Hj. Asti Latifa Sofi, S. Hum
PanturaNews (Tegal) - Keputusan dan tujuan orang terjun ke dunia politik berbeda-beda. Bagi Hj. Asti Latifa Sofi, S. Hum, terjun ke dunia politik karena dia ingin lebih berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
“Saya siap terjun ke dunia politik. Jika Allah amanahkan saya sebagai wakil rakyat, Insya Allah 100 persen gaji dan tunjangan saya berikan untuk kemaslahatan umat,” ungkap calon legislatif (Caleg) DPRD Kota Tegal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Jawa Tengah, Kamis 28 Februari 2019.
Ini adalah satu keputusan tidak biasa yang terlontar dari seorang caleg. Menurutnya, keputusan ini atas perintah suaminya yang mengizinkannya terjun ke politik untuk memperkuat barisan PKS.
“Saya diminta maju menjadi caleg oleh PKS atas persetujuan suami. Ketika suami meminta saya untuk tidak memakan gaji jika terpilih nanti, ya saya patuh apa kata suami. Guru rohani saya pun berpesan demikian,” ujar Hj. Asti Latifa Sofi yang akrab disapa Asti.
Dijelaskan Asti, keputusan itu terinspirasi dari Kyai Maimoen Zubair, sesosok ulama yang sangat wara', meski terjun di politik tetapi tidak mengambil gaji termasuk tunjangan sepeser pun.
“Semua gaji dan tunjangan digunakan untuk kemaslahatan umat. Semuanya untuk kepentingan masyarakat. Laa hawla walaa quwwata illaa billaah,” tuturnya mantap.
Ditegaskan, bahwa majunya dirinya sebagai caleg sama sekali bukan untuk mencari uang. Pasalnya, semua kebutuhan hidupnya dan keluarga sudah ditanggung suami, Alhamdulillah. Allah Al-Ghaniy wal Mughniy.
“Jadi peluang yang saya cari adalah bagaimana bisa memberikan kontribusi lebih banyak lagi jika terpilih sebagai anggota dewan,” tandas Asti.
Kiprahnya di level nasional maupun internasional, serta pengalamannya merantau berpindah-pindah hingga ke Eropa, mendorongnya punya mimpi besar untuk memberi kemaslahatan bagi umat, dan ide-ide terobosan untuk memajukan Kota Tegal.
“Bukan ambisi pribadi untuk memiliki jabatan atau kekuasaan, tapi untuk memberi kemaslahatan,” ungkapnya.
Ada satu hadits yang selalu Asti ingat terkait ini yaitu, saat punya ambisi akan jabatan, Rasul mengingatkan bahwa Allah tidak akan menolong. “Jadi saya takut akan ini,” jelasnya.
Lebih lanjut diuraikan, jubah kekuasaan itu milik Allah. Dan setiap jabatan, ada Allah di atas-Nya. Isi kitab At-Tibr Al-Masbuk fi Nashihah Al-Muluk yang berisi banyak nasihat etika berkuasa bagi para pemimpin.
“Karya Imam Al-Ghazali selalu terbayang di pelupuk mata saya. Saya takut pada Allah," pungkas lulusan cum laude dari Universitas Indonesia (UI) ini.