Penulis (kiri) dan rombongan study banding makan siang di sebuah bangunan kuno di kawasan pusat perdagangan kota Granada.
Meski masyarakat Spanyol mayoritas atau sebanyak 80 persen beragama Nasrani, tapi kerukunan antar umat beragama justru menjadikan masyarakat rukun dan nyaman. Agama Yahudi menjadi agama kedua lalu Islam hanya kurang dari seluh persen dari jumlah penduduk Spanyol, juga Atheis semuanya dilindungi oleh Negara.
Hebatnya kerukunan umat beragama tetap terjalin. Salah satu contoh masjid yang sempat berjaya di era Muawiyah dinasti Bani Abasiyah dikuasai sampai dengan cartier Prancis.
Demikin penjelasan dari Ahmad Mutaqin dari Kantor Imigrasi Jakarta, saat rombongan study banding toleransi kehidupan sosial dan wawasan kebangsaan berada di Spanyol pada hari keempat. Peserta study banding yang berjumlah 20 orang yang masing-masing mewakili dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai daerah di Indonesia.
Kepada penulis, Ahmad Mutaqin mengatakan bahwa Spanyol sempat dikuaisai muslim selama 800 tahun dari tahun 711 sampai tahun 1492. Namun meski sekarang dikuasai oleh Nasrani, tapi kerukunan umat beragama tetap terjalin.
“Hebatnya peninggalan Islam yang sempat berjaya, tidak dihancurkan justru dialih fungsikan seperti bekas masjid menjadi gereja,” ujar Ahmad Mutaqin sambil makan siang di sebuah bangunan Kuno di kawasan pusat Perdagangan kota Granada, Spanyol, Kamis 31 Oktober 2019.
Jika di Indonesia penyebaran agama Islam tidak dengan pendekatan kearifan lokal, maka nasibnya bisa seperti Spanyol. Yang awalnya agama Islam berjaya, justru tinggal sepuluh persen umat yang beragama Islam. Itupun tinggal di daerah Katalan, Barcelona, karena disana menjadi pusat industri.
(Tambari Gustam adalah tokoh masyarakat nelayan, seniman dan budayawan. Tinggal di Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Saat ini menjadi peserta study banding toleransi kehidupan sosial dan wawasan kebangsaan ke Maroko dan Spanyol)