OBAT tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenic) atau ccampuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah digunakan sebagai pengobatan, dapat ditempatkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional, adalah tanaman strobilanthes crispus atau bias akita kenal dengan nama keji beling. Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat yaitu pada bagian daun.
Tanaman keji beling merupakan tanaman yang biasa dijadikan pagar atau pembatas antar kebun. Tanaman ini biasanya tumbuh berumpun, karena cabang ranting dan daun yang banyak. Tanaman ini juga bisa digunakan sebagai bahan obat herbal.
Menurut Departemen Kesehatan dan Kesejahteraaan Sosial RI, (2000), tanaman keji beling merupakan herbal berbatang basah, semak dengan tinggi 1-2 cm, batang beruas, bentuk bulat, berbulu kasar, percabangan monopodial, berwarna hijau, memiliki daun tunggal, berhadapan, lanset atau lonjong dengan bergerigi kasar, ujung meruncing, pangkal runcing, Panjang 9-18 cm, lebar 3-8 cm, bertangkai pendek, menyirip dan bewarna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir dan muncul di ketiak daun pelindung. Akar tunggang, bewarna cokelat muda.
Menurut Rahmat, (2005;5), keji beling atau nama saintifiknya strobilanthes crispus BI. Merupakan tumbuhan yang berasal dari madagaskar hingga ke Indonesia dan telah dikenal pasti buat pertama kalinya oleh Thomas Anderson (1832-1870) yang mengkelaskan tumbuhan ini di bawah spermatophyte. Daun ini dikenal dengan nama pecah beling, enyoh kilo, keci beling atau keji beling di Indonesia. Di Malaysia, pokok ini lebih dikenali dengan nama pecah kaca, pecah beling atau jin batu. Pokok mudah di tanam dan hidup subur di Malaysia. Daunnya telah digunakan secara tradisional untuk merawat kanker, kencing manis serta batu karang dan juga sebagai agen diuretic.
Menurut Wilda (2010;2), keji beling mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung di tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah dengan kondisi ekologis dengan syarat sebagai berikut. Hidupnya di ketinggian tempat 1m-1.000 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 2. 500 mm-4. 000 mm/tahun, iklimnya bulan basah (di atas 100mm/bulan) 8 bulan-9 bulan, bulan kering (di bawah 60 mmm/bulan) 3 bulan-4 bulan, hidup di suhu udara 200 C-250 C dengan kelembapan sedang, penyinaran sedang, testur tanah pasir sampai liiat, drainase sedang baik, ke dalam air tanah 25 cm dari permukaan tanah, ke dalam perakaran 5 cm dari permukaan tanah, kemasaman (pH) 5,5 – 7 dan kesuburan sedang. Spesies ini tumbuh di hutan, tepi sungai, tebing-tebing, dan sering di tanam untuk tanaman pagar di pekarangan atau taman.
Menurut hasil studi dari university sains Malaysia (2014), daun keji beling mengandung sejumlah antiosidan penting seperti polifenol, flavonoid, katekin, alkaloid, dan tanin. Kandungan tersebut sangat penting untuk melawan efek radikal bebas dalam tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dharma Dkk, 2014, menyatakan bahwa ekstrak etanol daun keji beling dapat meluruhkan batu ginjal karena memiliki aktivitas sebagai diuretic kuat. Selain itu daun keji beling juga memiliki manfaat sebagai antidiabetes, antikanker, antioksidan, diuuretik dan laxative (Preethi F. & Suseem SR., 2014).
Sebuah survey obat herbal di melayu pemukiman Gemencheh bagian negeri Sembilan, Malaysia mengungkapkan penerapan S. crispus untuk mengobati batu ginjal dengan cara daun dipanaskan lalu diletakan di pinggul (Ong & Noorzalina, 1999).
Keji beling mengandung flavonoid mekanisme kerjanya sebagai diuretic yaitu dengan cara menghambat ko-transpor dan menurunkan reabsorbsi ion natrium, kalium, dan clorin terjadi peningkatan elektrolit di tubulus sehingga terjadilah diuresis. Alkaloid bekerja langsung pada tubulus dengan cara meningkatkan ekskresi natrium dan clorin. Dengan meningkatnya ekskresi natrium juga akan meningkatkan ekskresi air dan menyebabkan volume urin bertambah (Nessa, 2013).
Hambali dkk, (dalam Yulia, 2010), menyatakan salah satu pengolahan tanaan keji beling menjadi obat herbal salah satunya dengan dijadikan menjadi sediaan Teh, teh herbal merupakan salah satu produk minuman dari tanaman herbal yang dapat membantu pengobatan suatu penyakit dan sebagai minuman penyegar tubuh. Pada proses pembuatan teh herbal daun keji beling, dari hasil pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan, proses pembuatan teh herbal daun keji beling melalui tahap yang pertama yaitu daun keji beling ditimbang sebanyak 100 g untuk setiap perlakuan. Selanjutnya di cuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel, setelah itu di cuci dan dikeringkan, lalu dilakukan pelayuan selama 18 jam pada suhu ruang yaitu 27 C, kemudian dilakukan perajangan menggunakan pisau yang bertujuan untuk memperkecil ukuran daun keji beling.
Kemudian daun keji beling dikeringkan dalam oven dengan suhu 50 C selama 120, 150, 180 dan 210 menit sesuai terjadinya penyerapan uap air pada daun keji beling yang telah dikeringkan. Kandungan kumis kucing di dalam keji beling di duga memicu hipotensi.
Kumis kucing juga diduga dapat menyebabkan tekanan darah menjadi tidak terkendali pada pasien yang sedang menjalani operasi. Untuk menghindari efek samping yang di timbulkan oleh daun keji beling, pengkonsumsi atau pengguna diharapkan tidak mengkonsumsi daun keji beling secara berlebihan.
(Miftahul Saldi adalah mahasiswa Prodi Farmasi Reguler Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tinggal di Desa Penggarutan, Kecamatan Bumiayu, Brebes)