Minggu, 02/05/2021, 13:56:54
Islam Memandang Perempuan Sebagai Pemimpin
Oleh: Aizul Istiqomah

...perempuan merupakan bagian integral dari masyarakat...

PADA dasarnya Allah menciptakan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, semata-mata bertujuan untuk mendarmabaktikan dirinya kepada-Nya. Islam datang membawa ajaran yang egaliter, persamaan, dan tanpa ada diskriminasi antara jenis kelamin yang berbeda, sehingga laki-laki tidak lebih tinggi dari perempuan.

Dengan demikian, Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, baik dalam hal kedudukan, harkat, martabat, kemampuan, dan kesempatan untuk berkarya. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri, adalah perempuan merupakan bagian integral dari masyarakat.

Secara biologis perempuan berbeda dengan laki-laki, tetapi dari segi hak dan kewajiban sebagai manusia sama. Jadi, keberadaan perempuan bukan sekadar pelengkap bagi laki-laki, melainkan mitra sejajar dalam berbagai aspek kehidupan, baik yang bersifat domestik seperti rumah tangga maupun publik.

Selama ini kita mengenal apa yang disebut dengan peran jenis (sex roles), yaitu perilaku atau kepribadian yang ditentukan oleh jenis kelamin, yang dibedakan atas tipe feminin dan tipe maskulin. Perilaku ini sebenarnya adalah sifat-sifat yang dapat dipelajari untuk meningkatkan aktivitas, sesuai dengan peran yang diharapkan masyarakat terhadap jenis kelamin tertentu.

Di sini budaya masyarakat sangat berpengaruh terhadap peran jenis seseorang. Ada karaktristik kepribadian, tugas pekerjaan, dan kegiatan yang dianggap wajar bagi laki-laki, dan lainnya wajar bagi perempuan.

Sifat-sifat yang dikonstruksikan oleh masyarakat ini yang kemudian melekat pada individu Stereotip perempuan dalam psikologi adalah pasif, emosional, penurut, dan penyayang. Inilah yang membenarkan sektor domestik perempuan dan dianggap nature-nya perempuan.

Demikian juga dalam kerangka sosio-biologis dapat diungkapkan, bahwa otak laki-laki lebih besar dari perempuan sehingga laki-laki lebih cerdas, lebih sempurna, matang, dan jernih dibanding perempuan. Repotnya hal-hal tersebut bagi perempuan dianggap sebagai kodrat yang tidak bisa diubah.

Kalimat Arrijal qawwamun ala an-nisa yang terdapat dalam ayat Al-Quran, selalu menjadi salah satu dasar normatif superioritas laki-laki atas perempuan. Kalimat ini sering diartikan kewajiban laki-laki untuk dijadikan sebagai seorang pemimpin bagi perempuan dalam segala urusan, baik itu urusan domestik apalagi urusan publik.

Konsep qawwam dalam Al-Qur’an surat Annisa’ : 34 adalah laki-laki sebagai pemimpin perempuan dalam lingkup rumah tangga. Hal ini ditegaskan dengan kewajiban laki-laki untuk memberi nafkah kepada perempuan. Pemberian nafkah hanya dilakukan suami kepada istrinya, dan tidak ada kewajiban untuk menafkahi wanita selain istrinya.

Ibn Katsir, Ibn Arabi, dan al-Maraghi mempunyai titik kesamaan terkait dengan kelebihan antara laki-laki terhadap perempuan, yaitu kemampuan laki-laki memberi nafkah kepada perempuan. Sehingga jika laki-laki tidak sanggup lagi memberi nafkah kepada istrinya, maka istri dapat mengambil alih peran qawwam ini. Oleh karena itu, ayat tersebut tidak bisa digunakan untuk melarang perempuan tampil sebagai pemimpin publik, seperti presiden atau yang lainnya.

Dengan demikian, tidak diragukan lagi ada dorongan ke arah kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam Al-Qur’an. Bahwa Al-Qur’an memberikan tempat yang terhormat kepada seluruh manusia yang mencakup dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.

Perbedaan biologis tidak berarti menimbulkan ketidaksetaraan dalam kehidupan. Fungsi-fungsi biologis harus dibedakan dari fungsifungsi sosial. Dalam kepemimpinan, nilai yang dianggap paling dominan adalah kualitas kepribadian yang meliputi kemampuan (ability), kecakapan (capacity), kesanggupan (faculty), dan kepandaian (skill).

Perempuan masa kini memiliki kesempatan yang luas untuk berkiprah dalam segala bidang, termasuk untuk menjadi pemimpin. Hal ini sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam, karena Al-Qur’an tidak membedakan manusia kecuali amal ibadahnya.

(Aizul Istiqomah adalah Mahasiswi Pendidikan Matematika Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita