IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) merupakan indeks yang mengukur kinerja seluruh saham yang tercatat di papan utama dan panel pengembangan BEI (Bursa Efek Indonesia).
Pada Senin, 3 November 2025, IHSG diprediksi bergerak dalam rentang 8.268–8.354, setelah pada perdagangan sebelumnya sempat ditutup turun tipis 0,21% ke level 8.043,82. (Bisnis.com).
Meskipun sempat terkoreksi, analis menilai ruang penguatan masih terbuka karena IHSG tetap berada di atas rata-rata pergerakan 20 hari (MA20). Beberapa saham yang disarankan untuk strategi buy on weakness dan sell on strength, yaitu BRMS, ISAT, PANI, dan SSMS.
Namun, pertanyaan yang harus dijawab adalah: apakah lonjakan IHSG ini bisa menjadi momentum emas untuk memulai bisnis baru?
-Stabilitas Ekonomi Sebagai Sinyal Positif
Dengan naiknya IHSG dan prospek penguatan pasar, kepercayaan investor terhadap perekonomian nasional juga semakin meningkat. Pada bulan Oktober, nilai tukar rupiah stabil, inflasi terkendali, yakni sekitar 0,05% (month-to-month), dan likuiditas pasar meningkat, dapat memberikan sinyal positif bagi pelaku usaha.
Berdasarkan tren optimisme, banyak sektor berpotensi mendapatkan dorongan tambahan. Menurut data pekan lalu, sektor teknologi (+1,71%), kesehatan (+3,34%), dan barang siklikal (+1,22%) tercatat sebagai kinerja terbaik. Ini menunjukkan arah baru bagi calon pengusaha untuk mengambil peluang pada sektor-sektor berbasis inovasi, digital, dan gaya hidup sehat.
-Peluang Bisnis di Tengah Optimisme Pasar
Momentum pergerakan positif IHSG dapat menjadi peluang bagi calon pengusaha yang siap mengambil risiko yang terukur. Kinerja saham yang membaik umumnya diikuti peningkatan konsumsi, investasi, dan permintaan produk baru.
Sektor seperti pertanian modern, teknologi finansial, energi terbarukan, dan logistik berpotensi tumbuh pesat seiring fokus pemerintah terhadap transformasi ekonomi berkelanjutan. Selain itu, peluang bisnis berbasis digitalisasi UMKM juga terbuka lebar karena dukungan investor terhadap startup lokal semakin kuat.
Namun, pelaku usaha tetap perlu waspada dan berpikir kritis. Fluktuasi pasar saham tidak selalu mencerminkan kondisi seluruh industri secara merata. Faktor utama untuk bertahan di tengah dinamika ekonomi global adalah strategi bisnis yang matang, riset pasar, dan pengelolaan modal yang efisien.
-Momentum untuk Transformasi dan Inovasi
Bagi pengusaha yang sudah memiliki bisnis, ekspansi dan inovasi adalah momentum yang bisa menjadi saat tepat. Keterbukaan pasar modal terhadap investasi baru membuka peluang pendanaan bagi perusahaan yang siap berkembang.
Dengan meningkatnya sentimen positif, pelaku bisnis dapat meningkatkan branding strategy, memperluas jaringan digital, dan menerapkan inovasi teknologi berbasis efisiensi.
Kunci keberhasilan dalam situasi ini adalah adaptasi dan melihat bagaimana kondisi pasar. Pemenang di tengah perubahan era ini dapat tercapai apabila bisnis dapat memprediksi arah market, berinovasi sesuai kebutuhan konsumen, dan menjaga keberlanjutan operasional.