak gelontoran belanja pemerintah itu akan memberi ruang bagi masyarakat untuk memperkuat daya belinya.