"THRIFTING" berasal dari kata "hemat" atau "penghematan", dan ini mengacu pada perilaku hemat terhadap uang yang dikeluarkan.
Tapi tidak mengacu pada kondisi kesejahteraan seseorang yang mengharuskan mereka untuk berhemat, melainkan lebih mengacu pada penggunaan sumber daya dengan cermat untuk mencapai kemakmuran.
Kegiatan mencari dan membeli produk bekas yang masih layak pakai, yang dianggap memiliki harga yang lebih murah dan dianggap lebih hemat juga merupakan bagian dari konsep thrifting. Produk bekas ini biasanya berasal dari barang lokal maupun impor.
Barang bermerek yang berasal dari luar negeri atau impor, atau bahkan pakaian limited edition yang sudah tidak diproduksi oleh perusahaan, semuanya dijual dengan harga yang jauh lebih murah di thrifting. Sebagian orang yang melakukan thrifting karena ingin menghemat uang, karena barang-barang ini memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga normal.
Thrifting kini semakin pesat tumbuh di Indonesia menjadi bisnis yang sangat populer dan diminati di kalangan pemuda-pemudi. Bisnis thrifting tidak hanya menjual barang bekas merek terkenal. Bisnis thrifting biasanya berfokus pada pakaian, sepatu, dan aksesoris, tetapi juga bisa mencakup barang rumah tangga dan dekorasi. Selagi barang bekas tersebut masih berfungsi dengan baik dan memiliki kualitas yang layak, maka dapat dibisniskan.
Budaya thrifting ini sendiri sudah muncul sejak tahun 2019 di Indonesia ketika impor pakaian bekas melambung tinggi. Data impor komoditas dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa pakaian bekas yang tercatat masuk ke Indonesia mencapai 416 ribu ton pada 2019 dengan nilai ekonomi Rp 84,3 miliar.
Angka ini jauh lebih tinggi dari rekor sebelumnya pada tahun 2014 dengan jumlah barang masuk 23,7 ton senilaI Rp 1,1 miliar. Selain itu, data tahunan terbaru, periode 2022, menunjukkan bahwa 26,2 ton pakaian bekas impor dengan nilai Rp 4,3 miliar masuk ke Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor barang bekas dari 2019 hingga Januari 2023 menunjukkan penurunan importasi. Impor pakaian bekas tercatat 417,72 ton pada tahun 2019, 65,91 ton pada tahun 2020, 7,93 ton pada tahun 2021, dan naik menjadi 26,22 ton pada tahun 2022. Pada Januari 2023, impor pakaian bekas tercatat 147 kg.
Pemerintah tentu mendukung dalam budaya thrifting ini, karena mempunyai aspek positif, salah satunya adalah upaya masyarakat terutama anak muda yang menjadi lebih sadar akan pentingnya mengurangi limbah pakaian yang banyak dihasilkan dari budaya over comsumption yang dapat merusak lingkungan sebagai pilihan gaya hidup.
Tidak hanya mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Thrifting ini dapat memberikan manfaat bagi konsumen, yaitu kesempatan untuk mendapatkan barang yang langka dan unik dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik.
Menurut perspektif penjual, bisnis thrifting juga dapat memberikan keuntungan finansial yang baik dengan modal yang relatif rendah dan potensi keuntungan yang besar. Karena itu, sistem jual beli bal yang digunakan oleh penjual barang thrift sangat menguntungkan.
Dengan harga satu bal antara 1-30 juta rupiah, penjual dapat memperoleh keuntungan hingga dua atau tiga kali lipat dari modal awal mereka. Dan thrift ini akan minimnya risiko, karena sistem penjualan tidak berpatok harga, sehingga barang yang kurang laku masih dapat dijual melalui sistem obral.
Salah satu rekomendasi tempat thrift yang sangat populer di kalangan pemuda-pemudi yaitu di Blok M Squre. Blok M Square adalah pusat perbelanjaan di Kebayoran Baru yang terletak di wilayah Jakarta Selatan di kawasan Blok M, lokasinya di depan Terminal Blok M.
Blok M Square telah lama dikenal sebagai tempat mencari produk fashion bagi masyarakat. Pakaian bekas yang dijual pun masih terlihat sangat layak pakai dan pakaian yang dijual pun sangat berkualitas dengan motif vintage dan bermerek. Pakaian-pakaian bekas ini dijual dengan kisaran harga Rp15.000 hingga Rp300.000 berdasarkan kriteria kondisi dan merek pakaian.
Menjual pakaian bekas impor dianggap menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Menurut Andriani (53) pedagang thrift di Blok M Square, mengatakan dalam satu hari, ia mampu meraih omzet sekitar Rp 1.000.000 sampai Rp 1,500.000. "Pemasukan, ya kira-kira sampai Rp 1.000.000 setiap hari. Maksimal pernah dapat Rp 1,500.000 dalam satu hari lah," ujar Andriani.
Selain itu, keadaan mall ini sangat bersih dan rapih, maka setiap pengunjung yang berdatangan akan merasakan nyamannya tempat ini. Jadi, sangat tidak heran jika banyak masyarakat mulai menggandrungi kegiatan thrifting ini di Blok M Square.
Terkait thrifting ini, sangat membantu konsumen untuk menghemat pengeluaran di era zaman modern seperti ini. Saat ini, thrifting dianggap menguntungkan dan banyak digemari oleh kalangan yang memiliki minat tinggi dalam kegiatan thrifting ialah para remaja.
Banyak remaja menyadari bahwa hidup mengikuti perkembangan modern di era saat ini perlu dibutuhkan uang yang tidak sedikit. Akhirnya mencari jalan pintas supaya bisa memenuhi perkembangan baru dengan cara melakukan thrifting.