Kamis, 29/04/2021, 00:00:16
Menumbuhkan Jiwa Garuda Dalam Tubuh Mahasiswa
Oleh: Yanti Suryanti
--None--

...menjadi mahasiswa tidak hanya datang ke kelas dan mengerjakan tugas saja...

MAHASISWA tidak sekedar sebagai peserta didik yang duduk di bangku perguruan tinggi. Tidak hanya mengikuti syarat administrasi mahasiswa saja. Tetapi seorang mahasiswa juga memiliki peran dan sumbangsih dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Arti mahasiswa menurut KBBI atau yang lebih akrab kita dengar dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagai pelajar yang belajar di perguruan tinggi. Dimana mahasiswa tersebut belajar sesuai dengan syarat, ketentuan dan strktur pendidikan yang berlaku.

Arti mahasiswa menurut ahli luar pastinya berbeda. Salah satunya menurut Guardian Of Value, yang mengartikan bahwa mahasiswa juga memiliki peran dan fungsi. Diantarannya berperan untuk menjaga nilai-nilai masyarakat yang memiliki kebenaran. Misalnya dalam hal menjunjung kejujuran, keadilan, gotong royong, empati, integritas dan masih banyak lagi tentu saja.

Menjadi mahasiswa tidak hanya datang ke kelas dan mengerjakan tugas saja. Bagaimanapun juga, mahasiswa dituntut untuk kritis berfikir dan melakukan analisis. Baik secara ilmiah maupun non ilmiah. Bagaimanapun juga, ilmu yang dipelajari oleh seorang mahasiswa setingkat lebih tinggi dari lulusan SMA/K, seharusnya pula peran dan tanggungjawabnya pun juga lebih besar.

Pada 1947, sayembara dibuka oleh pemerintah untuk mencari pelukis yang bisa memberikan desain lambang negara terbaik. Haris Purnomo dalam Katalog Pameran “Di Bawah Sayap Garuda (Under The Wings of Garuda)” mengungkapkan, kebanyakan penulis kurang memahami sejarah Indonesia dan lambang negara, karena pemerintah tidak memberikan penjelasan mengenai kriterianya.

Sayembara Lambang Negara kedua pun dilakukan pada 1950, setelah terbentuknya Panitia Lencana Negara tanggal 10 Januari 1950 yang diatur langsung oleh Koordinator Menteri Sultan Hamid. Terdapat dua buah macam desain yang dipilih oleh pemerintah saat itu.

Lukisan tersebut milik Muhammad Yamin dan Sultan Hamid II. Namun, lambang negara tidak diperoleh secepat itu. Simbol negara memerlukan pendapat-pendapat dari petinggi lain untuk mencapai kesempurnaannya. Perbincangan ini melibatkan Sultan Hamid II, Muhammad Yamin, dan Soekarno.

Sebenarnya, karya Sultan Hamid II yang dipilih oleh Soekarno dan para anggota DPR. Akan tetapi, Muhammad Yamin yang tidak terpilih, ikut serta memberikan masukkan pada lukisan Sultan Hamid II. Lalu, Soekarno memberikan usul pencantuman semboyan “Bhineka Tunggal Ika” pada pita di kaki burung.

Pada 8 Februari 1950, bentuk terakhir lambang Garuda Pancasila akhirnya tercipta. Setelah itu, tanggal 20 Februari, lukisan sudah ditempelkan di ruang sidang, tepat ketika rapat pertama di DPR-RIS berlangsung.

Mahasiswa yang hidup di zaman yang sudah canggih ini, hanya sedikit yang peka terhadap tantangan-tantangan yang sedang dihadapinya. Tidak sedikit mahasiswa yang hidupnya sangat hegon dengan jabatan mahasiswanya, semangat jiwa pemuda serta belajarnya tidak begitu membara lagi.

Jika kita melihat bagaimana burung garuda itu mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika dan memiliki filosofis yang sangat fenomenal. Dengan kegagahan keberanian burung garuda dibentuk sangat lihai, sayapnya untuk terbang mencari sosok-sosok yang membutuhkan sebuah keadilan dan ketentraman, bukan untuk menyombongkan diri.

Dalam tubuh mahasiswa saat ini semangat juang sudah tidak sedap lagi. Padahal mahasiswa memiliki peranan yang sangat luar biasa, yakni sebagai agen perubahan, sebagai sosial contril, sebagai tauladan ditingkat pendidikan dan harus memiliki cakrawala berpikir yang sangat mumpuni dan ilmiah.

Sosok mahasiswa tidak bisa hidup dengan materi perkuliahan saja. Sebab selepas menjadi sarjana, mahasiswa dituntut untuk memberikan sumbangsih terhadap banyaknya kekurangan dalam sebuah perubahan, mengapa demikian?

Karena tidak semua orang tua mampu menyekolahkan anaknya hingga pada ranah perguruan tinggi. Untuk itulah sosok mahasiswa banyak diharapkan menjadi pionir semangat untuk generasi selanjutnya.

(Yanti Suryanti adalah Mahasiswi Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita