Jumat, 26/03/2021, 17:36:16
Budaya Sopan Santun Kian Menurun
Oleh: Divana Anis Sabilla
--None--

Mereka memilih untuk duduk di tempatnya tanpa membiarkan wanita yang sedang hamil atau orang tua tersebut untuk duduk

BANYAK kita temui anak muda jaman sekarang kurang menghargai sesama, sikap menghormati kepada orang yang lebih tua serta rasa simpati dan empati kian menipis.

Salah satu contoh sederhana yang sering kita temui yaitu jika kita sedang berada di dalam bis atau angkutan umum ada wanita hamil atau ada orang tua yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk, hal ini sering kali diabaikan oleh anak muda jaman sekarang.

Mereka memilih untuk duduk di tempatnya tanpa membiarkan wanita yang sedang hamil atau orang tua tersebut untuk duduk. Hal ini tentunya membuat miris ketika melihat sikap anak muda jaman sekarang.

Tidak dapat disangakal , seiring dengan berjalannya waktu perilaku anak remaja jaman sekarang juga mengalami tingkah laku yang berubah dari setiap waktu ke waktunya. Budaya sopan santun yang kian melekat pada jati diri masyarakat Indonesia mulai menurun tergerus oleh perkembangan zaman.

Datangnya kebudayaan asing dari barat sangat memberikan pengaruh pada nilai-nilai tradisional negara Indonesia. Kebanyakan para remaja lebih memilih untuk mengikuti trend dari negara barat dibandingkan nilai-nilai tradisional negaranya sendiri.

Sopan santun atau yang sering kita kenal dengan sebutan tata krama merupakan salah satu ciri khas atau jati diri yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Pengertian dari sopan santun sendiri yaitu tingkah laku yang baik, hormat dan beradab dan bersikap lemah lembut.

Sudah sejak zaman dahulu kala, negara Indonesia dikenal dengan sikap ramah tamah dan adat istiadatnya yang berhubungan dengan sikap kesopanan yang senantiasa dijunjung tinggi. Namun pada kenyataanya banyak orang-orang yang mengacuhkan tindakan kesopanan ini. Inilah masalah yang besar yang ditimbulkan akibat menyepelekan hal kecil, mungkin lebih tepatnya dinamakan “Krisis jati diri”.

Zaman sekarang budaya sopan santun sudah tidak begitu melekat terutama pada kalangan remaja, seperti banyak dari kalangan remaja tidak menghargai bahkan menghormati keberadaan orang lain baik dalam bertindak maupun bertutur kata.

Kebiasaan yang mulai ditinggalkan misalnya seperti, mengucapkan salam, mencium tangan kedua orang tua sebelum pergi dari rumah, juga membungkukan badan ketika sedang melewati orang yang lebih tua, ucapan “terimakasih” saat dibantu, ucapan “permisi atau tolong” jika ingin meminta tolong bahkan saat berbuat salah bukannya meminta maaf malah mengganti kata maaf dengan “baperan”.

Seharusnya dalam bertutur kata dengan siapapun, terutama dengan orang tua kita harus menggunakan tata krama misalnya dengan bahasa yang lemah lembut serta dengan murah senyum.

Ada peribahasa jawa menyatakan “Ajining Dhiri Dumunung ing Lathi” yang artinya nilai diri seseorang terlatak pada ucapannya. Dalam peribahasa ini terdapat nasihat bahwa kita harus senantiasa berhati-hati dalam segala ucapan karena sepatah kata pun yang akan dilontarkan oleh mulut kita, jika sudah menyahat hati orang lain maka kata-kata tersebut akan terus selalu diingat oleh orang lain.

Dalam hal ini perlu adanya edukasi dan pembentukan karakter dari kecil, diantaranya:

-1. Nilai yang harus diajarkan yaitu nilai agama yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia. Jadi, jika seseorang telah memiliki dasar agama yang baik maka akan berperilaku baik pula dalam bertindak maupun bertutur kata.

-2. Menghargai dan menghormati orang lain, anak perlu diajarkan tentang bagaimana cara menghormati dan menghargai perbedaan terutama sikap menghormati kepada orang lain.

-3. Sikap gotong royong dan saling tolong menolong juga perlu diajarkan kepada anak sejak dini, agar mereka terbiasa untuk membantu sesama.

-4. Berbagi kasih sayang dan rendah hati, jika sejak dini anak diajarkan untuk saling berbagi kasih sayang maka akan menjadi kebiasaan sikap hingga tua nanti.

Dalam proses pembentukan karakter ini diperlukannya dukungan dan support dari berbagai pihak terutama orang tua, keluarga dan lingkungan sekolahnya.

(Divana Anis Sabilla adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)

Tulisan dalam Kolom Opini ini adalah kiriman dari masyarakat. Segala tulisan bukan tanggung jawab Redaksi PanturaNews, tapi tanggung jawab penulisnya.

 
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Komentar Berita