MATEMATIKA memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan dan daya pikir manusia sebagai peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) seutuhnya melalui olah hati, olah rasa dan olahraga sehingga memiliki daya saing dalam menghadapi suatu tantangan global (Fitrah, 2017; Jannah et al., 2019; Sudarma, 2018).
Tujuan pembelajaran matematika memuat nilai-nilai matematika yang bersifat formal dan meterial. Maka hal ini merupakan hal yang sangat tepat, sebab jika seorang belajar matematika, maka orang tersebut mampu melakukan perhitungan-perhitungan sederhana yang praktis dan mudah, sehingga diharapkan dapat menjadi orang yang tekun, kritis, berpikir logis, bertanggung jawab serta mampu memacahkan masalah.
Ada hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan belajar yang sering kita jumpai dalam akivitas pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika. Kesuliatan dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang sering ditemui oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga mengakibatkan hambatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor internal siswa dibatasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa. Faktor-faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu berkembang sesuai dengan kapasitasnya.
Beberapa penelitian yang relevan yang dilakukan oleh (Utari at al., 2019) menemukan bahwa fakor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari siswa meliputi IQ atau intelegensi, sikap siswa dalam belajar matematika, motivasi belajar siswa yang masih rendah, kesehatan tubuh yang tidak optimal dan kemampuan pengindraan siswa yang kurang.
Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar siwa antara lain kurangnya variasi mengajar guru, penggunaan media pembelajaran yang belum maksimal, sarana prasarana disekolah, serta lingkungan keluarga.
Materi matematika yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi materi lainya, sehingga diperlukan kemampuan dalam mengkaitkan antar materi dan konsep dalam pembelajaran matematika yang disebut dengan kemampuan matematis. Kemampuan koneksi matematis (connection) merupakan salah satu kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi NCTM.
Kemampuan ini merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagaimana tujuan pembelajaran maematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu memahami konsep maematika, menjelasakan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah Depdiknas (dalam Kumalasari dan putri: 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kesulitan belajar siswa terhadap materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar.
James dan James (suwangsih, 2014), menyatakan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lain dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik.
Berikut ini merupakan materi yang ada pada operasi bentuk aljabar yang harus dipahami oleh siswa:
-1. Menyelesaikan operasi hitung (tambah, kurang) suku sejenis dan tidak sejenis: a). Menyelesaikan operasi penjumlahan dua variabel yang suku-sukunya negatif dan positif, a). Menyelesaikan operasi pengurangan dua variabel yang suku-sukunya positif.
-2. Menyelesaikan operasi hitung kalli, bagi dan pangkat pada benuk aljabar: a). Menyelesaikan operasi perkalian suku satu dengan suku dua atau lebih, b). Menyelesaikan opersai pembagian bentuk aljabar, c). Menyelesaikan operasi pangkat pada suku satu, d). Menyelesaikan operasi pangkat pada suku dua.
-3. Menggunakan sifat perkalian bentuk aljabar unuk menyelesaikan soal: a). Menyelesaikan perkalian bentuk aljabar dengan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan sifat distributif perkalian terhadap pengurangan, b). Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan sifat perkalian bentuk aljabar.
-4. Menentukan faktor suku aljabar: a). Menjelaskan pengertian koefisien pada bentuk aljabar, b). Menjelaskan pengertian konstanta pada bentuk aljabar, c). Menjelaskan pengertian suku pada benuk aljabar, d). Menjelaskan pengertian suku sejejnis pada bentuk aljabar, e). Menjelaskan pengertian variabel pada bentuk aljabar.
Sangat menarik jika kesulitan siswa dalam memahami materi operasi hitung bentuk aljabar dibahas secara tuntas, agar apa yang menjadi keresahan siswa dapat ditanggulangi sebelum siswa masuk lebih jauh untuk berlanjut kemateri selanjutnya.
Berikut ini beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa peneliti yang sangat relevan dan sesuai dengan apa yang ada di dunia pendidikan indonesia, hasil penelitian ini akan menjadi tolak ukur siswa dalam memahami soal matematika mengenai materi operasi hitung bentuk aljabar.
-1. Nurhamsiah melakukan penelitian pada siswa SMP:
Dari hasil tes dan wawancara dapat dilihat siswa mengalami kesulitan dalam menyelesakan soal bentuk aljabar, salah satunya siswa masih kesulitan dalam mengidentifikasi koefisien pada soal nomor 1a. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak mengetahui definisi koefisien seperti subjek LNK, dengan alasan sudah lupa sehingga tidak menjawab sama sekali.
Sesuai dengan pendapat Cooney bahwa kesulitan siswa mengungkapkan konsep antara lain karena ketidakmampuan untuk menyatakan arti dari istilah yang mewakili konsep tertentu. Penyebab kedua, siswa seperti yang dijawab oleh AS, ARA, DA tidak mengetahui koefisien bernilai 1, tidak dituliskan secara eksplisit sehingga siswa menganggap suku tersebut tidak memiliki koefisien. Penyebab ketiga, siswa tidak mengetahui bahwa koefisien ada yang bernilai negatif, sehingga siswa menganggap semua koefisien bernilai positif seperti jawaban AS, FMS, ARA, DA.
-2. Nurlela Nugraha, Gida Kadarisma, dan Wahyu Setiawan:
Berdasarkan hasil tes dan wawancara, dapat disimpulkan jenis kesalahan dan faktor penyebab dari kesalahan menjawab soal-soal aljabar. Kesalahan tersebut adalah kekurangan pemahaman tentang operasi positif dan negatif, kekurangan pemahaman membaca soal, kekeliruan dalam perhitungan, penggunaan proses yang keliru.
Jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar yang pertama adalah tidak memahami maksud atau yang diminta dari soal.
Jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar yang kedua adalah salah dalam menghitung.
Jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar yang ketiga adalah kesalahan dalam pemahaman tentang operasi positif dan negatif.
Jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar yang keempat adalah tidak memahami maksud atau yang diminta dari soal.
Jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar yang kelima adalah salah dalam menghitung.
-3. Eli Herawati, Gida Kadarisma:
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa kesulitan siswa dalam menjawab soal pemahaman matematis yaitu:
-1) Kurangnya pemahaman siswa pada konsep apa yang ditanyakan. -2) Kurangnya pemahaman siswa saat melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan dan perkalian aljabar.
-3) Kurangnya ketelitian siswa dalam menuliskan tanda operasi, menuliskan secara lengkap hasil perhitungan. -4) Masih terjadi kesalahpahaman atas penyelesaian soal yang sedang ia kerjakan sehingga memperoleh hasil yang salah.
-5) Siswa mendefinisikan variabel x dalam soal tersebut sebagai tanda operasi perkalian antara dua bilangan. -6) Belum pahamnya siswa terhadap cara pemfaktoran.
Berdasarkan uraian yang telah penulis tampilkan diatas penulis menyimpulkan, bahwa kesulitan belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika materi operasi hitung bentuk aljabar, adalah keadaan dimana siswa mengalami kesulitan dalam melakukan suatu perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, dan perubahan aspek lainya yang ada pada siswa, setelah berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekolah maupun lingkungan tempatnya tinggal.