Petugas memeriksa tempat kejadian perkara hanyutnya pasangan suami istri di Sungai Jibosole, Kecamatan Ketanggungan. (Foto: Dok/Takwo Heriyanto)
“Saat ini baru Ibu Karsem saja yang berhasil ditemukan, sedangkan suaminya Bapak Abu Yazid masih dalam pencarian tim gabungan dengan warga sekitar,”
PanturaNews (Brebes) - Warga digegerkan dengan adanya satu dari dua orang pasangan suami istri (pasutri) yang hanyut di Sungai Jibosole, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Selasa 15 Februari 2022.
Danramil 15 Ketanggungan Kodim 0713 Brebes, Kapten Arhanud Nediono menerangkan, kedua korban yang merupakan pasutri ini, adalah petani warga Desa Sindangjaya (Sinjay) RT. 019 RW. 004, Ketanggungan, yakni Karsem (58), dan Yazid (69).
“Saat ini baru Ibu Karsem saja yang berhasil ditemukan, sedangkan suaminya Bapak Abu Yazid masih dalam pencarian tim gabungan dengan warga sekitar,” ujar Kapten Arhanud.
Kronologi kejadiannya, terang Kapten Arhanud, korban itu kesehariannya melintasi sungai tersebut untuk pulang-pergi berkebun.
Hari itu kebetulan sedang panen jagung dan mereka pun pergi pagi hari. Kemudian pada pukul 12.30 WIB, keduanya pulang ke rumah untuk istirahat makan sekaligus menunaikan shalat dzuhur.
Selanjutnya, sekitar pukul 15.30 WIB, keduanya kembali berangkat ke kebun untuk melanjutkan panennya. Setengah jam berselang, cuaca di wilayah Desa Sindangjaya tiba-tiba memburuk, yaitu datangnya hujan deras sehingga segera menyebabkan peningkatan debit air di Sungai Cikamuning-Jibisole.
“Nah pas menjelang magrib atau sekitar pukul 17.30 WIB, Pak Yazid dan Ibu Karsem memaksakan diri pulang ke rumah dan memaksakan diri juga untuk menyeberangi Sungai Cikamuning-Jibosole dimana arus air mulai deras-derasnya,” terang Arhanud.
Pada saat menyebrang itulah, lanjut Kapten Arhanud, kedua pasangan itu diterjang arus yang mendadak besar sehingga menghanyutkan keduanya.
Dia menambahkan, pencarian difokuskan memeriksa tumpukan sampah dan akar-akar pohon di sepanjang aliran sungai dan juga di bantaran sungai.
“Kita menghimbau warga setempat agar tidak memaksakan diri untuk berkebun di saat cuaca ekstrim, apalagi dengan menyeberang sungai besar dan sewaktu-waktu bisa berarus deras. Selain bahaya hanyut, cuaca ekstrim juga berpotensi terjadinya sambaran petir bagi petani yang sedang berteduh di bawah pohon atau di gubuk-gubuk sawah/lading,” pungkasnya.