Jalan akses masuk lokasi penamnang di Sungai Pedes ditutup oleh ratusan petani (Foto: Zaenal Muttaqin)
PanturaNews (Brebes) - Ratusan petani di beberapa Desa Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, melakukan aksi menutup paksa jalan menuju lokasi Galian C di aliran Sungai Pedes, Jumat 19 Februari 2021.
Peserta aksi menutup akses masuk ke lokasi penambangan pasir dan batu itu dengan memasang penghalang kayu dan menimbun dengan batu.
Petani terpaksa melakukan aksi itu, karena aktivitas penambangan Galian C tersebut dinilai telah merusak lingkungan dan merusak infrastruktur pertanian seperti bendungan dan saluran irigasi.
Ratusan orang tersebut berasal dari delapan desa. Yakni, Desa Negarayu, Tanggeran, Purwodadi, Purbayasa, Karangjongkeng, Pepedan, Linggapura, Tonjong.
Pantauan di lokasi, para petani tersebut mengeruduk lima lokasi penambangan di Desa Tenggeran. Mereka membawa spanduk bertuliskan penolakan.
“Kami dari petani merasa adanya penambangan pasir jadi penyebab krisis air bagi lahan pertanian kami,” kata salah satu petani Sutikno.
Petani dari Desa Pepedan membawa puluhan petani ikut dalam aksi penutupan penambangan tersebut. Mereka sudah merasakan dampak negatif dari penambangan pasir selama bertahun-tahun.
“Khusus di sepanjang Pepedan ada puluhan hektare yang krisis air karena adanya penambangan pasir. Pasir dikeruk terus-terusan menjadikan air tidak dapat masuk ke irigasi. Belum lagi irigasi lama beberapa kali ambrol,” katanya.
Dampak negatif lainnya, kata dia lagi, tergerusnya lahan pemakaman dan permukiman warga. Kondisi tersebut, semakin hari semakin parah lantaran kini telah memasuki musim hujan.
“Karena pasir dikeruk terus-terusan, arus sungai semakin deras dan lahan pemakaman hilang, 15 rumah warga ambrol. Kondisi ini terjadi di tepian Sungai Pedes dari Tanggeran hingga Pepedan,” bebernya.
Petani lainnya Ahmad Fauzi menuturkan, kedalaman sungai di sekitar lokasi penambangan telah bertambah empat meter. Dengan kondisi tersebut, semakin merusak irigasi hingga bendungan sungai.
“Irigasi awal yang permanen sudah hilang tergerus. Makanya petani membuat irigasi darurat secara manual. Tapi itu juga mengkhawatirkan karena jika hujan bisa rusak,” katanya.
Menurutnya, kerusakan tepian sungai terjadi hingga ke Desa Tonjong. Lahan-lahan yang ada di pinggiran Sungai Pedes, garis sepadannya sudah semakin tergerus.
“Permukaan sungai sudah dalam, akibatnya daya arus sungai semakin kencang. Makanya petani meminta agar segera ditutup penambangan pasir ini,” ungkap petani asal Negarayu ini.
Analis Eksplorasi dan Eksploitasi Dinas ESDM Provinsi Jateng, Dwi Nur Ariyanto, mengatakan akan segera menutup aktivitas penambangan pasir di Desa Tanggeran.
“Memang penambangan pasir ini harus ditutup. Hari ini ada dua titik yang ditutup,” katanya.
Ia menuturkan, pihaknya selanjutnya akan mendata dan melaporkan ke Kementerian ESDM. Nantinya jika sudah, akan berkoordinasi dengan kepolisian.
“Kami dari ESDM hanya pengumpulan keterangan dan bahan (informasi) lapangan untuk dilaporkan ke Dirjen ya. Kalau penindakan ada di Kepolisian,” katanya.
Sementara Kapolsek Tonjong, AKP Tuhirman, mengaku untuk penindakan masih menunggu. Pasalnya, kata dia, upaya penindakan perlu Perda sebagai dasar hukumnya.
“Kita masih menunggu Perda dan hasil rapat dari dinas terkait. Kita tadi masih menunggu dan hanya mengawal kegiatan saja,” tegasnya.