Wakil Ketua DPRD KOta Tegal KH Habib Ali, memimpin rapat pertemuan antara warga RW 10, Pabrik Obat Nyamuk dan anggota DPRD
PanturaNews (Tegal) – Sejumlah warga RW 10 Kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal, Jawa Tengah, yang rumahnya berdekatan dengan pabrik obat nyamuk Kingkong, mengadu ke DPRD setempat karena rumah selalu kotor akibat debu yang dikeluarkan dari cerobong pabrik obat nyamuk Kingkong, Senin 12 September 2022. Warga juga keluhkan suara mesin pabrik sehingga mengganggu istirahat saat malam hari.
Ketua RW 10 Imam Chaerun didamping Ketua RT 08/10, Kelurahan Mintaragen, mengeluhkan debu dari sisa pembakaran obat nyamuk yang mengotori rumah warga dan warga minta agar cerobong ditinggikan. Warga juga minta suara bising dari mesin bisa diredam dan limbah cair jangan dibuang ke saluran warga.
“Kami warga RW 10, keluhkan polusi udara berupa debu (batubara) sisa pembakaran yang dikeluarkan dari cerobong obat nyamuk Kingkong untuk ditinggikan atau diperbaiki. Warga juga keluhkan suara bising, terutama saat malam hari. Serta limbah cair jangan dialirkan ke saluran warga, karena menyebakan pendangkalan,” kata Imam Chaerun.
Menurut Imam Chaerun, warga paling terdampak berada di RT01, 02, 03, 04, 07, 08,10 dan 14. Karena berdekatan sekali dengan pabrik.
"Karenanya, kami berharap agar cerobong ditinggikan dan diperbaiki dan suara mesin dapat diredam. Demikian juga, IPAL dan jalan yang rusak juga diperbaiki," kata Imam.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tegal Nani Lestari mengatakan, pihaknya memang sudah menindaklanjuti dan membuat surat kepada perusahaan terkait aduan masyarakat itu. Selain itu, pihaknya telah melakukan sidak di lapangan.
"Hasilnya, memang belum ada pemenuhan baku air limbah dan IPAL sesuai standar teknis. Karenanya kami rekomendasikan untuk bisa dipenuhi," tandasnya.
Wakil Ketua DPRD Kota Tegal Habib Ali Zaenal Abidin usai memimpin audiensi warga dengan pemilik pabrik, Senin 12 September 2022 mengatakan, pihaknya menerima aduan dari masyarakat yang mengeluhkan aktivitas di pabrik itu.
Di antaranya, asap sisa pembakaran batu bara yang merupakan bahan bakar dibuang melalui cerobong asap di tiap-tiap mesin produksi yang masuk ke rumah-rumah penduduk melalui celah-celah genteng dan mengotori rumah.
"Kemudian, armada yang membawa bahan bakar itu menggunakan truk besar sehingga menyebabkan kerusakan jalan," katanya.
Selain itu, kata Habib Ali, asap sisa pembakaran membuat napas terasa sesak yang dirasakan warga sekitar pabrik. Kemudian pembangunan bangunan baru yang diduga belum mengantongi IMB bersinggungan langsung dengan bangunan warga.
"Namun, dari hasil audiensi tadi memang ada beberapa yang sudah ditindaklanjuti. Sebagian lainnya belum," ujar Habib Ali.
Menurut Habib Ali, beberapa pengaduan yang belum di antaranya cerobong yang memang harus diperbaiki, kemudian perizinan yang belum dilengkapi dan kebisingan mesin. Karenanya, dia berharap agar itu segera diperbaiki dan yang belum lengkap dilengkapi.
"Selain itu, harapannya agar warga juga diperhatikan untuk bisa mendapatkan CSR," tegas Habib Ali.
Perwakilan PT Menara Bersatu yang memproduksi obat nyamuk Kingkong, Hery Budiman mengatakan soal limbah cair yang dikeluhkan warga itu bukan limbah pabrik melainkan air hujan yang memang harus dibuang ke saluran. Soal cerobong nanti akan dibicarakan di manajemen dan soal bangunan baru bukan untuk pabrik melainkan untuk gudang.