KURIKULUM merupakan elemen penting dan wajib dalam lembaga pendidikan, yang berperan sebagai perangkat pembelajaran yang mencakup perencanaan kegiatan pembelajaran dalam rangka memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui serangkaian kegiatan pembelajaran (Rachman et al., 2021; Sumarsih et al., 2022).
Tujuan adanya pengembangan kurikulum ini, sebagai bentuk respons evaluasi dari permasalahan permasalahan yang ada pada kurikulum sebelumnya dan juga mengembangkan fungsi adaptif pada lingkungan.
Kurikulum merdeka yang dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2022 ini merupakan adaptasi saat masa pandemi Covid yang menekankan adanya teknologi untuk melangsunhkan pembelajaran. Kurikulum merdeka ini masih dilangsungkan hingga sekarang.
-Implementasi Kurikulum Merdeka:
Implementasi Kurikulum Merdeka di SD memerlukan persiapan yang matang dari berbagai pihak, termasuk guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan setempat. Berikut beberapa langkah strategis yang diambil dalam penerapan kurikulum ini:
-1. Pelatihan dan Peningkatan Kompetensi Guru: Guru perlu dilatih untuk memahami konsep dan pendekatan baru yang diperkenalkan dalam Kurikulum Merdeka, termasuk penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek, penilaian formatif, dan pengintegrasian profil Pelajar Pancasila.
-2. Pengembangan Modul Ajar yang Fleksibel: Sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan modul ajar sesuai konteks lokal. Selain itu, Kemendikbudristek juga menyediakan Platform Merdeka Mengajar sebagai sumber referensi dan materi pembelajaran.
-3. Peningkatan Fasilitas dan Infrastruktur Sekolah: Untuk mendukung pembelajaran yang inovatif, sekolah-sekolah perlu dilengkapi dengan fasilitas dan sarana yang memadai, termasuk akses internet dan teknologi digital.
-4. Kolaborasi dengan Orang Tua dan Masyarakat: Dalam Kurikulum Merdeka, peran orang tua dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di luar sekolah.
Dalam mengaplikasikan kurikulum merdeka tentunya guru mempunyai tantangan dan permasalahan yang harus dihadapi, terutama di era teknologi ini. maka guru diharapkan lebih melek dan menguasai teknologi. Berbagai respon guru terhadap kurikulum merdeka ini awalnya guru merasa lebih susah dipahami dan memerlukan banyak pelatihan.
Akan tetapi, pada kurikulum merdeka ini memiliki implikasi bahwa guru perlu menggunakan model pembelajaran abad ke-21 dalam menerapkan kurikulum merdeka di sekolah. Pendidikan pada era ini menuntut pengetahuan (knowledge) dan teknologi (technology) dalam pengembangan siswa sebagai sumber daya manusia di masa depan.
Oleh karena itu, diharapkan siswa memiliki keterampilan 4C, yaitu berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), dan kreativitas (creativity), agar mampu beradaptasi dalam berbagai situasi.
Selain itu, kurikulum merdeka membawa banyak hal baru yang perlu dipelajari secara lebih mendalam oleh guru, termasuk dalam penyusunan modul ajar, perencanaan asesmen diagnostik, penilaian sumatif, dan penguatan profil pelajar Pancasila.
Namun, terdapat kekurangan dalam implementasi proyek profil pelajar Pancasila tersebut. Kekurangan tersebut terkait dengan kurangnya perancangan yang terstruktur. Akibatnya, sekolah hanya melaksanakan proyek tersebut sebagai kegiatan sementara dalam satu semester.