Keranda Makam Watu Desa Dampyak yang terseret kereta api hanya mengalami kerusakan kecil. (FT: Yerry Novel)
PanturaNews (Tegal) - Fenomena alam yang jarang terjadi. Keranda mayat terseret Kereta Api (KA) Kaligung hingga sejauh 1,5 kilometer, Senin 19 April 2010 malam. Padahal keranda milik yang berada di Makam Watu di Jalan Melati RT 01 RW 04 Kelurahan Dampyak, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah itu, letaknya sekitar 60 meter dari rel KA. Anehnya, keranda yang sudah berusia 6 tahun tidak mengalami kerusakan berat, serta tidak ada yang membawa ataupun mengangkat dari tempatnya yang berada di tengah makam ke rel KA.
Diceritakannya saksi mata yang melihat, Kamari (29) Penjaga Lintasan Kereta Api (PJL KA) Texin, usai adzan Maghrib melaju kencang KA Kaligung dari arah Timur. Namun tak disangka, ternyata tepat di depan Lokomotif ada keranda mayat warna biru, terseret hingga membuat KA Ekonomi tersebut berhenti.
“Melihat kejadian itu, percaya dan tidak percaya. Sebab, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri. Keranda itu tepat di depan lokomotif. Dan akhrinya KA pun berhenti di Desa Mejabung, tepatnya di sebelah Barat Jembatan Sungai Ketiwon untuk menyingkirkan keranda itu. Setelah itu, KA melanjutkan perjalanannya menuju Stasiun KA Kota Tegal,” tuturnya saat dijumpai di tempat kerjanya, Senin 19 April 2010 pukul 23.00 WIB.
Hal serupa dikatakan Melinawati (33), warga Mejabung RT 06 RW 12, Kecamatan Tegal Timur. Menurutnya, saat itu dia mendengar suara keras yang berasal dari rel KA di belakang rumahnya. Namun karena takut, dia tidak berani keluar untuk melihatnya. “Tadinya saya pikir itu suara batu, tetapi suara itu tidak wajar, seperti ada yang aneh. Karena takut, akhirnya saya tidak berani keluar rumah,” ucapnya.
Setelah kejadian yang tidak masuk akal itu, Waluyo (55), warga sekitar Makam Watu, memindahkan keranda kembali ke tempat semula. Karena berat, dia mengajak tetangganya, Cayan (45), pemilik warung depan RSI Texin. Menurutnya, kejadan itu pertama kali diberi kabar oleh Cayan. Lantas dia bergegas untuk mengambilnya lagi dengan menggunakan becak. “Jika diangkat oleh satu orang tidak bakalan kuat. Minimal harus dua orang,” ujarnya.
Selama 30 tahun Waluyo tinggal di Dampyak, kejadian tersebut baru kali ini terjadi. Dikatakannya, hal itu suatu misteri yang jauh sekali dari pemikiran. Karena jelas, keranda itu tidak mungkin secara sengaja dibawa oleh orang atau niatan untuk dicuri. “Seluruh warga disini ketakutan. Karena baru pertama ini terjadi ada keranda pindah sendiri ke rel KA, kemudian terseret KA tanpa mengalami kerusakan yang berarti,” pungkasnya.