![]() |
|
|
PanturaNews (Tegal) - Bahasa Tegal kini kian meroket. Bahasa yang dahulu sempat dipandang sebelah mata sebagai bahasa pinggiran, kini justru menjelma menjadi identitas kebudayaan yang membanggakan.
Hampir di setiap kegiatan seni dan budaya—baik lomba baca puisi, penulisan antologi, cerpen, drama, maupun pementasan panggung—bahasa Tegal hadir sebagai roh yang hidup dan mengakar di hati masyarakat. Kehadirannya seolah telah menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari denyut kesenian Tegal hari ini.
Tonggak penting kebangkitan bahasa Tegal terjadi pada 26 November 1994, ketika bahasa ini pertama kali dijadikan bahasa sastra oleh Begawan Sastra Tegal, Lanang Setiawan. Sejak saat itu, geliatnya terus menanjak, melahirkan banyak karya, penulis, dan komunitas yang konsisten menjaga marwah bahasa ibu masyarakat Tegal.
Novelis Lanang Setiawan mengatakan, bahasa Tegal telah memasuki fase baru dalam sejarah kebudayaannya.
“Bahasa Tegal bukan lagi sekadar alat komunikasi, tetapi telah menjadi medium ekspresi dan spiritualitas masyarakatnya. Setiap kegiatan yang mengangkat bahasa Tegal sejatinya ikut menghidupkan kembali warisan rasa dan pikir masyarakat Tegal,” ujar Lanang Setiawan.
Dalam semangat pelestarian tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal akan menggelar ajang adu bakat seni membaca bertajuk ‘Lomba Baca Kolom Tegalan’, sebagai bagian dari peringatan Hari Jadi ke-98 RSUD Kardinah. Mengusung tema besar “Kardinah”, lomba ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya alias gratis.
Ajang bergengsi itu dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 25 Oktober 2025, mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai, bertempat di Wisma Pranowo RSUD Kardinah Kota Tegal.
Plt. Direktur RSUD Kardinah, dr. Lenny Harlina Herdian Santisi, MM, menyampaikan apresiasi atas keterlibatan para budayawan dalam kegiatan ini. Di antaranya budayawan Atmo Tan Sidik, yang akan menjadi salah satu dewan juri bersama Maufur, serta Yono Daryono, seniman dan pegiat budaya Tegal. Undangan resmi kegiatan ini tertuang dalam surat bernomor 003.1/1732/2025 tertanggal 13 Oktober 2025.
Menurut Atmo Tan Sidik, kegiatan ini bukan sekadar lomba membaca, melainkan juga bentuk penghargaan terhadap perjalanan panjang bahasa Tegal yang kini diakui memiliki nilai sastra dan daya hidup luar biasa.
“Bahasa Tegal sudah tidak lagi berada di pinggiran. Ia kini menjadi bagian dari kebanggaan kita bersama. Melalui lomba seperti ini, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menegaskan bahwa bahasa ibu kita mampu berdiri sejajar dengan bahasa besar lainnya,” tutur Atmo Tan Sidik.
Dalam penilaiannya, Atmo menjelaskan bahwa aspek yang akan diutamakan meliputi interpretasi (40%), vokal dan artikulasi (30%), serta teknik penampilan (20%). Peserta terbaik yang tampil memukau akan memperebutkan trofi dan uang tunai dengan rincian: Juara 1 Rp1 juta, Juara 2 Rp 750 ribu, dan Juara 3 Rp 500 ribu.
Seniman Yono Daryono menambahkan, kegiatan seperti ini menjadi ruang penting bagi generasi muda untuk mengenal akar bahasanya sendiri.
“Melestarikan bahasa Tegal tidak cukup hanya dengan mengenangnya. Diperlukan panggung nyata seperti ini, agar generasi muda berani menggunakan bahasa ibunya dengan rasa bangga,” ujar Yono Daryono.