Sabtu, 31/05/2025, 01:48:52
Menyingkap Sejarah "Gedung UPS Tegal Lama", Jejak Megah SCS dan Memori Kolektif Kota Bahari
LAPORAN TAKWO HERIYANTO

Bagunan Gedung UPS Tegal Lama yang masih berdiri kokoh dan megah. (Foto : Takwo Heryanto)

PanturaNews - Bagi sebagian besar masyarakat Tegal, frasa "gedung UPS Tegal lama" mungkin akan langsung membawa pikiran pada sebuah bangunan megah berwarna putih yang berdiri kokoh di dekat Stasiun Tegal. 

Namun, di balik julukan yang melekat karena kedekatan lokasi dan memori kolektif ini, tersimpan sejarah panjang yang jauh melampaui kiprah Universitas Pancasakti (UPS). 

Bangunan ikonik ini sejatinya adalah Gedung Birao, bekas kantor pusat dari perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda yang sangat berpengaruh, Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Lahirnya Kemegahan Arsitektur Kolonial: Kantor Pusat SCS

Sejarah Gedung Birao dimulai pada awal abad ke-20. Dibangun antara tahun 1913 dan selesai pada tahun 1918, gedung ini didirikan sebagai kantor pusat operasional SCS. 

Perusahaan ini merupakan salah satu motor penggerak ekonomi di jalur pantai utara Jawa, mengoperasikan trem dan jalur kereta api yang vital, menghubungkan Semarang, Tegal, hingga Cirebon.

Sebagai kantor pusat sebuah perusahaan besar, Gedung Birao dirancang dengan arsitektur yang sangat impresif, mencerminkan kekuatan finansial dan dominasi Belanda pada masa itu. 

Gaya arsitektur Eropa klasik yang diterapkan pada gedung ini memberikannya kesan yang megah dan berwibawa, menjadikannya salah satu bangunan paling menonjol di Tegal kala itu. 

Fungsi utamanya adalah sebagai pusat administrasi, operasional, dan logistik untuk seluruh jaringan kereta api SCS.

Saksi Bisu Pergulatan Sejarah Bangsa

Seiring dengan gejolak zaman, fungsi dan kepemilikan Gedung Birao pun turut berubah. Selama masa pendudukan Jepang (1942-1945), aktivitas SCS terhenti dan gedung ini tidak lagi digunakan untuk keperluan perusahaan.

Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia digaungkan pada tahun 1945, Gedung Birao kembali memegang peranan penting. Pada tahun 1946, di tengah panasnya revolusi, gedung ini beralih fungsi menjadi Markas Komando Resimen 20 Divisi IX Banteng Raiders. 

Hal ini menunjukkan betapa strategisnya lokasi dan bangunan ini dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Pasca-pengakuan kedaulatan, gedung ini sempat menjadi markas Resimen Infanteri 12 pada tahun 1950.

Dari PJKA Menjadi Kantor PT KAI

Pada era nasionalisasi aset-aset Belanda, Gedung Birao akhirnya jatuh ke tangan pemerintah Indonesia. Pada tahun 1960-an, gedung ini diambil alih oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), yang kemudian berkembang menjadi Perumka, dan kini menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). 

Hingga saat ini, Gedung Birao tetap berfungsi sebagai kantor bagi PT KAI Daerah Operasi 4 Semarang, mengelola berbagai aspek operasional perkeretaapian di wilayah tersebut.

Asal Mula Julukan "Gedung UPS Tegal Lama"

Lantas, bagaimana gedung megah ini bisa melekat dengan julukan "gedung UPS Tegal lama"? Julukan ini muncul bukan karena gedung ini pernah menjadi milik atau kampus utama Universitas Pancasakti. Melainkan karena lokasi awal kampus Universitas Pancasakti Tegal memang berada sangat dekat dengan Gedung Birao dan Stasiun Tegal.

Karena kedekatan geografis ini, masyarakat Tegal dahulu sering menyebut UPS dengan plesetan "Universitas Parek Stasiun" (Parek dalam bahasa Jawa berarti dekat). 

Memori kolektif inilah yang kemudian membuat Gedung Birao sering diasosiasikan sebagai "gedung UPS Tegal lama," meskipun secara historis dan kepemilikan, keduanya adalah entitas yang berbeda.

Pelestarian Warisan Bersejarah

Saat ini, Gedung Birao merupakan salah satu cagar budaya penting di Kota Tegal. Keberadaannya bukan hanya sebagai kantor PT KAI, tetapi juga sebagai pengingat akan masa lalu kolonial, perjuangan kemerdekaan, dan perkembangan perkeretaapian di Indonesia. 

Upaya pelestarian terus dilakukan untuk menjaga keaslian arsitektur dan nilai sejarah gedung ini, sehingga generasi mendatang dapat terus belajar dari jejak-jejak masa lalu yang terukir pada dinding-dinding megahnya.

Jadi, ketika Anda melintasi Jalan Pancasila di Tegal dan melihat Gedung Birao yang anggun, ingatlah bahwa bangunan itu menyimpan lebih dari sekadar memori "gedung UPS lama." 

Ia adalah saksi bisu perjalanan panjang sebuah kota dan bangsa, dari era kolonial hingga kemerdekaan, dengan deru kereta api yang tak pernah berhenti mengiringi langkah sejarahnya.

(Disadur dari berbagai sumber)


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita