KONDISI ekonomi suatu negara memang selalu mengalami naik turun, namun jika terus mengalami penurunan ataupun kenaikan yang terlalu drastis dan sering, dapat berbahaya dan akan menimbulkan ketidakseimbangan ekonomi. Akhir-akhir ini, kabar terkait resesi ekonomi ramai diperbincangkan di berbagai media, seperti media televisi, media sosial, dan sebagainya.
Resesi ekonomi berbahaya bagi keadaan perekonomian suatu negara. Permasalahan ini memiliki ciri tersendiri serta dapat disebabkan oleh banyak faktor. Akan ada banyak pihak yang terdampak bahaya resesi ekonomi ini. Namun, jika kita meresponnya dengan bijak dan mampu bekerja sama dengan pemerintah, serta lebih dulu mempersiapkan perekonomian kita, sebenarnya resesi ekonomi ini masih bisa diminimalisir, atau jika sudah terlanjur terkena resesi pun masih ada kesempatan untuk diatasi sebelum keadaannya makin memburuk.
Lantas, apa sebenarnya resesi ekonomi itu? Dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi ekonomi adalah memburuknya keadaan perekonomian suatu negara yang dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, meningkatnya jumlah pengangguran, maupun nilai pertumbuhan ekonomi riil yang negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Mengutip informasi dari OCBC NISP, resesi ekonomi memiliki ciri-ciri yakni ekspor yang lebih kecil dibanding dengan impor, melemahnya pertumbuhan ekonomi hingga dua kuartal, ketidakseimbangan produksi dan konsumsi, serta menurunnya lapangan pekerjaan. Resesi ekonomi disebabkan oleh banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain karena guncangan ekonomi yang terjadi secara tiba-tiba, berlebihnya utang, naiknya suku bunga di bank - bank central seluruh dunia, pecahnya aset yang menggelembung (biasanya terjadi di pasar saham), terjadinya deflasi (penurunan harga) atau inflasi (kenaikan harga) yang berkepanjangan, serta berkembangnya teknologi yang ada yang menyebabkan tidak dibutuhkannya lagi beberapa profesi tertentu (Muhamad Arif Sholahudin, 2021: 165-166).
Resesi ekonomi berbahaya bagi keadaan perekonomian suatu negara karena resesi ekonomi menyebabkan terjadinya penurunan harga dan permintaan komoditas dunia. Dikutip dari CNBC Indonesia, diketahui pada kontrak Newcastle, disebutkan bahwa harga batu bara mulai melandai dari yang semula US$458 per ton pada September lalu, sekarang menjadi US$391 atau bisa dikatakan turun nyaris 15%, dan di prediksi akan anjlok ke US$280 pada 2023 dan US$250 pada 2024 mendatang.
Harga minyak sawit yang sebelumnya MYR7.000 per ton pada April lalu, kini menjadi MYR4.123 per ton. Demikian juga dengan harga timah yang Maret ini US$50.000 sekarang menjadi US$20.000. Begitupun dengan harga tembaga per Maret lalu US$11.000 per ton, kini menjadi US$7.400-an per ton.
Selain itu, berbagai bisnis juga berpotensi untuk bangkrut karena menurunnya daya beli masyarakat yang menyebabkan semakin kecilnya pendapatan perusahaan. Menurunnya daya beli masyarakat tersebut biasanya disebabkan oleh naiknya harga barang di pasaran yang mengakibatkan jumlah permintaan menjadi berkurang juga. Karena sesuai dengan hukum permintaan, semakin tinggi atau naik harga barang, maka permintaan konsumen akan barang tersebut akan turun. Jika terus dibiarkan maka perusahaan bisa saja rugi dan bangkrut.
Jika pendapatan dari suatu perusahaan makin menurun, maka perusahaan bisa saja melakukan efisiensi pada pekerja atau karyawannya. Efisiensi pekerja yang biasa dilakukan diantaranya dengan melakukan pemotongan gaji maupun melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada karyawannya dengan tujuan agar jumlah pengeluaran dari suatu perusahaan yang terancam mengalami kebangkrutan menjadi lebih kecil. Hal tersebut dapat menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran. Jika pengangguran semakin banyak, maka tingkat kriminalitas juga berpotensi untuk bertambah.
Lamanya waktu untuk kembali mendapat pekerjaan yang layak, sedangkan kebutuhan hidup sehari-hari harus selalu terpenuhi membuat sebagian orang ada yang akhirnya lebih memilih untuk melakukan tindakan kriminal seperti mencopet dan sebagainya untuk mendapatkan uang dengan cepat demi memenuhi kebutuhannya. Jika tingkat kriminalitas meningkat, maka para investor akan berpikir ulang untuk menanamkan modalnya di Indonesia karena kepercayaannya terhadap keamananan serta tatanan sosial di Indonesia berkurang.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, fenomena resesi ekonomi ini selain berdampak pada pemerintah, ada juga para pebisnis, dan para karyawan yang turut terkena dampaknya. Jika kita mampu merespon berita resesi ekonomi ini dengan bijak dan dapat bekerja sama dengan pemerintah dengan baik, resesi ekonomi ini dapat diminimalisir.
Caranya yaitu dengan melakukan belanja besar-besaran (namun dengan bijak) agar daya beli masyarakat menjadi kuat, mencari penghasilan tambahan selain gaji utama, tidak terlalu boros atau berperilaku terlalu konsumtif agar kegiatan produksi dan konsumsi tetap seimbang, menyiapkan dana darurat dengan jumlah minimal untuk tiga bulan pengeluaran (bagi yang masih single) dan enam bulan pengeluaran (bagi pasangan yang telah menikah), menyiapkan asuransi yang terpercaya, menyisihkan pendapatan di awal untuk ditabung maupun di investasikan ke dalam bentuk emas yang dirasa lebih aman dan tahan terhadap perubahan kondisi ekonomi, serta mengembalikan kepercayaan para investor agar mereka tertarik untuk menanamkan modalnya kembali.
Namun, apa yang harus dilakukan jika resesi ekonomi terlanjur terjadi? Cara yang bisa diterapkan jika resesi ekonomi terlanjur terjadi adalah dengan menghemat keuangan, mengatur ulang pos pengeluaran, menyelesaikan masalah utang, serta mencari sumber pendapatan lain.
Sederhananya, resesi ekonomi adalah peristiwa menurunnya kondisi perekonomian suatu negara. Resesi ekonomi berbahaya bagi keadaan suatu negara karena menyebabkan harga dan permintaan komoditas menjadi turun. Selain itu, resesi ekonomi juga membuat para pengusaha gulung tikar, dan menyumbang lebih banyak lagi pengangguran.
Resesi ekonomi dapat dilihat dari ciri-cirinya, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Pihak-pihak yang paling terkena imbasnya diantaranya pemerintah, para pengusaha, serta para karyawan.
Resesi ekonomi dapat diminimalisir atau setidaknya dampak yang ditimbulkan tidak semakin memburuk jika kita mampu untuk meresponnya dengan bijak dan mampu untuk bekerja sama dengan lebih baik dan kompak lagi dengan pemerintah. Dengan begitu, resesi ekonomi dapat teratasi dengan baik menggunakan cara yang bijak dan tenang tanpa harus panik. Meskipun kabar terkait resesi ekonomi tersebut masih belum dapat dibuktikan secara akurat, tapi ada baiknya jika keadaan keuangan lebih dikontrol kembali.
Sebagai antisipasi bilamana tahun depan benar-benar terjadi resesi ekonomi. Jika keadaan perekonomian telah dipersiapkan sejak awal, maka ketika resesi ekonomi terjadi, sudah ada persiapan serta dana darurat untuk menghadapinya. Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan. Maka, dalam menyikapi masalah resesi ekonomi juga harus sedia dana darurat sebelum terjadi resesi ekonomi.
Setelah mengetahui segala permasalahan mengenai resesi ekonomi ini, diharapkan kepada pembaca agar selalu bersiap-siap untuk menghadapi ketidakpastiaan keadaan ekonomi ini. Pembaca disarankan untuk mulai mengatur pengeluaran keuangan dan lebih mempersiapkan dana darurat. Dengan demikian, kiranya kita akan lebih siap untuk menghadapi ketidakpastian keadaan ekonomi.