Kamis, 27/10/2022, 17:38:04
Wisuda Mahasiswa Politeknik Purbaya, Fikri Orasi Ilmiah Gunakan Bahasa Tegalan
GH TIM-LAPORAN SL. GAHARU & TIM

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr. H. Abdul Fikri Faqih orasi ilmiah menggunakan bahasa Tegalan di hadapan ratusan wisudawan Politeknik Purbaya, Kabupaten Tegal. (Foto: Dok/ls)

“Kabupaten Tegal nduwé sakabéhané modal nggo maju kelas dunia,”

PanturaNews (Tegal) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dr. H. Abdul Fikri Faqih orasi ilmiah menggunakan bahasa Tegalan di hadapan ratusan wisudawan Politeknik Purbaya, Kabupaten Tegal, di Syailendra Convention Hall, Grand Dian Hotel Slawi, Kamis 27 Oktober 2022. 

Acara wisuda total menggunakan bahasa Tegalan, dari MC, sambutan-sambutan sampai orasi budaya, pembacaan puisi, dan Orasi Ilmiah.

Orasi ilmiah diisi oleh Abdul Fikri Faqih. Pembacaan puisi dibawakan oleh penyair Apito Lahire, dan orasi budaya oleh Budayawan Tegalan, Atmo Tan Sidik.

Dalam orasi ilmiahnya, Politisi PKS dari Dapil Jawa Tengah IX (Kota-Kab. Tegal dan Brebes) dalam bahasa Tegalan menandaskan, bahwa kondisi dunia saat ini sedang dalam kesulitan luar biasa.

“Ning kondisi saiki, sarana kanggo mbangun kudu dingerténi Indek Pembangunan Manusia (IPM). Kuwé Angka Daftaré sing nggo mbangun wong Tegal lan sekitaré, ésih ning ngingsor sak-Jawa Tengah,” ujar Fikri.

Jumlah 35 Kota/Kabupaten sak-Jawa Tengah, posisi Kabupaten Tegal urutan 10 saka ngingsor alias nomer 25. Luwih mrihatina maning, posisiné Kabupaten Brebes ésih nang daftar nomor bud-budan. Madan lumayan posisiné Kota Tegal kelebu urutan nomer 10 ning nduwur.

Masih menggunakan bahasa Tegalan, Fikri melanjukan bagaimana cara menghadapi situasi memprihatinkan semacam itu? Menurutnya, ada konsep Pentahelix yaitu segi 5 yang harus dijadikan satu untuk mengadapi masalah itu.

Pertama, kaum akademisi yaitu orang sekolahan agar ilmunya bermanfaat dapat memecahkan masalah, yakni dengan sungguh-sunggu belajar dan teliti mengadapi masalah.

Kedua, kaum Bisnis: juragan yang memiliki modal dan sarana untuk membantu memecahkan. Ketiga, Goverment: Pemerintah dapat mengatur agar pengusaha dan masyarakat bersama-sama bekerja.

Keempat, Comunity yaitu, kelompok yang memiliki hobi atau pekerja bersama-sama memecahna masalah. Kelima, unsur media hendaklah memberitakan hal positip agar gencar disiarna biar menjadi ilham bagi yang lain memiliki semangat.

“Politeknik Purbaya pan mélu wujudna angen-angen sing kaya kuwé mau. Nanggo fungsi perguruan tinggi yakuwé, ndidik karo ngajar atawa sinau terus, nliti karo ngembangna, ngabdi lan nglayani masyarakat,”.

“Kabupaten Tegal nduwé sakabéhané modal nggo maju kelas dunia. Kondisi Kabupaten Tegal, ana modal alam sing Gusti Allah apiké ora kalah karo negri sabrang. Uga duwéni industri logam sing jaré kaya Jepang, lan pirang-pirang panganan sing gawé ngiler wong sapa baé sing weruh,” lanjutnya.

“Samana uga ana hasil tani lan nelayan sing laka tunggalé. Pokoké, Kabupaten Tegal luar biasa!” tandas Fikri.

Sementara Direktur Politeknik Purbaya, Titiek Deasy Saptaryani, S.T., M.T mengatakan, mengapa acara wisuda kedua ini menggunakan bahasa Tegalan, karena dengan menggunakan bahasa daerah Tegalan, akan lebih nyambung dan menumbuhkan kesejukkan komunikasi.

“Menggunakan bahasa Tegalan agar para mahasiswa, alumni serta segenap civitas akademika kembali bernostalgia dengan bahasa ibunya, bahasa daerah Tegalan, bahasa yang sangat penting dalam upaya membenahi karakter bangsa,” tutur Titiek.

Setelah berlangsungnya sambutan demi sambutan meluncur dari pihak Politeknik Purbaya, sesi yang menarik tampilnya penyair Apito Lahire membawakan puisi Tegalan berjudul “Maca karo Moci nang Poltek Purbaya Slawi”.

Saat Apito Lahire mulai beraksi melantunkan pembawakan puisinya, situasi yang semula hening, mendadak berubah penuh semangat dan gayeng. Apito mampu membangkitkan suasana pengunjung dan para wisudawan, memberikan standing applause saat Apito menirukan suara kicau dari beberapa jenis burung kicauan dengan riuh rendah.

Suasana gayeng terus dicipta hingga pembacaan puisi Apito Lahire berakhir gemuruh tepuk tangan menyertainya turun dari panggung. Pembacaan sajak Tegalan yang dibawakan Apito Lahir sungguh memberi nuasa semangat yang meletup-letup. 

“Luar biasa, Apito menghidupkan suasana hening pecah dengan suara yang menghibur dan menghidupkan,” ujar salah satu panitia yang sejak pembacaan puisi membidikan kameranya ke arah Apito Lahire berulang-ulang.


 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita