PERKEMBANGAN komunikasi publik terjadi seiring dengan pengembangan teknologi perangkat keras seperti televisi dan telepon seluler. Sejak tahun 2010, teknologi telepon seluler berkembang pesat. Pasar konsumen utama untuk penjualan ponsel adalah pasar Asia, khususnya Indonesia.
Pada era modern saat ini, sebagian besar orang sudah menggunakan ponselnya untuk banyak keperluan penting seperti komputasi, menjelajahi internet, bermain game, melakukan panggilan, mengirim pesan, dan masih banyak lagi.
Radiasi elektromagnetik dan telepon seluler mempunyai banyak efek samping dan dampak negatif yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Penelitian telah menunjukan bahwa radiasi elektromagnetik mempengaruhi otak manusia.
Telepon seluler atau ponsel menggunakan radiasi radio sebagai media transmisi datanya yang merupakan salah satu dari gelombang elektromagnetik, sehingga benda-benda di sekitar ponsel termasuk orang yang menggunakan ponsel tersebut terkena gelombang elektromagnetik. Jika radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari ponsel berenergi tinggi, dapat berdampak negatif bagi penggunanya. (Putra, 2021)
Medan elektromagnetik mempunyai sifat frekuensi pendek dan bertindak seperti medan magnet pada frekuensi panjang. Orang yang menggunakan ponsel terpapar radiasi elektromagnetik. Potensi gangguan kesehatan akibat paparan elektromagnetik dapat terjadi pada beberapa bagian sistem tubuh. (Putra, 2021)
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa radiasi dari ponsel dapat meningkatkan resiko tumor otak dan infertilitas. Dalam pengertian ini, menyatakan bahwa efek gelombang pancaran yang ditimbulkan oleh penggunaan gadget antara lain pusing, mual, stress, dan tinnitus, insomnia, demam, muntah, dan penyakit tergantung pada dosis radiasi.
Selain itu, perubahan keseimbangan tubuh juga dapat terjadi yang ditandai dengan kelebihan radikal bebas pada sistem organ, yang dapat menyebabkan penurunan antioksidan pelindung dan kerusakan sel jaringan yang tidak dapat dihindari. (Nuramdiani, 2023)
Penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel membuat banyak aktivitas menjadi lebih mudah. Namun, tidak boleh mengabaikan efek negatif radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh perangkat yang dapat memantau tingkat radiasi di sekitar secara real-time. Dengan menggunakan detector radiasi Arduino sederhana.
Sistem ini tidak hanya memberikan informasi penting, tetapi juga memberi peringatan ketika radiasi mencapai tingkat berbahaya, sehingga dapat mengurangi risiko kesehatan. Kesehatan adalah investasi terbaik untuk masa depan yang lebih baik, jadi lindungi diri dan keluarga dengan teknologi deteksi radiasi sederhana yang efektif.
Berikut adalah skema rangkaian detector radiasi sederhana menggunakan arduino uno dan LCD I2C.
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat rangkaian detector radiasi sederhana menggunakan arduino uno dan LCD I2C:
-IC LM358: Amplifier operasional yang digunakan untuk memperkuat sinyal. -Transistor BC547: Sebagai pengendali output untuk mengaktifkan buzzer dan LED. -4 Buah Resitor: 1 M Ohm, 220k Ohm, 100k Ohm, 1k Ohm. -3 Buah Kapasitor: 1 mikro farad, 1 mikro farad, 100 mikro farad.
-Coil (inductor): Untuk mendeteksi perubahan medan elektromagentik. -Buzzer: Sebagai alarm untuk memberikan motifikasi suara. -LED: Untuk notifikasi visual. -Sumber tegangan 3,7 V – 5V: Sebagai sumber daya.
-Swich (saklar): Untuk menghidupkan dan mematikan rangkaian. -Kabel jumper: Untuk koneksi antar komponen pada papan rangkaian. -Arduino Uno: Mikrokontroler untuk memproses data. -LCD I2C: Untuk menampilkan hasil deteksi.
Panduan koneksi rangkaian ke mikrokontroler dan LCD I2C:
-Rangkaian sensor: Sambungkan output dari rangkaian sensor atau coil radiasi (IC LM358 pin output) ke pin analog Arduino, misalnya pin A0.
-Buzzer: Sambungkan positif Buzzer ke pin digital Arduino, misalnya D8, dan negatif Buzzer ke GND.
-LED: Sambungkan anoda LED ke pin digital Arduino, misalnya D9, melalui resistor 1k Ohm, dan katoda ke GND.
-LCD I2C: Sambungkan pin SDA dan SCL dari LCD ke pin A4 (SDA) dan A5 (SCL) di Arduino Uno. Sambungkan VCC dan GND dari LCD ke 5V dan GND di Arduino Uno.
Dengan catatan: Pastikan menkalibrasi sensor atau coil dengan sesuai kebutuhan dan ubah ambang batas (threshold) berdasarkan tingkat radiasi yang ingin dideteksi.
Wartawan PanturaNews dilengkapi indentitas yang tertera pada box redaksi, jika terjadi pemungutan uang dalam peliputan berita. Hubungi Kantor Redaksi:Jl. Ayam No 29 Randugunting Kota Tegal atau E-mail:redaksi@panturanews.com atau HP:081575522283