KURIKULUM Merdeka merupakan respon terhadap berbagai tantangan pendidikan saat ini, mulai dari dampak pandemi COVID-19 hingga tuntutan Revolusi Industri 4.0. Kurikulum sekolah ini menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, fleksibilitas dalam proses pembelajaran, dan penguatan Profil Siswa Pancasila.
Menurut Rahmawati et al. (2022), Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan kebebasan kepada guru dan siswa untuk mengatur alur dan metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik masing-masing.
Guru berada di garis depan keberhasilan penerapan program sekolah ini. Mereka tidak hanya dituntut untuk memahami struktur kurikulum, tetapi juga menjadi pelaku utama yang menghubungkan dengan kebijakan dan praktik pembelajaran.
Oleh karena itu, penting untuk memahami sepenuhnya peran guru dalam konteks Kurikulum Independen, strategi yang dapat diterapkan, dan tantangan yang mungkin timbul.
-Tujuan Kurikulum Independen Dan Peran Guru
Tujuan utama Kurikulum Merdeka mengacu pada pasal 3 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, yaitu berkembangnya potensi peserta didik secara utuh agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan berdaya saing global.
Anggraini dkk. (2022) menyatakan bahwa kurikulum merdeka mengutamakan kemandirian belajar, yang memungkinkan siswa memilih jalur dan metode pembelajaran berdasarkan minat dan kemampuannya.
Pada konteks ini, guru memegang sejumlah peran strategis yang sangat memengaruhi keberhasilan proses pembelajaran:
-1. Sebagai perancang pembelajaran: guru mengatur modul pengajaran berdasarkan hasil pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran yang fleksibel.
-2. Sebagai fasilitator: guru membimbing siswa untuk aktif, berpikir kritis, dan memecahkan masalah.
-3. Sebagai agen perubahan: guru diharapkan mampu mendorong transformasi pendidikan ke arah yang lebih adaptif, kolaboratif, dan relevan dengan perkembangan terkini.
Rahmawati dkk. (2022) menambahkan bahwa guru dituntut untuk menguasai asesmen diagnostik yang digunakan untuk menentukan kebutuhan belajar siswa dan merancang pembelajaran yang tepat.
-Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka Oleh Guru
Penerapan Kurikulum Merdeka memerlukan strategi inovatif dan mengandalkan partisipasi aktif siswa. Menurut Tirtayasa dkk. (2023), pendidik dituntut untuk merancang pendekatan belajar yang mampu menumbuhkan kecakapan abad ke-21, mencakup kemampuan berpikir analitis, kreativitas, kerjasama tim, dan literasi digital.
Beberapa strategi yang dapat diterapkan guru meliputi:
-1. Pembelajaran berbasis proyek untuk melatih pemecahan masalah dan kerja sama tim.
-2. Pembelajaran yang berdiferensiasi, mengadaptasi metode dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
-3. Penggunaan teknologi digital, seperti aplikasi pembelajaran interaktif, platform pendidikan, dan penilaian daring.
-4. Guru juga perlu aktif dalam komunitas pembelajaran, baik di dalam maupun antar sekolah, untuk berbagi praktik baik dan terus meningkatkan kapasitas profesional mereka.
-Tantangan Implementasi
Walaupun Kurikulum Merdeka hadir dengan semangat pembaruan, proses penerapannya di lapangan masih diharapkan pada berbagai kendala. Dr (2023) dan Rahmawati dkk. (2022) menyebutkan tantangan berikut:
-1. Pelatihan guru: Tidak semua guru siap beradaptasi dengan konsep baru, baik dari segi mentalitas maupun aspek teknis.
-2. Keterbatasan pelatihan: Banyak guru belum menerima pelatihan komprehensif tentang struktur dan implementasi Kurikulum Independen.
-3. Kesenjangan akses teknologi: Di beberapa daerah, akses terbatas ke internet dan perangkat masih menjadi kendala utama.
-4. Resistensi terhadap perubahan: Beberapa lingkungan sekolah masih mempertahankan kebiasaan lama dan belum terbuka terhadap pendekatan kurikulum baru.
Menghadapi hambatan tersebut membutuhkan kolaborasi lintas pihak, baik dari pemerintah, sekolah, maupun masyarakat. Pemerintah harus memperluas program pelatihan dan bimbingan, sekolah harus menciptakan budaya belajar yang terbuka dan kolaboratif, dan masyarakat dapat berkontribusi melalui dukungan moral dan fasilitas belajar.
Peran guru dalam suksesnya Kurikulum Merdeka sangat krusial. Selain menjalankan kurikulum, mereka juga berperan sebagai penggagas pembelajaran yang kreatif dan relevan. Namun, guru juga menghadapi tantangan nyata di lapangan, baik dari segi persiapan pribadi, teknologi, dan dukungan lingkungan.
Oleh karena itu, keberhasilan Kurikulum Merdeka sangat bergantung pada sinergi antara guru, pemerintah, sekolah dan masyarakat. Pelatihan berkelanjutan, penguatan komunitas belajar, dan penyediaan infrastruktur merupakan solusi utama dalam mendukung peran guru sebagai agen perubahan pendidikan.