PanturaNews (Brebes) - Tokoh pemuda Brebes, Redy Liana, mendorong masyarakat untuk memiliki pemahaman yang lebih luas mengenai konsep swasembada pangan.
Ia menilai, wacana swasembada yang digagas pemerintah semestinya tidak hanya berfokus pada komoditas tertentu, seperti beras dan singkong, tetapi juga mencakup keragaman sumber pangan lainnya.
“Terkait dengan swasembada pangan yang digagas pemerintah, tentu jangan hanya dimaknai pada satu dua hal saja, misal beras dan singkong, tapi juga harus dipahami terkait sumber-sumber pangan lainnya,” ujar Redy, kepada PanturaNews.Com, Jumat 2 Mei 2025.
Pemerintah sendiri telah mencanangkan sejumlah strategi besar guna mencapai target swasembada pangan nasional. Program food estate serta perluasan lahan panen hingga empat juta hektar ditargetkan rampung pada tahun 2029.
Namun menurut Redy, keberhasilan program itu tidak akan optimal bila tidak disertai pendekatan yang menyeluruh terhadap potensi pangan nasional.
“Harus diingat, swasembada pangan bukanlah swasembada beras, tapi mencakup seluruh komoditas pangan lainnya, baik yang berasal dari daratan maupun perairan,” tegasnya.
Ia menyoroti potensi sumber pangan non-pertanian yang ada di Brebes, khususnya di wilayah pesisir. Menurutnya, pemerintah harus lebih serius memperhatikan potensi sektor perikanan tambak yang tersebar di lima kecamatan pesisir yakni Losari, Tanjung, Bulakamba, Wanasari, dan Brebes.
Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Brebes, total luas tambak per 2021 mencapai 9.052,96 hektar.
“Potensi tambak-tambak yang ada di Brebes cukup besar. Apabila direvitalisasi dengan serius dan sungguh-sungguh, bukan tidak mungkin swasembada pangan sektor perikanan tambak minimal di Brebes dapat terwujud,” ujarnya.
Redy juga menanggapi program revitalisasi tambak yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam kerangka Proyek Strategis Nasional.
Tahun ini, revitalisasi seluas 20.000 hektar dijadwalkan selesai di wilayah Jawa Barat, dengan perluasan ke Jawa Tengah, termasuk Brebes, sebagai tahap berikutnya.
Namun ia menyayangkan, dari lima kecamatan yang memiliki tambak, hanya dua yang direkomendasikan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Brebes, yakni Kecamatan Losari dan Kecamatan Brebes.
“Padahal, wilayah seperti Wanasari, Bulakamba, dan Tanjung juga punya potensi yang sama besar. Bahkan di Wanasari, banyak tambak masyarakat yang rusak akibat abrasi. Belum lagi potensi wisatanya yang bisa dikembangkan sebagai destinasi penghubung,” papar Redy.
Ia menilai keputusan itu kurang melibatkan aspirasi masyarakat yang terdampak langsung oleh kebijakan. Untuk itu, ia mendorong proses penentuan wilayah revitalisasi dilakukan secara lebih partisipatif dan menyeluruh.
“Apa yang dilakukan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Brebes menunjukkan bahwa dalam proses penentuan wilayah revitalisasi tambak, masyarakat terutama yang terkait langsung tidak dilibatkan. Padahal untuk mewujudkan swasembada sektor perikanan tambak, harus diawali dari proses yang holistik dan komprehensif,” pungkasnya.