Penulis (kanan) bersama Sean Choir di atas pesawat Qatar Air Ways menuju bandara Sutta Jakarta.
Upaya pemerintah Indonesia untuk merawat kesatuan dan keutuhan, perlu terus dilestarikan. Salah satu program dari Kepolisian agar umat Islam di Indonesia tidak teracuni oleh paham radikalisme, diantaranya adalah mengajak tokoh-tokoh agama maupun tokoh masyarakat untuk melihat dari dekat kondisi agama Islam di berbagai negara lain.
Seperti perjalanan Study Banding Wawasan kebangsaan dan toleransi kehidupan sosial ke Maroko dan Spanyol. Dua puluh orang peserta studi banding, masing-masing mewakili dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai daerah di Indonesia.
Penulis adalah salah satu peserta dari Tegal yang ikut, karena lolos seleksi dari sekian peserta lain. Pernah juga penulis ikut menyaksikan kondisi nyata di daerah Suku Uyghur yang diberitakan oleh media asing, bahwa negara China telah melakukan pembantaian umat Islam minoritas. Tapi setelah di cek ke Suku Uyghur Propinsi Xinjiang, ternyata hanyalah isu propaganda media barat yang sengaja menghembuskan isu murahan, agar ada sentimen terhadap orang-orang China.
Pada kesempatan study banding ke Maroko dan Spanyol, perjalanan penerbangan dengan rentang waktu yang sangat melelahkan sekitar enam belas jam, meski transit sekitat satu jam setengah di bandara Doha, Qatar.
Selain penulis, ada juga beberapa tokoh yang diikut sertakan seperti Profesor Sean Choir dari NU Kuktural Jombang. Sean Choir adalah akademisi dan penulis lepas yang sering menulis di media online.
Juga salah satu peserta dari Lamongan, yaitu adik kandung Amrozi yang terkenal dengan sebutan teroris bom Bali. Dia adalah Ustadz Ali Fauzi yang ikut bersama penulis dalam perjalanan study banding ke Maroko dan Spanyol.
Ada pengalaman yang sulit dilupakan. Ustadz Ali Fauzi sekarang justru dipakai oleh pihak pemerintah untuk ikut menyadarkan teman-temannya yang termakan paham radikalisme. Dan saat ini Ali Fauzi menjadi ketua organisasi Lingkar Perdamian yang menaungi mantan napi teroris.
Menurut Ali Fauzi, penyadarannya adalah dengan memberi kesibukan secara ekonomi, agar ada kemandirian dan melupakan ajaran-ajaran jihad yang salah persepsi.
(Tambari Gustam adalah tokoh masyarakat nelayan, seniman dan budayawan. Tinggal di Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Tambari Gustam menjadi peserta study banding toleransi kehidupan sosial dan wawasan kebangsaan ke Maroko dan Spanyol)