Kamis, 02/10/2025, 07:20:05
Lanang Setiawan, Menjaring Mitos di Eropa, Menjaga Akar di Tegal Melalui Medan Sastra Daerah
LAPORAN: IWANG NIRWANA
.

Novel Tegalan Karya Lanang Setiawan "Pasar Mitos", "Jodoh Surgawi,", dan "Laki Pilihan" yang dicetak ulang. (Foto: Dok/Iwang)

PanturaNews (Tegal) - Awal Oktober 2025, jagat literasi Tegal kembali digegerkan kabar: Lanang Setiawan, novelis yang dikenal sebagai pelopor Sastra Tegalan, mencetak ulang tiga novel sekaligus.

Judul-judulnya: "Pasar Mitos", "Jodoh Surgawi,", dan "Laki Pilihan". Ketiganya terbit dalam rentang 2024–2025. Bila ditotal, tahun ini saja ia sudah mengeluarkan delapan novel. Produktivitas yang jarang ditemui di medan sastra daerah.

Meski berbeda jalan cerita, ada benang merah yang menghubungkan tiga novel tersebut: Eropa. Ya, daratan tua itu hadir bukan hanya sebagai latar, melainkan juga sebagai sumber inspirasi, ruang perjumpaan, dan bahkan laboratorium kultural.

-Wisata yang Lahir dari Legenda

Novel pertama, Pasar Mitos, mengisahkan Askara Hanin yang ditugasi penerbit untuk memburu mitos-mitos Eropa. Dari Verona, Fontana di Trevi, Bran Castle di Rumania, hingga Jembatan Desah di Venesia, Hanin menemukan satu hal: mitos bukan sekadar dongeng, melainkan komoditas wisata bernilai jutaan dolar. Bersama Dinda Kaesah—perempuan asal Tegal yang lama bermukim di Italia—Hanin menyingkap rahasia betapa legenda mampu menghidupi kota.

-Luka, Tulisan, dan Cinta yang Kembali

Novel kedua, Jodoh Surgawi, menghadirkan Kartika—wanita tangguh yang dikhianati suaminya, lalu bangkit lewat tulisan. Dari koran lokal Kejora Post, tulisannya menjelma novel yang kemudian menggema hingga Eropa. Bersama Ardian—lelaki yang sejatinya sudah dipilihkan ayahnya—Kartika menandatangani kontrak penerbitan di tujuh negara. Di Eropa itulah, cinta lama kembali menyala.

-Nama, Nasib, dan Perjalanan

Sementara Laki Pilihan membawa pembaca mengikuti jejak Winarti dan sahabatnya Qomariyah. Mereka mencari Hermawan, pelukis yang lama menghilang di Jerman. Kepercayaan keluarga tentang jodoh dengan nama belakang berakhiran huruf “N” memberi arah perjalanan ini. Dari Jerman, Prancis, hingga Italia, novel ini memadukan empat bahasa: Indonesia, Jerman, Inggris, dan Tegalan.

-Mengapa Eropa?

Ketika ditanya alasan memilih Eropa sebagai latar, Lanang menjawab lugas:

“Para penulis di Tegal jarang menyentuh arsitektur Eropa. Padahal, gedung-gedungnya, jalan-jalan tuanya, mitos-mitosnya, bahkan kebersihannya—semua bisa dijadikan bahan cerita. Kita perlu belajar bahwa peradaban adalah warisan bersama. Dengan menulis, aku ingin wong Tegal dolan, tanpa harus beli tiket pesawat.”

Ia menegaskan, sastra Tegalan tidak boleh terkurung di halaman rumah. Justru harus berani keluar, menatap dunia, lalu kembali dengan cerita yang bisa menjadi cermin bagi masyarakatnya. “Sastra itu jembatan. Dari Pantura ke Paris, dari Tegal ke Venesia,” imbuhnya.

Tiga novel ini, pada akhirnya, bukan sekadar bacaan. Ia adalah undangan untuk berkelana, menyelami mitos, luka, cinta, dan keyakinan. Pasar Mitos menyingkap wisata dari legenda. Jodoh Surgawi mengajarkan keteguhan hati. Laki Pilihan memperlihatkan bagaimana kepercayaan dan cinta bisa berjalan seiring.

Bagi pembaca Tegal dan sekitarnya, memiliki ketiga novel ini berarti ikut menyaksikan peradaban dunia sekaligus menghargai akar budaya sendiri. Lanang Setiawan berhasil menunjukkan bahwa sastra Tegalan bisa berpijak di tanah lokal, namun pandangannya meluas hingga cakrawala global.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita