Hj Tri Murdiningsih MPsi (Psikolog) anggota DPRD Brebes (Foto: Zaenal Muttaqin)
PanturaNews (Brebes) - Diantara tradisi saat Lebaran adalah saling memaafkan. Tradisi ini sangat baik, karena secara psikologis dalam dampak positifnya juga untuk pribadi maupun sosial.
"Saling memaafkan saat hari-hari Lebaran meupakan tradisi yang positif dan manfaatnya juga besar bagi kehidupan sosial," kata anggota DPRD Brebes, Jawa Tengah, Hj Tri Murdiningsih SPs MPsi (Psikolog), Senin 02 Mei 2022.
Menurut anggota Fraksi PDIP ini, salah satu kehidupan manusia adalah suka berbuat salah dan dosa. Manusia membutuhkan cara untuk menutupi kekurangannya itu, khususnya dosa yang terarah kepada sesama manusia.
"Saat orang lain berbuat salah dan dosa yang terarah kepada kita, kita diajari untuk memaafkan. Saat kita berbuat salah dan dosa kepada orang lain, kita diajari untuk meminta maaf," terangnya.
Dikatakan, dalam kehidupan sehari-hari ada saja perbuatan orang lain yang tidak berkenan bahkan menyakitkan hati kita. Bila kita menyimpannya dalam hati, rasa sakit itu ternyata menimbulkan berbagai dampak fisik dan psikologis.
"Sakit hati itu berdampak buruk bagi kesehatan jantung dan sistem peredaran darah," ucap Tri Murdiningsih, yang menjadi anggota DPRD Brebes dari Dapil 2 (Bumiayu, Paguyangan, Sirampog dan Tonjong) ini.
Secara psikologi, sakit hati juga menjadikan hati manusia dipenuhi marah, dendam dan benci kepada orang lain yang dianggap merugikannya. Ini menjadi sumber stres dan depresi manusia.
"Hati yang dipenuhi energi negatif, akan mengarahkan individu untuk berkata-kata yang destruktif, baik dalam bentuk perasaan, pengungkapan kemarahan di depan publik, maupun hujatan," ucap Tri.
Lebih lanjut Tri menjelaskan, untuk mencegah dampak buruk dari rasa sakit dalam hati itu dengan memaafkan. Sebab memaafkan itu proses untuk menghentikan perasaan dendam, jengkel, atau marah karena merasa disakiti atau didzalimi.
"Lebih dari itu, pemaafan juga proses menghidupkan sikap dan perilaku positif terhadap orang lain yang pernah menyakitinya," kata Tri.
Pemaafan dapat diartikan kesediaan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak menyenangkan yang bersumber dari hubungan interpersonal dengan orang lain dan menumbuhkembangkan pikiran, perasaan, dan hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain yang melakukan pelanggaran secara tidak adil.
"Memaafkan memang tidak mudah. Butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya. Adanya kebaikan bagi diri kita dan bagi orang lain akan menjadikan memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan," terang Tri.
Ditambahkan, memaafkan akan menjadikan seseorang jauh lebih tenang kehidupannya, tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama. Dan yang pasti, semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain.
"Ahli psikologi mempercayai bahwa memaafkan memiliki efek yang sangat positif bagi kesehatan. Pemaafan merupakan salah satu karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual," pungkasnya.