Selasa, 24/01/2023, 19:00:34
Matematika Menakutkan? Horor? Bagaimana Menghapus Momok Negatif Itu?
Oleh: Nadia Ainun Khoirun Nisa & Dian Purwaningsih, M.pd

DARI beberapa mata pelajaran yang didapatkan siswa disekolah, siswa sering mengkategorikan beberapa sebagai pelajaran yang mudah, dan beberapa lainnya dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

Jika mengambil satu kasus umum dari kelompok mata pelajaran sulit, kita akan mendapatkan satu mata pelajaran yaitu matematika. Lalu apa yang membuat mereka memiliki persepsi negatif pada matematika? Apa saja dampak yang ditimbulkan? Serta bagaimana solusi mengubah persepsi negatif itu?

Tanpa kita sadari persepsi tersebut justru mendorong kita pada sikap mengacuhkan pada hal yang seharusnya kita perlukan. Persepsi negatif tentang pembelajaran matematika yang sulit akan memunculkan beberapa dampak pada diri siswa, beberapa diantaranya seperti muncul rasa takut, malas, dan anti terhadap pelajaran matematika.

Selanjutnya dampak tersebut dapat memengaruhi penguasaan siswa dalam wawasan bidang matematika menjadi rendah dan siswa tidak akan memperoleh manfaat dari proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kehidupan. Oleh karena itu diperlukan penanggulangan bagaimana mengubah persepsi masyarakat terutama siswa terhadap pembelajaran matematika.

Gani (2015) menyatakan bahwa faktor internal lain selain minat belajar yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah persepsi. Persepsi dapat menjadi kekuatan dan daya dorong bagi siswa untuk belajar. Persepsis positif siswa pada matematika perlu dikembangkan dan diperhatikan oleh guru. Jika persepsi siswa pada metematika baik maka dalam pembelajaran matematika siswa akan bersemangat.

Hal sebaliknya pun terjadi, jika persepsi siswa pada matematika itu kurang baik maka siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus membantu siswa supaya siswa mampu memiliki persepsi positif pada matematika, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Dari banyaknya persepsi siswa terhadap matematika itu timbul dari beberapa pengalaman mereka dalam belajar matematika itu sendiri. Yang paling umum ditemukan adalah cara mengajar guru yang dianggap kaku dan monoton. Sehingga siswa malas mengikuti jalannya pembelajaran tersebut. Siswa cenderung sulit memahami yang guru ajarkan karena kebakuan tersebut. Matematika dianggap horor, dan sangat wajib dijauhi, bukan begitu? Apalagi persepsi tersebut sudah dianggap umum, sehingga banyak yang membenarkan hal tersebut.

Selain itu matematika dianggap sangat rumit, terlebih penyampaian yang seringkali terlalu cepat sehingga banyak materi atau sub yang terlewat dan mengakibatkan materi yang diterima cenderung tidak runtut. Hal itu juga menjadikan kesulitan bagi siswa mempelajari dan menimbulkan timbulnya persepsi negatif siswa terhadap matematika.

Dan yang juga tidak kalah penting adalah motivasi. Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut. Dimana motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

Menurut Sardiman (2018:25), fungsi motivasi ada 3 yaitu:

-a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

-b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

-c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selanjutnya, Sukmadinata (2011:62), mengatakan bahwa motivasi memiliki 2 fungsi, yaitu:

-a. Mengarahkan (directional function): Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila sasaran tidak diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran

-b. Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing function): Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dankemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan dan mencapai prestasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang melakukan kegiatan itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan sasaran akan tercapai.

Dengan demikian menjadi suatu PR besar bagi seorang pendidik untuk melakukan perbaikan dalam cara mengajar mereka. Guru diharapkan bisa memberikan inovasi baru cara mengajar mereka. Salah satu solusinya adalah dengan menjadi guru yang menyenangkan bagi siswa. Dari satu Langkah tersebut bisa mengubah loh? Karna ketika siswa merasa pembelajaran itu menyenangkan itu bisa membuat mereka lebih semangat memperhatikan. Tentunya menjadi nilai lebih bukan?

Diharapkan dari perubahan itu bisa membuat persepsi negatif mereka mengenai matematika itu berkurang. Selain itu menjadi keharusan bagi seorang guru menumbuhkan motivasi belajar bagi siswanya. Diharapkan matematika tidak lagi menjadi menakutkan bagi siswa. 

Mari tanamkan matematika itu menyenangkan. Matematika horor? Jangan lagi deh. Selamat tinggal matematika rumit...

Sumber: Jurnal Inovasi Penelitian Vol1 No.6 November 2020, J+PLUS UNESA, Vol 9, Nomer 2, Tahun 2020.

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita