Kamis, 30/05/2024, 10:53:13
Penerapan Model Word Square Berbasis Traditional Games Activities Di Sekolah Dasar (Bagian-2)
Oleh: Tim Dosen Peneliti UPB
.

PERAN Traditional Games Activities (TGA) atau permainan tradisional dalam dunia penidikan Anak di Indonesia sangatlah penting. Hal ini dikarenakan bentuk dan sisi lain dari Traditional Games Activities (TGA) memiliki unsur dan makna yang sangat penting tahap pertumbuhan dan perkembangan Anak-anak.

Berdasakan definisinya James Danandjaja (1987) menyatakan, bahwa permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak), dengan tujuan mendapat kegembiraan.

Berkitan dengan kegemibiraan yang dimaksud adalah berkitan dengan manfaat yang dapat diambi oleh Anak-anak itu sendiri, seperti contoh melalui prmainan tradisional mereka dapat belajar tentang pentingnya bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama, menghormati aturan main, dan menghadapi tantangan dengan semangat juang yang tinggi.

Semangat juang generasi muda sekarang diharapkan terhubung dan menjadi bagian dari warisan budaya yang berharga. Selain itu terdapat aspek lain yang sangat penting dalam Traditional Games Activities (TGA) yaitu aspek sosial emosional anak.

Dalam perananya permaiann tradisional akan banyak terstimulasi yang dampaknya adalah anak dapat mengenal bagaimana cara berinteraksi dengan teman, membangun kerjasama, memecahkan masalah dan sebagainya. Selain itu aspek bahasa, kognisi, nilai agama moral dan fisik motorik juga akan mengikuti.

Kurikulum merdeka. Berdasarkan definisinya Sofia.,Khoirurrijal.,Fadriati., dkk (2022) menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Pengembanagan minat Siswa saat ini sangat relevan dengan Proyek Pelajar Pancasila (P5) yang berisi ”Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila” dan visi pendidikan Indonesia yang berisi “mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar  Pancasila”.

Sesuai dengan konsep Profil Pelajar Pancasila (P5) oleh Kemndikbud (2022) yang menyatakan bahwa Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya  satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan pro l pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler.

Nilai-nilai Pancasila yang dimaksud dalam profil pelajar Pancasila yaitu  pemahaman dan penerapan nilai yang utuh Pancasila. Yang meliputi enam dimensi utama, yang dimana tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati  diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia, keenam dimensi yang dimakasud yaitu:

-1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. -2. Berkebinekaan global. -3. Bergotong-royong. -4. Mandiri. -5. Bernalar kritis. -6. Kreatif.

Berdasarkan capaian hasil analisis kegiatan penerapan Model Word Square Berbasis Traditional Games Activities (TGA) dalam Memaksimalan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam penerapannya bertujuan untuk melihat efektifitasnya.

Maka berdasarkan dari data observasi dan tes menujukan capaian dimensi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai beriku: dari lima dimensi yaitu Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, serta kreatif secara umum telah menujukan capaian efektifitasnya.

Sedangkan satu diantara lima dimensi yaitu berpikri kritis belum mencapai keefektifannya, hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:

-1. Faktor kognitif berdasarkan dari hasil rata-rata skor kelompok mendapatkan nilai dibawah standar batas minimal kelas (SBMK) seperti capaian rekapitulasi dari rata-rata kelompok menunjukan nilai IPAS sebesar 59 dari standar minimal nilai kelas sebesar 67.

Sedangkan nilai PAI dan budi pekeri menunjukan nilai sebesar 40 dari standar minimal nilai kelas sebesar 70, Bahasa Indonesia sebesar 63 standar minimal nilai kelas sebesar 70, sedangkan Pendidikan Pancasila terlihat cukup tinggi dari nilai mata pelajaran lainnya yaitu sebesar 88 dari standar minimal nilai kelas sebesar 89 walupun belum mencapai batas minimal nilai kelas.

-2. Faktor Pisikologi berdasarkan dari tidak maksimalnya hasil jawaban siswa dalam menjawab Word Square, hal ini sangat erat kaitanya dengan:

a. kesiapan siswa dan perubahan tingkat susana hati siswa (mood), contoh gambaran suasana hati yang dimaksud yaitu: bebrapa siswa yang terlihat cenderung ingin cepat melakukan kegiatan atau mengakhiri kegiatan yang ini mempengarhui siswa yang lainnya,

b. Faktor kesiapan dipengaruhi oleh kondisi pembatasan waktu disetiap tantangan sehingga banyak siswa kehilangan fokus dalam menjawab yang mengakibatkan sikap ragu dan terburu-buru dalam menjawab,

c. kondisi dimana siswa tidak terbiasa dengan proses belajar gabungan antara kognitif dan pisikomotorik secara berkelompok dengan intensitas fokus peralihan cukup tinggi dari tantangan satu ketantangan dengan pembatsan waktu singkat,

d. jumlah anggota kelompok yang terlalu banyak dalam satu tim yaitu sembilan orang sehingga sedikit tidak kondusif di beberapa post kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang Efektivitas model Word Square berbasis traditional Games Activities (TGA) dalam memaksimalan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) secara umum lima dari enam dimensi telah tercapai sedangkan satu dimensi yaitu berpikir kritis dikegiatan dalam kegiatan peelitian yang mengunakan kempuan pisikomotorik siswa perlu dipertimbangkan lebih matang lagi, beberapa hal yang dimempertimbangkan kegiatan agar dapat memaksimalkan kegiatan, beberapa diantaranya adalah:

-1. Peneliti atau Guru harus menentukan waktu penelitian diawal semester jangan diakhir semester, hal ini dikarenakan waktu yang diberikan sekolah sangatlah terbatas

-2. Peneliti atau Guru memastikan siswa dalam mood yang baik sehingga dapat mengikuti kegaiatan  dengan senang dan tanpa keluhan

-3. Peneliti dan Guru harus membuat kelompok rentang anggota 3-6 jangan terlalu banyak, sehingga pemerataan tugas atau keikutsertaan peserta dapat menyeluruh  dan kondusif.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kebermanfaatan bagi penliti selanjtnya dan guru  dalam menentukan dan penerpkan kegiatan yang serupa, sehingga hasil ini bisa menjadi tolak ukur dalam pencapian penlitian secara efektif dan efisien. (Selesai)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita