Jumat, 05/11/2021, 15:06:57
Dekadensi Moral
Oleh: Nurul Inayah
--None--

GENERASI muda merupakan tonggak perubahan suatu bangsa atau agent of change. Tolak ukur keberhasilan suatu bangsa adalah bagaimana perilaku para warganya terutama generasi muda. Sebab, generasi muda acap kali dijadikan contoh, baik perilaku maupun kepribadiannya.

Pemuda adalah sumber berbagai pengembangan ide, gagasan, serta wawasan. Di tangan pemuda sebuah ide bisa dikembangkan menjadi hal yang luar biasa, tentunya bercermin pada nilai-nilai moral dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.

Namun, dekadensi moral/penurunan moral di era milenial saat ini tak bisa terelakan. Moral merupakan sebuah prinsip yang wajib diterapkan pada setiap jiwa pemuda di era sekarang. Menjadi pemuda bermoral bukanlah sebuah pilihan, namun kewajiban mendasar sebagai makhluk hidup yang memiliki akal.

Moralitas merupakan sebuah nilai-nilai yang menjadi pegangan serta pedoman dalam hidup bermasyarakat, dengan moralitas kehidupan bermasyarakat dapat teratur dan terkendali.

Harapan bangsa terletak pada generasi penerusnya yaitu pemuda. Bagaimana jika para generasi muda tidak bermoral serta tidak memiliki akhlak yang mumpuni? Maka bisa dipastikan masa depan suatu bangsa tidak bisa dikatakan cemerlang.

Banyak sekali faktor yang memengaruhi seseorang mengalami dekadensi moral. Salah satunya adalah tidak melakukan filter terhadap hal-hal baru yang masuk dalam kehidupannya. Misalnya saja, sebuah tren yang tengah banyak diperbincangkan atau bahkan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Problemnya adalah generasi muda di era milenial ini belum mampu memilah hal yang tidak dan hal yang seharusnya ditiru. Selain perkembangan teknologi yang semakin pesat, penyebaran informasi pun semakin mudah. Hal ini diibaratkan sebuah dua sisi mata pisau.

Artinya, perkembangan teknologi yang semakin canggih dan penyebaran informasi yang pesat, memang sangat berguna dan bermanfaat, namun hal ini juga akan berbahaya jika si pengguna menyalahgunakaan.

Salah satu contoh sederhana dari bentuk dekadensi moral suatu generasi muda adalah minimnya rasa sadar, empati, serta sopan santun terhadap orang yang lebih tua atau yang bisa disebut sebagai anggah-ungguh.

Dalam adat Jawa anggah-ungguh merupakan suatu hal yang mendasar, seorang yang lebih muda ketika melalui orang yang lebih tua sudah sepatutnya menundukan badan sebagai bentuk penghormatan. Namun, sangat disayangkan hal semacam itu mulai pudar di kalangan pemuda di era milenial ini.

Banyak sekali faktor yang menjadi penyebab merosotnya moral generasi muda. Faktor yang paling memengaruhi adalah faktor lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan contoh pertama yang dilihat seorang anak dalam kehidupan sehari-harinya.

Biasanya anak dari keluarga broken home sangat rentan memiliki moral yang kurang baik. Hal ini dikarenakan keadaan keluarga yang tidak harmonis tidak cukup memberikan perhatian lebih yang berpengaruh pada mental dan psikologis anak (Salmiah, Pusat penyuluhan sosial).

Selain itu kontrol diri anak yang lemah juga sangat berpengaruh, anak yang memiliki kontrol diri lemah akan sulit membedakan mana perilaku yang harus ia tiru dan terima, dan mana perilaku yang seharusnya tidak ia tiru. Hal ini juga berpengaruh pada sikap mental yang menunjukan rasa bersalah atas apa yang dilakukannya. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya adalah salah satu hal wajib ditanamkan pada setiap diri anak.

Faktor selanjutnya adalah pengaruh lingkungan dan media sosial. Seperti yang diketahui bahwa media sosial adalah sumber dari hal baru yang dilihat oleh si anak. Jika anak tidak mampu menyaring hal baik dan buruk tentu akan sangat berpengaruh terhadap perilakunya. Media sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku anak, baik itu perilaku menyimpang maupun tidak. Namun sayangnya, lebih banyak memberikan pengaruh terhadap tindakan yang menyimpang.

Dekadensi moral dapat dicegah dengan menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak dini. Orang tua sudah sepatutnya lebih memberikan perhatian terhadap anak. Terutama pada setiap tahap perkembangan anak.

Mengawasi anak ketika bermain ponsel pun menjadi hal penting yang harus diperhatikan, pasalnya akan banyak sekali hal-hal yang harus disaring. Dengan begitu, anak akan merasa perhatian lebih dari orang tuanya dan terhindar dari sikap membangkang.

(Nurul Inayah saat ini tengah menyelesaikan studi di Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Jika ingin menghubungi bisa mengirim pesan melalui: inayahnurul259@gmail.com. Salam literasi dan semangat berkarya!!)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita