Sabtu, 10/01/2015, 09:42:02
Mengatasi Gangguan Dyslexia Pada Anak
Oleh: Desy Retno Juardini
--None--

Dyslexia berasal dari bahasa Yunani yaitu “DYN” yang artinya susah, dan “LEXIA” yang artinya tulisan. Dyslexia bukanlah satu penyakit, tetapi merupakan salah satu gangguan dalam pembelajaran yang biasanya dialami oleh anak-anak.

Lazimnya, masalah pembelajaran yang dihadapi adalah seperti membaca, menulis, mengeja, dan kemahiran mengira. Oleh karena itu, dyslexia merujuk kepada mereka yang menghadapi masalah untuk membaca dan menulis, walaupun mempunyai daya pemikiran yang normal.

Mereka yang mengalami dyslexia mempunyai kesukaran untuk menyebut perkataan yang panjang. Anak-anak yang mengalami dyslexia bukanlah tergolong anak yang bodoh. Mereka mempunyai tahap kecerdasan intelektual yang normal. Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca).

Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca).

Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.

Anak yang terlahir Dyslexia biasanya ditandai dengan:

1.Sulit berkonsentrasi

2.Daya ingat rendah,terutama mengingat angka,huruf dan warna.

3.Terlambat bicara

4.Kesulitan dalam pengucapan atau artikulasi ketika bicara

5.Lambat membaca dan mempunyai tulisan tangan yang buruk.

  1. Sering keliru dengan sesuatu perkataan pada huruf-huruf tertentu contohnya ‘b’ dianggap ‘d’ dan ‘p’ dianggap ‘q’.
  2. Ketika membaca, sering mengurang dan menambah pada sesuatu perkataan.

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan dyslexia, karena kondisi ini bukanlah penyakit melainkan ada gangguan di sistem saraf. Gangguan dyslexia bersifat genetik sehingga bisa menurun dari generasi ke generasi.

Untuk mengatasi anak yang mengalami dyslexia diperlukan kerja sama antara orang tua, dokter, psikolog, dan ahli lainnya. Bagi orang yang kurang mengerti tentang dyslexia selalu menganggap anak yang mengalami gangguan ini sebagai anak yang malas, bodoh, bahkan pembuat onar.

Untuk mengetahui apakah anak Anda mengalami dyslexia atau tidak, sebaiknya lakukan pemeriksaan pada anak dari berbagai aspek yakni bahasa, membaca, berbicara, serta lakukan evaluasi pendengaran. Evaluasi terhadap psikis anak pun harus dilakukan.

Gangguan dyslexia bisa ditangani dengan melakukan permainan kata-kata dengan menggabungkan aspek suara lalu anak harus menuliskan bunyi suara tersebut atau bisa juga dengan melakukan interaksi dengan komputer.

Bagi orang tua yang buah hatinya mengalami gejala-gejala diatas, sebaiknya langsung berkonsultasi pada psikolog atau ahlinya agar tidak kebingungan membimbing sang buah hati.

(Desy Retno Juardini adalah Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) Semester 1 Prodi PGSD kelas SD14-A3, tinggal di Jalan Ki Ageng Tapa, Desa Dawuan Blok Rancang RT 02 RW 02 Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita