Minggu, 16/10/2011, 15:04:24
Pemasaran Produksi Ikan Asin Perlu Terobosan Baru
JAY-Riyanto Jayeng

Ilustrasi

PanturaNews(Tegal) - Usaha produksi ikan asin yang digeluti sejumlah warga, merupakan salah satu usaha alternatif yang cukup menjanjikan. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada satupun pengusaha ikan asin di Kota Tegal, Jawa Tengah, yang mampu membaca peluang itu dengan mencoba mengoptimalkan strategi pemasaran secara konvensional.

Menyikapi kondisi yang demikian, sudah seharusnya Pemkot Tegal turut terlibat langsung melakukan penataan, serta mencari terobosan baru di sektor pemasaran. Demikian dikatakan Imam Syafrudin, salah satu pengusaha ikan asin yang beralamat di Jalan Layang Nomor 62 , Kelurahan Tegalsari, Tegal Barat, Kota Tegal, Minggu, 16 Oktober 2011.

Imam Syafrudin yang akrab disapa Bongsenk mengatakan, sebagai penggerak roda pemerintahan, sudah sewajarnya membantu pengusaha kecil, khususnya produksi ikan asin dalam hal pemasaran. Kontribusi pemerintah tidak cukup hanya dengan memberikan kemudahan pinjaman modal melalui fasilitas kredit lunak. Sebab selama ini, masyarakat pengusaha produksi ikan asin justru kerap mengalami kendala di bidang pemasaran.

“Pemerintah tidak hanya membantu dalam soal permodalan saja, tapi dibantu juga dengan terobosan-terobosan pemasaran melalui kebijakan-kebijakan tertentu yang ada kaitannya dengan promosi produk usaha lokal dengan memanfaatkan jalinan kerjasama antar daerah di Indonesia. Syukur sih kalau bisa dibantu terobosan pemasarannya sampai ke luar negeri. Apalagi di Kota Tegal ini pada 2012 mendatang sudah dicanangkan program Tegal Bisnis,” kata Bongsenk.

Lebih jauh Bongsenk mengatakan, selama ini para pengusaha ikan asin di Kota Tegal hanya mengandalkan kepercayaan dalam menjalin kerjasama usaha penjualan dengan sejumlah pengusaha non produksi yang lebih layak diistilahkan sebagai agen atau pengepul di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung dan Tanjung Karang. Potensi penjualan yang dilakukan para pengusaha itupun terbatas hanya berdasarkan order sesuai keinginan agen.

“Karena suplay ikan asin ke agen hanya sesuai permintaan, maka volume produksi sudah dapat diperkirakan dan tidak akan pernah ada peningkatan. Berbeda jika ada terobosan pasar di lain tempat yang jumlahnya banyak, sudah dipastikan setiap pengusaha akan meningkatkan produksinya baik kwalitas maupun kwantitas. Dampaknya adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Maka dari itu, kami minta kepada Pemkot Tegal untuk turun tangan membantu pemasaran,” ujarnya.

Bongsenk mengungkapkan, saat ini harga jual ikan asin berada pada posisi Rp 10 ribu per kilo gram, itu untuk ikan asin jenis ikan layang dan banyar. Hal ini dikarenakan, produksi perikanan nelayan melimpah sehingga para pengusaha tidak mengalami kesulitan mencari bahan baku. Namun ketika bahan baku di laut sudah sulit, maka dengan sendirinya harga ikan asin melonjak naik, bisa mencapai Rp 23 ribu per kilo gramnya.

Bongsenk menambahkan, untuk bahan baku ikan Layang maupun Banyar seberat 9 ton, hanya berhasil menjadi ikan asin seberat 6,5 ton setelah dikeringkan secara alami 2 hari berturut-turut. Terjadi penyusutan sekitar 2,5 ton. Idealnya, setiap pengusaha ikan asin memilki ruang penyimpanan kering (cilling room) untuk menyimpan ikan asin disaat bahan baku melimpah. Dengan demikian, para pengusaha dapat menangguk keuntungan lumayan ketika ikan asin itu dijual pada saat bahan baku sulit yaitu di musim penghujan.

“Kami hanya berharap agar Pemkot Tegal bisa membantu membuat terobosan pemasaran, syukur-syukur sih dapat menciptakan kawasan sentra wisata industri ikan asin agar menjadi magnet bagi daerah lain,” tandasnya.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita