Manusia merupakan sebangsa binatang. Dia memiliki banyak kesamaan dengan binatang lainnya. Pada saat yang sama manusia memiliki banyak ciri yang membedakan dirinya dengan binatang lainnya, dan ciri-ciri ini menempatkannya lebih unggul daripada binatang. Ada ciri-ciri utama yang mendasar, yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sifat-sifat manusiawi manusia ditentukan oleh ciri-ciri ini. Ciriciri ini, yang juga menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai budaya manusia, berkaitan dengan dua hal. Yaitu, sikap dan kecenderungan.
Pada umumnya binatang memiliki kemampuan melihat dan mengenal dirinya sendiri dan dunia sekitarnya. Dan dengan berbekal pengetahuan yang didapat dari melihat dan mengenal ini, binatang berupaya mendapatkan apa yang diinginkannya. Seperti binatang lainnya, manusia juga memiliki banyak keinginan. Dan dengan bekal pengetahuan dan pengertiannya, manusia berupaya mewujudkan keinginannya. Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Bedanya adalah manusia lebih tahu, lebih mengerti, dan lebih tinggi tingkat keinginannya.
Pada pernyataan tersebut bahwa dalam ilmu mantiq menyebutkan bahwa manusia adalah hewan yang berfikti, kenpaa disebut seperti itu? Padahal manusia dan hewan temtu sudah sanat biasa terlihat jelas perbedaannya dimana. Terlihat dari mana terlahirnyapun sudah berbeda antara manusia dan hewan. Kyai sepuh mengatakan bahwa dalam hubungan fisik namanya manusia tidak bisa disamakan dengan hewan karena itu adalah sama saja menymakan dengan seharusnya tidak disamakan.
Indonesia sedang mengalami banyak permasalahan yang sangat dahsyat. Namun, tangan-tangan baik semakin langka. Kasus kebakaran belum usai hingga sampai sekrang. Belum lagi ditambah aksi unjuk rasa mahasiswa kepada DPR yang tidak ada hentinya. Kasusus yang paling membutuhkan rasa belas kasihan dari tangan-tangan baik adalah kerusuhan yang terjadi di papua. Permasalahan yang terjadi malah menggantikan posisi perioritas bagi warga papua. Hal yang seharusnya dipentingkan malah dinomer keduakan. Tentang kemanusiaan memang indonesia sedang mengalami penururnan yang signifikan pasalnya permasalahan yang sekarang sedang terjadi sangat membuat polemik untuk para elit politik.
Kemanusiaan dan kepentingan merupakan dua hal yang berebeda. Mementingkan kepentingan dan meninggakan kemanusiaan juga sama. Meementingkan kemanusiaan dan lebih mementingkan kepentingan juga tidak seimbang. Untuk menjadi negeri yang baldatun toyibatun ghofur indonesia harus mengalami masa yang sangat gersang. Bisa saja dari seorang pemimpin yang kurang mengayomi, atau juga dengan kondisi politik yang sampai ini masih memanas.
Kebakaran di riau merupakan bukan hanya ulah alam saja. Kebakaran hutan yang sering terjadi biasanya karena adanya dua faktor, yaitu fakor alam dan faktor manusia. Faktor alam sering terjadi karena menag sedang mengalami kekeringan panjang sehingga menyebabkan terjadinya percikan-percikan api, sedangkan faktor manusia biasanya karena kelalaian dan kesengajaan seperti misalnyamembuang putung rokok sembarangan, melakukan pembakaran liar dan untuk membuka lahan baru.Akibat dari kebakaran tersebut ialah asap tebal pekat yang mengandung berbagai gas berbahaya yang tentunya sangat tidak sehat bila dihirup oleh makhluk hiudp. Berbagai penyakit dapat terpacu akibat kebakaran hutan seperti kanker, paru-paru, asma , ispa.
Kebakaran hutan berlangsung tidak dengan waktu yang sedikit di indoensia. Bahkan negara-negara lainpun mengalami terjadinya kebakaran hutan yang terjadi, sehingga banyaknya warga yang mengalami penyait pada saluran pernafasan. Selain dari itu kerusuhan dipapua menyebabkan 30 orang tewas dan 5.500 orang mengungsi hal tersebut dikatakan oleh gubernur papua sendiri. Permasalahn ini bukan permasalahan biasa saja, permalasahalan ini adalah soal serius. Tentang keamnusiaan dan persaudaraan yang harus dijaga.
Derajat yang tinggi didapat karena kita mempunyai hubungan dekat dengan sang pencipta. Sehingga mampu memberikan jembatan untuk mempererat hubungan kita dengan manusia dan alam. Krisis tauhid akan berimbas kepada manusia pula. Menjadi manusia adalah seorang ksatria tapi titik lemah dari seorang satri adalah mengabaikan rasa kemanusiaan.
(Yeyen Yuniar adalah Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah)