Tanaman kopi Dawuhan tumbuh dan ditanam di sela-sela tegan pohon pinus. Kedai kopi Gunung Wangi banyak diminati karena rasa khsanya. Biji kopi dalam proses penjemuran (Foto: Zaenal Muttaqin)
Kopi Indonesia sangat beragam citarasanya. Seperti kopi dari Desa Dawuhan Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, rasa asam perpadu dengan aroma wangi jadi keunikannya.
Diantara daerah-daerah penghasil biji kopi di Kabupaten Brebes, Desa Dawuhan di Kecamatan Sirampog menjadi salah satu yang paling diminati. Biji kopi hasil panen di Desa Dawuhan ini dikenal memiliki rasa yang unik.
Cikal bakal biji kopi yang ada di Desa Dawuhan ini merupakan jenis Arabica. Kualitas bibitnya standar nasional yang dibawa dari daerah Lembang Bandung.
"Biji kopi awal dari Lembang Bandung saat kami bersama beberapa warga mengikuti pelatihan di sana dan mendapat bantuan bibit biji kopi sebanyak tiga kilogram untuk kami tanam," kata Kepala Desa Dawuhan Sudarsono, Senin 07 September 2020.
Budidaya tanaman kopi tersebut pun akhirnya terus dilakukan hingga kini luasan lahan kebun kopi mencapai sekitar 30 hektar. Hasil olahan biji kopi dari Dawuhan ini memiliki karakter yang unik.
Danto Priyatno pengurus Kelompok Usaha Bersama (KUB) Puspita yang selama ini mengolah dan memasarkan kopi Gunung Wangi Dawuhan ini menuturkan, karakter kopi ini diperoleh secara alami, baik dari bibitnya maupun karena lahan tanaman yang ada sela-sela tegakan pohon pinus di daerah ketinggian.
Secara geografis, lahan kebun kopi di Desa Dawuhan berada di tengah-tengah. Pada ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut (mdpl).
"Karena ditanam di lahan dengan ketinggian 1.400 mdpl dan di kawasan hutan pinus, sehingga muncul rasa asam yang identik dengan aroma pinus," terang Danto yang membidangi produksi di KUB Puspita ini.
Adapun munculnya rasa asam buah, menurutnya, karena karakter dari jenis Arabica, kemudian diperkuat dengan aroma pinus, sebab tanaman sela ditanam berdekatan dengan tanaman pinus. Sebagian besar kebun kopi di Desa Dawuhan ditanam dengan metode tumpang sari.
"Karena tanaman selanya banyak yang pohon pinus, jadi rasa aroma pinus ikut terserap di kopi," tutur Danto.
Karena karakter tersebut, kopi Desa Dawuhan lebih banyak diminati. Kopi yang kini dikenal dengan kopi Gunung Wangi setelah diolah memiliki varian olahan berupa honey, wine, full wash dan natural.
"Kopi yang kita jual ada tiga jenis, yakni green bean, dan bubuk honey, wine, full wash dan natural," terang Soleman pengurus KUB Puspita yang membidangi pemasaran.
Kopi Gunung Wangi dari Desa Dawuhan, saat ini pemasaran sudah merambah ke berbagai daerah, seperti Banyumas, Tegal, Cirebon dan Jakarta. Juga ada yang dibawa ke luar pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
"Bahkan belum lama ini ada pembeli dari negeri Belanda yang penasaran setelah mencicipinya," ungkap Soleman.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Brebes, H Indra Kusuma SSos mengatakan, pihaknya akan mendorong agar kopi dari Dawuhan dapat booming. Di beberapa kedai di beberapa tempat kopi dari Dawuhan sudah banyak diminati.
"Kami ikut bangga karena di Brebes ini memiliki kopi yang bagus dan akan didorong produksi serta pemasarannya sehinga dapat lebih dikenal di tingkat nasional," katanya.
Dikatakan, dari informasi yang diperoleh kopi dari Dawuhan ini sudah beberapa kali ikut lomba nasional dan meraih juara. Kadin Brebes akan berupaya membantu mengangkat kopi Dawuhan untuk lebih dikenal bahkan booming di tingkat nasional melalui acara-acara yang diselenggarakan Kadin.
"Kita akan bantu nanti untuk lebih mengenalkan di tingkat nasional, melalui acara-acara Kadin kita kenalkan atau suguhkan kopi Dawuhan," ujar Indra.
Kopi Dawuhan jika nantinya dapat booming selain akan mengangkat kesejahteraan bagi warga, juga akan membantu menyelamatkan kelestarian alam. Sebab petani akan memilih menanam kopi di lereng hutan dari pada menanam sayur semusim yang dapat menyebabkan erosi.