Selasa, 22/10/2024, 09:32:53
Keteladanan Para Santri
OLEH: ENDANG SRI WITANTI
.

Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

TANGGAL 22 Oktober 2024 merupakan Hari Santri Nasional. Seluruh instansi pada hari itu menganjuran memakai pakaian Santri, termasuk di kalangan pendidikan para guru, siswa dan siswi memakai busana muslim dan muslimah, layaknya seorang santri di pondok pesantren.

Bawahan sarung berpasangan dengan baju putih, untuk perempuan busana gamis. Bagi non muslim diharapkan bisa menyesuaikan. Semua terlihat indah, sejuk, dan nyaman seperti suasana pondok pesantren.

Pelaksanaan Hari Santri Nasional merupakan wujud penghargaan bangsa Indonesia kepada para santri yang sudah banyak berkorban demi memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini tentunya mengingatkan kepada seluruh bangsa Indonesia terhadap nilai-nilai perjuangan yang dilakukan para Santri.

Banyak para Santri dan Ulama-ulama besar bersama keluarga yang gugur menjadi korban memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Bukan di tanah Jawa saja, hampir di seluruh Indonesia para Santri dan Ulama-ulama menjadi korban.

Para Santri sejak lama sangat berperan penting dalam memperjuangkan dan mengusir para Penjajah. Pangeran Diponegoro, beliau seorang Santri atau Ulama, putra penguasa Jogjakarta Sultan Hamengku Buwono VI. Demi tanah Jawa dan sekitarnya Pangeran Diponegoro tidak bersedia dijumenengkan sebagai Sultan. Beliau memilih bersama rakyat mengadakan perlawanan terhadap pasukan Belanda yang dipimpin oleh Hendrik Markus Vande Cock.

Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo ketika mengadakan kunjungan ke Pondok Pesantren di Malang Jawa Timur pada tahun 2014 menerima usulan yang disampaikan para Santri. Satu tahun kemudian direalisasikan oleh Bapak Presiden pada tanggal 22 Oktober tahun 2015 bertempat di Masjid Istiqlal Jakarta. Pada tanggal itu dibuatkan Surat Keputusan Presiden no. 22 tahun 2015 tentang pelaksanaan Hari Santri Nasional.

Pelaksanaan Hari Santri Nasional mengingatkan tentang fatwa resolusi jihad yang disampaikan oleh Hedratus Syeh KH Hasyim Asyari kepada para Santri pada tanggal 22 Oktober 1945 yaitu "Kewajiban berjihad fisabilillah untuk mempertahankan kemerdekaan RI dengan melawan penjajah yang masih berada di Indonesia."

Ketika perang Surabaya Tokoh ulama besar Hedratus Syek KH. Hasyim Asy'ari mengajak kepada seluruh santriwan untuk bekerja sama bahu-membahu mengangkat senjata, bambu runcing, maupun bentuk senjata lainnya bersama tentara dan rakyat melakukan penyerangan melawan penjajah. KH. Asyari bersama pemimpin-pemimpin besar Indonesia, Bung Tomo, Jenderal Sudirman, dan Tokoh-tokoh lainnya.

Perang yang terjadi sekitar satu bulan lamanya dari tanggal 17 Oktober 1945 sampai dengan 20 November 1945 pasukan Nica ingin berkuasa di Surabaya dapat tunggang-langgang. Mallaby tewas karena sebuah tembakan. Meskipun banyak korban jiwa ribuan nyawa melayang Surabaya bisa direbut kembali.

Selain perang Surabaya, di Sulawesi dijajah oleh pasukan penjajah Belanda. Westerling melakukan genosida besar-besaran. Para Santri dan Ulama-ulama target sasaran utama. Banyak keluarga para Santri dan Ulama menjadi korban pembantaian mereka. Orang-orang penjajah baik Belanda, Jepang, maupun Nica semua tidak mengenal peri Kemanusiaan.

Melalui momen peringatan Hari Santri Nasional berharap agar jiwa-jiwa santri akan tertanam, tumbuh, dan berkembang di hati nurani bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Terutama untuk kawaula muda, singsingkan lengan baju dan bersihkan hati untuk segera meraih kemenangan. Karena kemenangan atau kesuksesan tidak akan datang dengan sendirinya melainkan melalui berbagai proses. Kita harus rela berkorban, ikhlas, dan tentunya kuatkan iman.

Para Ulama atau para Kyai dalam mengajarkan ilmu kepada para Santri ilmu lahiriah dan batiniah. Para Santri ditempa siang dan malam untuk bisa membagi waktu dan menempatkan waktu dari ilmu yang diperolehnya. Penanaman akhlak, penanaman ilmu agama Islam, ilmu-ilmu sosial, ilmu bela diri, dan ilmu kecakapan hidup. Para Ulama, Kyai, atau Guru mengaji mempunyai harapan agar para Santri setelah pulang bisa berbaur pada masyarakat, mampu menanamkan, dan menyebarkan ilmunya ke masyarakat. 

Jika dilihat dari kata atau istilah, kata Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang mau beribadah dengan sungguh-sungguh, dan orang saleh. Banyak para ahli mendefinisikan kata Santri. 

Dari segi pakaian, sarung memberikan petunjuk agar para pemakai bisa meletakkan sesuatu pada tempatnya. Baju putih melambangkan para pemakai berhati suci dan bersih. Seandainya-pandainya orang adalah orang yang bisa meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Mudah-mudahan dengan hari Santri Nasional generasi muda teringat sejarah dan jiwa-jiwa santri tertanam, yaitu jiwa yang luhur, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan Hari Santri Nasional berharap para generasi muda meneladani semangat jihad para Santri untuk membangun negeri. 

Selamat Hari Santri Nasional dan Selamat untuk kita semua. Jaya lah Indonesia ku!

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita