Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa yang akan datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.
Internasional youth year yang diselenggarakan tahun 1985 mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda. Sedangkan definisi yang kedua yaitu pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural. Sedangkan menurut draft RUU kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun.
Sehingga dengan demikian para pemuda seharusnya memiliki semangat untuk berubah dan kemampuan untuk melakukan perubahan. Karena pembangunan suatu bangsa harus didasarkan oleh pemudanya. Oleh sebab itu proses kehidupan yang dialami oleh para pemuda di Indonesia itulah yang setiap hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengaruh yang besar pula dalam membina sikap untuk hidup di kalangan masyarakat.
Cara paling tepat adalah pola pembangunan kepemudaan yaitu pertama dilakukan secara sitematik, komprehensif, akseleratif, sinergis, dan integratif, yang kedua meliputi ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, yang ketiga melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dan yang terakhir menyediakan wahana aktualisasi diri yang positif dan konstruktif, serta mudah diakses oleh pemuda.
Sehingga dengan cara tersebut diharapkan para pemuda dapat merubah cara berfikirnya untuk pembangunan bangsa Indonesia. Dan yang paling penting nasib bangsa Indonesia baik ataupun buruknya kedepan itu akan sangat bergantung pada generasi penerusnya yaitu generasi muda. Dalam hal tersebut pemuda merupakan aset bangsa yang lahir dari desa. Hal inilah yang menunjang elektabilitas pemuda harus semakin meningkat. Dorongan desa atau lingkungan sekitar akan mempengaruhi proses pada bangsa. Nantinya akan sesuai denga harapan pada UU yang sudah disahkan tentang kepemudaan.
Pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demoktratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan pancasila dan dan undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan menurut al-Ghazali adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, dimana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah SWT sehingga menjadi manusia yang sempurna.
Pendidikan merupakan suatu kewajiban untuk mengasah kemampuan dengan dilandasi ilmu pengetahuna dan norma-norma agama. Relita yang saat ini banyak orang berpendidikan namun tidak memiliki moral. Akhlak mereka semakin membengkak karena yang difikirkan hanya duniawi tikak ukhrowi bahkan manusiawi. Konsep pendidikan pemuda menurut kirab ‘Idotun nasyyin karya syekh Musthafa Al-Ghayalain memberikan sebuah konsep yang sangat menarik bagi pemuda jaman sekarang yang mengalami degradasi ilmu keagamaan.
Syekh Musthafa Al-Ghalayain adalah seorang ulama lulusan Universitas Al-Azhar, beliau memiliki nama lengkap Musthafa bin Muhammad Salim Al-Ghalayain, beliau lahir pada tahun 1303 Hijriyah atau bertepatan pada tahun 1808 Masehi. Beliau adalah seorang penulis, sastrawan, politikus, penyair, linguis dan wartawan. Salah satu karya Syekh Musthafa Al-Ghalayain yang popular dikalangan pesantren adalah kitab ‘Idhatun Nasyiin.
‘Idhotun Nasyi’in merupakan salah satu bentuk karya dari Syekh Musthafa Al-Ghayalain yang berisi nasihat-nasihat generasi pemuda muslim, yang mencangkup pendidikan dan motivasi agar menjadi individu-individu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berakhlak mulia dan mengerti, bagaimana seharusnya dia bersikap menghadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya. Dari individu-individu seperti itulah akan terbentuk masyarakat dan bangsa (umat) yang beradab dan bermoral serta menjunjung tinggi kebenaran yang sejati, sehingga mereka menjadi bangsa yang tetap eksis. Sesungguhnya suatu bangsa itu akan hidup dan tetap hidup selama mereka bermoral dan beradab, jika moral bangsa itu bejat, maka hancur dan binasalah mereka.
Konsep pendidikan yang termaktub dalam kitab ‘Idotun nasyyin terdapat empat puluh empat sub tema dengan tema yang sangat membangun diantaranya sabar, nasionalisme, putus asa, kepemimpinan dan masih banyak lainnya. Pada sub tema yang tertera telah memiliki aroma semnagat untuk pendidikan pemuda di indonesia yang semakin melemah. Dari mulai banyaknya pemuda yang memilih hidup dalam gelandangan, hidup di bawah arus keharaman serta hidup dalam noda-noda dalam negara.
Sedikit sekali pemuda yang memiliki jiwa nasionalisme terhadap bangsanya sendiri. Rasa cinta pemuda terhadap bangsa dan negara semakin pudar. Mengakibatkan banyak terjadinya penyelewangan penggunaan tanggung jawab oleh pihak penguasa negara. Sebagai seorang pemuda diharusnkan mempunyai jiwa nasionalisme agar tidak menjadi pembantu negara setidaknya menjadi pembrontak atau memberikan sebuah perubahan untuk bangsa dan negaranya. Jiwa nasionalisme dipupuk sejak kecil hingga menjadi baligh.
Selain jiwa nasionalisme yang telah hilang lagi dari seorang pemuda saat ini ialah jiwa kepemimpinan. Perlahan pemuda merasa enggan mengemban amanah menjadi seorang pemimpin. Apalagi dengan berjuta tanggung jawab yang harus dipegang. Mereka enggan berada disebuah zona tidak nyaman. Sudah terbiasa untuk berada di titik kenyamanan sehingg menyebabkan engganya untuk menjadi sebuah pemimpin. Begitulah pendidikan yang hadir saat ini tidak merubah moral yang ada pada jiwa seorang pemuda.
Putus asa merupakan hal yang dibenci oelh Allah mengapa? Karena hadirnya jiwa yang lemah tidak mau terus berusaha untuk memperbaiki keadaan sehingga menyebabkan orang-orang menyerah tanpa mau usaha. Instan kata yang tepat untuk pembiasaan jaman sekarang. Tidak mau berusaha namun menginginkan sebuah kebnerhasilan dengan hasil memuaskan.
Dalam hal ini sang penulis sangat memberikan saran kepada pemuda untuk membaca kitab ‘idotun nasyiin baik kitab maupun terjemahannya. Konsep yang ditawarkan sangat mempengaruhi sebuah perubahan untuk bangsa dan agama. Terlebih kepada seorang pendidik untuk memberikan sebuah pendidikan bukan hanya mencerdaskan secara akal saja namun, moral juga. Terlihat dari jaman dahulu hingga sekarang bahwa adab dibawah ilmu padahal seharusnya adab lebih tinggi dibandingkan ilmu.
kitab I’dhatun Nasyiin memberikan sebuah arti pendidikan sendiri bahwa pendidikan merupakan penekanan pada aspek akhlak, etika dan kemasyarakatan dengan bentuk bimbingan dan motivasi kepada generasi pemuda islam agar menjadi individu yang bersih, berakhlak mulia dan mampu bersikap bijaksana dalam meghadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya.
(Siti Zulaeka adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)