FILSAFAT pendidikan progresivisme yang dikembangkan oleh John Dewey, merupakan sebuah aliran filsafat yang menentang pendekatan otoriter dalam pendidikan.
Filosofi ini mengedepankan nilai humanisme sebagai dasar bahwa pendidikan harus didorong oleh kodrat internal, perkembangan pribadi yang bebas, dan ketertarikan siswa (Nuraeni, 2023).
Dengan Merdeka Belajar, pendekatan ini mengedepankan kebebasan dalam pembelajaran, memberi guru dan siswa ruang untuk berinovasi, dan menciptakan suasana pembelajaran yang lebih bahagia, memberikan peluang siswa berkembang sesuai minat dan kemampuan masing-masing (Noventari, 2020).
Dalam pengembangan kurikulum merdeka belajar di tingkat Sekolah Dasar, terutama berdasarkan pemikiran filsafat progresivisme, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan.
Pertama, pembelajaran masih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang diberi kebebasan untuk aktif belajar. Kedua, kurikulum yang ada belum cukup mengikuti perkembangan zaman dan belum mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa depan.
Ketiga, pendekatan progresivisme, yang menekankan keterlibatan aktif siswa, masih jarang diterapkan di Sekolah Dasar. Akibatnya, siswa kurang terlibat langsung dalam kegiatan belajar. Keempat, Kurikulum masih terlalu fokus pada teori dan pengetahuan, tanpa cukup memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan praktik.
Kelima, sistem pendidikan masih menggunakan sistem peringkat yang menyebabkan kesenjangan antar siswa.Empat komponen kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayan mengenai konsep "merdeka belajar" adalah sebagai berikut:
-1) Ujian Nasional (UN) akan digantikan dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter. Asesmen ini lebih menitikberatkan pada kemampuan penalaran literasi dan numerasi berdasarkan praktik terbaik tes PISA.
-2) Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) akan didelegasikan ke sekolah, memberikan kebebasan pada sekolah untuk memilih bentuk penilaian seperti portofolio, karya tulis, atau tugas lainnya.
-3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disederhanakan menjadi satu halaman saja untuk fokus lebih pada kegiatan pembelajaran.
-4) Sistem zona penerimaan peserta didik baru (PPDB) diperluas, dengan pengecualian daerah 3T. Peserta didik melalui jalur afirmasi dan prestasi akan mendapatkan kesempatan lebih besar dari sistem PPDB, dan pemerintah daerah memiliki kewenangan menentukan zona ini secara teknis (Kemendikbud, 2019).
Fokus merdeka belajar pada jenjang Sekolah Dasar adalah membentuk generasi unggul sejak dini. Siswa diberikan kebebasan untuk belajar, berkembang, berkreasi, dan mendapatkan pengajaran dari pendidik. Pendekatan ini juga menitikberatkan pada pembentukan karakter peserta didik melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek yang memperkuat nilai-nilai Pancasila.
Penelitian yang dilakukan oleh Usanto mengungkap, bahwa implementasi kurikulum merdeka belajar di SD Y Kabupaten Magelang yang dilaksanakan secara bertahap sebagaimana di tahun 2022 mulai diterapkan di kelas 1 dan 4.
Para guru juga telah mendapat diklat secara langsung terkait penerapan kurikulum merdeka dan dibantu dengan adanya aplikasi merdeka belajar yang bisa diakses guru kapan dan dari mana saja guna meningkatkan pemahamannya walaupun masih terdapat guru yang merasa bahwa pemahaman yang dimiliki belum optimal karena waktu yang begitu singkat.
Penerapan kurikulum merdeka berhasil menaikkan perolehan nilai rata-rata pemahaman murid khususnya di mata pelajaran PAI sebesar 10 poin yakni rata-rata dari 70 menjadi 80.
Jika kurikulum ini diterapkan sebagaimana mestinya sesuai dengan cara kerja kurikulum, bukan hal mustahil apabila pemahaman siswa semakin meningkat di mana pemahaman ini menjadi dasar atas implementasi ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa (Usanto, 2022).
Saat ini kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Merdeka. Di sekolah dasar, struktur kurikulum merdeka dibagi menjadi dua kegiatan utama yaitu Pembelajaran Intrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang disingkat P5.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang diterapkan di SD Labschool UNNES mampu meningkatkan jiwa berwirausaha, kemandirian, dan kerjasama antar siswa, SD Labschool UNNES mengambil tema “Kewirausahaan” berdasarkan rapat penentuan tema oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, dan Guru Kelas 1 dan Kelas 4.
Setelah melakukan analisis sekolah dengan berbagai pertimbangan, akhirnya diperoleh tema “Kewirausahaan”. Pertimbangan yang mendasari SD Labschool UNNES mengambil tema Kewirausahaan yaitu tingkat konsumtif siswa yang lumayan tinggi dibuktikan dengan observasi dan wawancara siswa yang ratarata setiap harinya pasti jajan ke kantin padahal sudah dibawakan bekal oleh orang tua.
Berdasarkan observasi kepada beberapa siswa, jajan ke kantin setiap harinya merupakan salah satu semangat siswa untuk jajan. Selain itu karena SD Labschool termasuk sekolah swasta yang orangtuanya kalangan menengah sehingga sangat mendukung jiwa berwirausaha siswa.
Jumlah seluruh siswa yang lumayan banyak yaitu 313 siswa juga mendukung kegiatan P5 tema wirausaha. Data jumlah seluruh siswa diperoleh dari hasil wawancara dengan Kepala SD Labschool UNNES, Bapak Muhammad Mukhlas S, Pd. Cuaca yang sangat panas saat siang hari juga menjadi pertimbangan untuk berwirausaha khususnya minuman.
Dalam konteks pengembangan kurikulum merdeka belajar di Sekolah Dasar, aliran progresivisme memiliki relevansi yang tinggi. Konsep merdeka belajar bertujuan untuk mengubah praktik pendidikan yang otoriter menjadi demokratis, menghargai potensi dan kemampuan anak, serta melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Dengan menerapkan aliran progresivisme, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat berkualitas, progresif, dan sesuai dengan harapan masyarakat. Dalam pengembangan kurikulum "merdeka belajar" untuk Sekolah Dasar yang mengadopsi filosofi progresivisme, kurikulum harus fleksibel, dinamis, tidak kaku, tidak terkait dengan doktrin, dan relevan dengan prinsip pengembangan pendidikan (Lidia Susanti & Eva Handriyantini, 2023).
Kurikulum ini fokus pada keterampilan berpikir dan berkerja, bukan hanya materi. Hal ini bertujuan memberikan siswa kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang selalu berubah. Pendidikan dalam konsep ini ditekankan berpusat pada siswa, dengan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah.
Kurikulum merdeka diterbitkan sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran. Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Demi mendukung usaha pemerintah dalam mencerdaskan anak bangsa, selain meningkatkan SDM, memperbaharui sarana dan prasana pembelajaran juga merupakan tugas wajib yang dilakukan pengelola lembaga pendidikan demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kemampuan yang dimiliki, guru harus mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam menggunakan teknologi dengan baik dan memiliki manfaat bagi proses pembelajaran.
(Mulyasa, 2021:1-2) Melalui perbaharuan sarana dan prasarana, serta memanafatkan teknologi dengan baik, niscaya sekolah bisa melakukan proses belajar mengajar secara optimal.
Menurut saya, Kurikulum Merdeka berlandaskan progresivisme, menjanjikan pembelajaran relevan, menarik, dan berpusat pada siswa melalui kebebasan belajar, pengembangan keterampilan abad ke-21 melalui P5, pengurangan kesenjangan, peningkatan kualitas guru, dan pemulihan pasca-pandemi.
Namun, implementasinya di lapangan menemui tantangan signifikan terkait kesiapan guru, perubahan paradigma mengajar, keterbatasan sumber daya, potensi beban kerja guru, keterlibatan orang tua, efektivitas P5, serta pemahaman asesmen holistik, sehingga keberhasilannya secara merata di Indonesia memerlukan upaya berkelanjutan, dukungan komprehensif, dan evaluasi cermat dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
Kekurangan dan kelebihan, harapan Kurikulum Merdeka adalah menciptakan pendidikan yang lebih relevan, memerdekakan, dan mengembangkan potensi siswa secara holistik melalui fleksibilitas, fokus pada keterampilan, dan asesmen yang komprehensif. Namun, implementasinya di lapangan terhambat oleh kesiapan guru yang belum optimal, kecenderungan metode pembelajaran konvensional, dan potensi keterbatasan pemahaman yang merata.
Meskipun ada contoh keberhasilan di tingkat sekolah tertentu, upaya berkelanjutan dan dukungan yang lebih luas diperlukan agar harapan Kurikulum Merdeka dapat terwujud secara merata di seluruh Indonesia.
Kesimpulannya: Kurikulum Merdeka, dengan landasan filosofi progresivisme, membawa harapan besar untuk mentransformasi pendidikan Indonesia menjadi lebih relevan, memerdekakan, dan mengembangkan potensi siswa secara holistik melalui berbagai inovasi dalam pembelajaran, asesmen, dan fokus pada pengembangan karakter serta keterampilan abad ke-21.
Meskipun demikian, realitas implementasi di lapangan menunjukkan adanya tantangan signifikan terkait kesiapan guru, kecenderungan metode pembelajaran ceramah, keterbatasan sumber daya, serta perlunya pemahaman dan dukungan yang merata dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan.
Sementara beberapa contoh implementasi awal memberikan indikasi positif terhadap peningkatan pemahaman siswa dan pengembangan aspek-aspek penting lainnya, mewujudkan harapan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh dan merata di seluruh Indonesia memerlukan komitmen berkelanjutan, dukungan komprehensif, evaluasi yang cermat, dan adaptasi yang responsif terhadap dinamika di lapangan.
Dengan mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi yang ada, Kurikulum Merdeka berpeluang besar untuk menjadi pendorong kemajuan pendidikan yang signifikan di Indonesia.