Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) akan dimulai secara serentak di Kabupaten Brebes dan daerah sekitarnya yang di Jawa Tengah, pada Senin 22 Juli 2024 (hari ini). MPLS adalah momen yang sangat penting bagi siswa baru di semua jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, hingga SMA/SMK sederajat.
Program ini dirancang untuk membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru mereka, mengenal teman-teman baru, dan memahami aturan serta budaya sekolah.
Namun, di balik tujuan mulia ini, MPLS sering kali menjadi ajang terjadinya perundungan atau bully yang tidak seharusnya terjadi. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa MPLS berlangsung dengan aman, ramah, dan bebas dari kekerasan.
Pengalaman Pertama yang Berkesan
MPLS adalah pengalaman pertama siswa di sekolah baru. Di sini, mereka belajar mengenal lingkungan fisik sekolah, seperti ruang kelas, perpustakaan, dan kantin. Mereka juga berkenalan dengan guru dan teman-teman baru.
Pengalaman ini seharusnya menjadi kenangan manis yang mereka ingat sepanjang hidup. Namun, sayangnya, ada kasus-kasus di mana MPLS justru menjadi mimpi buruk bagi beberapa siswa karena adanya tindakan bully dari teman sebaya atau bahkan dari kakak kelas.
Dampak Bully yang Merusak
Perundungan selama MPLS dapat berdampak buruk pada mental dan emosional siswa. Siswa yang menjadi korban bully bisa mengalami trauma, rasa takut, dan rendah diri.
Hal ini tidak hanya mengganggu proses belajar mereka tetapi juga dapat berdampak jangka panjang terhadap perkembangan psikologis mereka. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi semua siswa, bukan tempat di mana mereka merasa terancam atau diintimidasi.
Peran Sekolah dan Guru
Sekolah dan guru memiliki peran penting dalam memastikan MPLS berjalan dengan baik dan bebas dari bully.
Pertama, sekolah harus memiliki kebijakan anti-bully yang jelas dan tegas. Kebijakan ini harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah, termasuk siswa, guru, dan staf. Guru dan pengurus sekolah harus proaktif dalam mengawasi kegiatan MPLS dan segera bertindak jika melihat tanda-tanda perundungan.
Selain itu, sekolah harus memberikan pelatihan kepada guru dan staf tentang cara mengidentifikasi dan menangani kasus bully. Mereka juga harus menciptakan lingkungan di mana siswa merasa aman untuk melaporkan jika mereka atau teman mereka mengalami perundungan.
Partisipasi Siswa dalam Menciptakan Lingkungan Aman
Siswa juga harus dilibatkan dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari bully. Mereka perlu diajarkan tentang pentingnya menghormati teman-teman mereka dan dampak negatif dari bully. Selain itu, kegiatan-kegiatan MPLS harus dirancang untuk membangun kerjasama dan kebersamaan, bukan kompetisi yang bisa memicu perundungan.
Siswa senior, khususnya, harus diberikan pemahaman bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk menjadi panutan bagi adik-adik kelasnya. Mereka harus diberi kesempatan untuk berperan sebagai pendamping atau mentor, bukan pelaku perundungan.
Pada intinya, MPLS adalah waktu yang krusial bagi siswa baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah mereka. Ini adalah momen untuk membangun fondasi yang kuat bagi pengalaman belajar mereka di masa depan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa MPLS berlangsung dengan aman dan bebas dari bully.
Semua pihak, mulai dari sekolah, guru, hingga siswa, harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang ramah, inklusif, dan mendukung. Jangan biarkan perundungan merusak masa depan anak-anak kita. Mari bersama-sama kita wujudkan MPLS yang positif dan berkesan bagi semua siswa.(**)