Warga Kelurahan Kejambon, Tegal Timur, Kota Tegal ini terancam diusir dari kampungnya karena mengaku sebagai Nabi dan Rasul. (Foto: Jayeng)
PanturaNews (Tegal) - Seorang pria warga Kelurahan Kejambon RT 1 RW 1, Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah, Hendra Sugianto, terancam bakal diusir dari kampungnya.
Pasalnya, Hendra Sugianto membuat resah, karena dia mengaku sebagai Nabi dan Rasul. Warga marah dan akan mengusir jika ulahnya tidak dihentikan.
Hal itu ditegaskan oleh Ketua RT 1 RW 1 Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Abas saat dikonfirmasi kaitan rumor yang menyebutkan ada warganya yang mengaku sebagai Nabi dan Rasul, Senin 23 Mei 2022 sore.
Abas membenarkan jika salah satu warganya beberapa hari terakhir ini, bersikap yang menurut kebanyakan warga terbilang aneh, yaitu mengklaim kalau dirinya adalah Nabi dan Rasul.
"Spontan warga yang mendengar itu langsung mencibir dengan menganggap Hendra stres. Namun selanjutnya warga menganggap hal itu sebagai pernyataan serius, akhirnya warga mendatangi kami dan melaporkan adanya ulah Hendra yang membuat warga resah, " terang Abas.
Menurut Abas, setelah mendapat laporan warga, pihaknya bersama salah seorang Ustad setempat mendatangi Hendra di rumahnya, dan memintanya untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya berkoar- koar mengaku dirinya Nabi dan Rasul yang hanya meresahkan warga.
"Saat ini kami masih melakukan pemantauan sejak kejadian gegeran di lingkungan warga seminggu lalu. Jika dia masih seperti itu, kami atas kesepakatan warga tidak segan-segan mengusirnya dari lingkungan sini," ujar Abas.
Lebih jauh Abas menjelaskan, yang dilakukan Hendra sehingga membuat berang para warga adalah berbicara nglantur melalui pesan WA terkait bab sedekah kepada anak yatim yang ujungnya dia mengaku sebagai Rasul utusan Allah.
"Meskipun kami meyakini bahwa Hendra sangat mustahil bisa berbuat lebih jauh semisal rekrutmen pengikut, tapi kami tetap khawatir jika sewaktu- waktu Hendra bertindak lebih jauh seperti halnya doktrinasi terhadap anak- anak remaja di lingkungan. Oleh karena itu kami tetap melakukan pemantauan melekat terhadap gerak geriknya, " jelasnya.
Abas menambahkan, setiap harinya Hendra bekerja sebagai butuh harian lepas alias serabutan. Terkadang menarik becak, berjualan cilok, jasa pijat dan sebagainya.
Sedangkan istrinya yang asli orang setempat, berprofesi sebagai buruh cuci pakaian warga. Saat ini Hendra hidup bersama istri dan anak anaknya serta 2 anak saudaranya yang sudah yatim piatu.