Rabu, 29/12/2021, 01:22:35
Inovasi PT Asaputex, Tingkatkan Karyawan Menjadi Pengusaha
LAPORAN JOHARI

Bos PT Asaputex Jamaludin Alkatiri, memperlihatkan Kain Sarung Pohon Korma

PanturaNews (Tegal) – Di masa pandemic covid19, di saat banyak perusahan gulung tikar dan berakibat pada pengurangan karyawan (PHK), namun hal itu tidak terjadi pada PT Asaputex yang memproduksi kain sarung Pohon Korma, malah menambah karyawan dan produksinya juga meningkat. Apalagi setelah pemeintah membatalkan PPKM Level 3, omzet penjualan malah naik hingga 300 persen yang dikirimke 16 negera di Afrika.

Hal itu tidak terlepas dari tangan dingin pemilik perusahaan PT Asaputex Jamaludin Alkatiri, yang selalu berinovasi dan kreasi dalam mengelola perusahaan.

Menurut Jamaludin Alkatiri kepada sejumlah awak media di kantornya, di Jalan Gajah Mada No. 74-76 Kota Tegal, Senin 27 Desember 2021, perusahaannya selama pandemic  baik dari produksi maupun omzet mengalami peningkatan karena  memanfaatkan korban PHK untuk bekerja di perusahaannya.

“Kemarin saat pandemi, rame-rame banyak tenaga kerja dari luar kota seperti Jakarta, Tangerang dan sebagainya yang di PHK, pulang kampung. Terus korban-korbana PHK kami rekrut untuk bekerja dengan sistem borong di rumah atau istilahnya ‘Kerja di Rumah’. Karena pemerintah melarang pekerja terlalu banyak di pabrik, dengan alasan pandemic. Mereka kami faslitasi dengana alat tenun dan tempat yang nyaman di rumanya. Ternyata hasilnya lebih banyak daripada kerja harian. Dari situlan produksi terus meningkat,” kata Jamaludin.

Jamal juga mengaku sudah punya 36 anak perusahaan binaannya yang tersebar di sejumlah desa di Kabupaten Tegal dan di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.

“Mereka semula buka sendiri, karena ada tetangganya yang ingin kerja kami tambah lagi alat tenunnya, terus yang ada tanah kosong kami buatkan tempat. Jadi yang tadinya karyawan, karena berhasil merekut tetangganya sekarang malah jadi pengusaha, karena dia bisa membayar tenaga kerja sendiri, yang tentunya hasilnya setor ke kami,” imbuhnya.

Menurutnya, sejak Juli 2020, Asaputex merubah sistem kerja,  menjadi  90% borongan dan 10% harian. Pengrajin bekerja di rumah, tanpa perlu berangkat ke pabrik karena unit-unit kecil Asaputex yang sudah tersebar hampir di seluruh Kabupaten Tegal dan akan dikembangkan di wilayah kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal.

Dalam kurun waktu 1 tahun, jumlah pengrajin (pekerja) perusahaan tersebut membengkak 3 kali lipat, dari 2 ribu mitra pekerja menjadi 6 ribu mitra pekerja.

Sistem tersebut , dikatakan Jamal, juga mampu meningkatkan kuantitas produksi  menjadi tiga kali lipat. Bahkan melihat grafik peningkatan Januari  sampai akhir November 2021 naik hingga 33 kali atau 300 persen selain itu, kualitas produk lebih halus setelah dikerjakan pengrajin di rumah masing-masing.

“Terkait produksi, dulu yang satu mesin hanya menghasilkan per minggu 6 potong, sekarang bisa 13 – 16 potong. Perusahaan yang sebelumnya hanya mampu memenuhi 15% permintaan pasar ekspor, kini mampu memenuhi 40 sampai 50 persen. Seperti terbukti hari ini (28/12), ada ekspor ke Mogadishu, dibarengi pengiriman langsung ke Aceh,” papar  Jamal.

Omset untuk produk sarung  Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM ) Tegal, ditambahkan Jamal,  dari sebelumnya Rp. 30 milyar, kini menjadi Rp. 90 milyar terhitung hingga akhir Desember 2021.

 Sedangkan untuk pasar ekspor bertambah dari sebelumnya yang hanya mampu memenuhi pasar 7 negara, kini merambah hingga 16 negara di Afrika, dan pasar Asia yaitu Malaysia dan Vietnam.

“Sekarang pengiriman langsung ke negara pemakai, tidak seperti sebelumnya, sehingga ada keuntungan yang dapat kita bagi ke pengrajin. Sehingga akhirnya di pengrajin tenun di tahun 2021 ada  4 kali kenaikan penghasilan, yaitu Februari, habis lebaran, September dan November kemarin,” jelas Jamal.

Owner PT. Asaputex Jaya itu mengajak para pengusaha tidak pesimis di masa pandemi, dan semangat berinovasi.

Seperti dicontohkannya, bagaimana produk Asaputex yang terus berinovasi di motif dan corak yang terus update mengikuti selera pasar negara ekspor.  Termasuk inovasi produk barunya,  Sutera Rayon, yaitu produk bermotif sutera namun terbuat dari bahan rayon.

Diterangkan Jamal, produk tersebut laris di pasaran karena harga jauh lebih hemat.

“Dulu sutera dihargai hingga satu juta rupiah, sekarang konsumen cukup membeli seharga 200 - 250 ribu saja sudah bisa memiliki sutera. Ini cukup membanggakan kami karena bisa diterima pasar,” ungkapnya.

Omset tersebut, menurut Jamal, jika dibandingkan dengan omset sebelum pandemi (2019), memang terjadi penurunan 50 persen di tahun 2020, namun di tahun 2021 sudah menambah hampir 40 persen dari 2019. Jadi dibanding 2019, omset saat ini justru ada peningkatan hampir  50 persen.

Saat ini, diakui Jamal, hambatan pengusaha adalah sulitnya mendapatkan kontainer. Kalaupun ada, tarif  kontainer saat ini relatif mahal, naik hingga 800 persen.

“Per kontainer,umpama 40 feet, dulu kita ekspor ke Dubai , 2.000 USD, sekarang 8.000 USD. Yang dulu ke Afrika, hanya 1.800 – 2.000 USD sekarang naik 18.000 USD. Jadi peningkatannya 5 sampai 8 kali lipat. Meski demikian, kami tetep melaksanakan (ekspor). Karenanya, jika tarif kontainer sudah normal, saya yakin produk tekstil Tegal bisa lompat secepatnya,” papar Jamal.

Karenanya, pihaknya berharap kepada Pemerintah  melalui  Dinas terkait agar segera mengatasi kesulitan mendapatkan kontainer.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita