Penyalahgunaan narkoba, ternyata tidak saja merebak menggunakan jenis narkoba golongan 1 seperti herion, kokain, dan ganja, serta narkoba golongan 2 morfin dan pertidin. Belakangan ini telah merebah penyalahgunaan narkoba golongan 3 yaitu codein, trihex, tremadol, dextro, dan lem Aibon untuk membuat pemakainya mabuk kepayang. Ironisnya, tren ini justru berkembang di kalangan pelajar.
Mabuk murah ala pelajar inilah yang terlintas dalam benak aparat kepolisian dan petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) diseluruh Indonesia. Tren ini menggejala di kalangan pelajar mulai dari anak-anak di bawah umur.
Kasus ini terungkap setelah ada siswa membeli jenis obat tertentu di warung-warung jalanan yang dijual secara bebas. Pembelian obat-obat tertentu tanpa resep dokter dalam jumlah besar juga ditemukan di salah satu apotik di wilayah 3 Cirebon.
Para pelajar nyaris ketergantungan dengan yang namanya obat jenis narkoba golongan tiga ini. Jika tidak segera diatasi atau di cegah maka generasi muda sebagai penerus bangsa ini akan terjerumus ke lembah yang hitam dan bahaya jenis narkoba lainnya.
Para petugas BNN atau kepolisian juga mengingatkan kalangan orang tua lebih memperhatikan putra-putri mereka saat di rumah atau di luar rumah. Sesekali, orang tua juga perlu mengecek isi tas sekolah anak secara berkala untuk menghindari penyalahgunaan narkoba di kalangan ABG jaman sekarang ini.
Dikhawatirkan, mabuk murah ala pelajar ini terus menggejala dan berdampak pada kesehatan anak bangsa. Belum lagi, dirusak dengan jenis barang haram lainnya yang berdampak pada kelangsungan hidup generasi muda bangsa ini.
Gejala yang ditimbulkan oleh para pemuda itu tampak berjalan sempoyongan, terdapat pula diantaranya yang tertatih seolah sedang menaiki anak tangga. Terlihat agak aneh cara mereka berjalan, seperti orang yang sedang mabuk. Mungkin mereka memang mabuk usai menenggak cairan beralkohol, atau minuman keras (Miras).
Untuk memperoleh efek mabuk, atau kondisi ngefly, para pemuda itu meminum obat untuk batuk, yakni dextrometorphan (dextro), dan sejenis penyakit tulang yang biasa disebut dengan Zenith.
Dalam dosis tertentu tentu saja over dosis, dextro bisa menimbulkan efek mabuk dan ngefly bagi penggunanya. Begitupun dengan penggunaan Zenith. Dan tak jarang mereka mencampur kedua jenis obat tersebut sekaligus agar lebih mantap ke efek mabuknya.
Untuk membeli jenis obat sejenis ecstacy, disamping harganya yang mahal, sulit memperolehnya, juga mengingat hukumannya yang cukup berat jika tertangkap polisi. Maka mereka memilih alternatif menggunakan obat-obatan yang termasuk bebas diperjual belikan di berbagai toko obat dan apotik. Harganya yang murah dan terjangkau oleh kocek para pelajar ini. Dengan hanya Rp 5.000, bisa memperoleh 20 butir Dextro, atau 10 butir Zenith, yang bila diminum sekaligus menurut mereka seolah sedang berada di alam lain atau di istilahkan ngefly.
Dengan cukup banyaknya para pengguna kedua jenis obat-obatan tersebut, untuk keperluan diluar kegunaannya, terdapat cukup banyak juga penjual atau pengedarnya. Keuntungan dari berdagang Dextro dan Zenith, lumayan. Mereka biasanya membelinya dari toko obat atau apotik dalam kemasan botol atau keping, lalu dijual dengan hitungan butir. Dan hal seperti ini akan menguntungkan sebagaian pihak.
Para pengguna kedua jenis obat-obatan tersebut tampaknya tak sebatas para pelajar yang mempunyai uang saku sedikit, tapi sudah merambah ke kalangan pemuda pengangguran. Karena harganya yang cukup murah dan terjangkau itu sangat membantu para pemuda untuk terjerumus kepada lembah hitam ini.
Selama ini meski tak jarang pihak kepolisian melakukan penertiban terhadap peredaran, penjualan dan penggunaan Dextro dan Zenith untuk keperluan mabuk dan ngefly, namun pihak kepolisian selalu terbentur pada aturan yang menurut mereka kurang jelas sanksinya. Mereka yang tertangkap terkait penyalahgunaan kedua jenis obat-obatan tersebut hanya diberi pengarahan, kemudian dilepas, dan mereka kembali seperti semula tetap mengedar, berjualan dan menggunakannya secara sembunyi-sembunyi layaknya pelaku pskotropika. Dan efeknya para penggunanya tidak mendapatkan efek jera.
Padahal pengaruh dari penggunaan obat Destro dalam dosis berlebihan akan mengakibatkan pemakainya berhalusinasi. Hal ini yang menunjukan adanya penyalahgunaan obat dengan tujuan dan dosis yang salah, dimana bukan digunakan untuk obat batuk melainkan agar pemakainya terkesan berhalusinasi alias mabuk.
Namun, para oknum pelajar menyalahgunakan obat ini sebagai pil penenang masalah. Memang benar sekali, obat ini memberikan dampak kepada pasien memberikan efek tenang dengan dosis yang dianjurkan dokter. Namun para oknum pelajar sama sekali tidak tahu dosis yang diperkenankan oleh dokter.
Pada umumnya, TRIHEX digunakan dosis awal hanya 1 mg/hari, dapat ditingkatkan sesuai petunjuk dokter, namun para oknum pelajar bisa menghabiskan 2-6 mg/hari atau lebih plus minuman keras. Efek yang akan ditimbulkannya adalah Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, cemas dan tidak sadarkan diri.
Selain dengan obat-obatan jenis narkoba golongan tiga ini sangat trend di kalangan pelajar, ada juga mabuk dengan cara ngelem. Ngelem di kalangan pejarpun sudah tidak aneh dan tidak dapar dipungkiri lagi kebenarannya. Lem yang digunakan oleh para pelajar yaitu lem Aibon yang digunakan sebagai lem untuk bahan karet.
Lem Aibon mengandung banyak sekali zat-zat yang berbahaya bagi yang menghirup aromanya. Tetapi, pada remaja jaman sekalang malah lem Aibon digunakan untuk merasa mabuk dan ngefly agar timbul rasa kepercayaan tingginya lebih tinggi dan sebagai trend yang di pandang oleh teman sebayanya disebut gaul dan mengikuti trend masa kini.
Budidaya ngelem dikalangan pelajar ini sudah sangat memprihatinkan. Sudah tidak heran lagi banyak anak-anak dibawah umur yang menghirup lem di pinggir jalan. Hal ini tidak hanya terjadi di kota metropolis melainkan merambah hingga ke daerah-daerah dan kondisi seperti ini sangat memprihatinkan. Karena berdampak bagi penerus bangsa, oleh karena itu pemerintah seharusnya memeberikan sangsi tegas dan memberikan efek jera bagi mengonsumsi lem Aibon ini.
Menghirup lem Aibon bisa membuat orang tidak sadarkan diri dan susunan syaraf otakpun akan terganggu dan bisa mengakibatkan kegilaan atau depresi berat dan berfikiran kosong cenderung seperti patung.
Mengapa para remaja menggunakan lem Aibon sebagi alat untuk mabuk? Tindakan ngelem ini sudah menjadi favirite ala pelajar masa kini, karena sangat terjangkau dengan kantunjg mereka yang pas-pasan, praktis dan mudah didapatkan. Hal ini berbeda dengan sejenis extacy, ganja, narkoba dan sabu-sabu karena sulit di cvari walaupun ada mungkin harganya dsangat mahal. Nah, para pelajar melakukan hal alternatif agar bisa mabuk selain obat-obatan maka lem Aibon pun d belinya. Lem Aibon termasuk kedalam ke dalam golongan narkotika karena sifatnya sama yaitu merusak kesehatan.
Dan yang paling sangat mudah didapatkan di sekitar kita yaitu obat batuk komix, komik dapat dijadikan sebagai pemabuk dengan cara meminumnya minimal di atas 5 sachset komix sekaligus. Efek yang ditimbulkannya adalah berhalusinasi dan mengantuk ketika sudah meminumnya. Tapi sekarang jarang yang mabuk menggunakan komix ini karena berdampak hanya sedikit yang terasa.
Obat-obatan warung ini tidak termasuk ke dalam golongan narkotika karena sifatnya mengobati jika sesuai petunjuk resep dokter. Menggunaan obat warung berlebihan akan mengakibatkan overdosis sehingga menjurus kepada kematian pun bias jika seseorang tidak cocok menggunakan obat warung.
(Dewi Santika adalah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Cirebon Prodi PGSD Semester 1)