Dinamika Implementasi Kurikulum Merdeka Di Sekolah
.
Jumat, 08/11/2024, 22:07:10 WIB
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

PENDIDIKAN merupakan suatu kegiatan untuk mencapai usaha yang secara nyata. Hal tersebut untuk mewujudkan warisan dari generasi ke generasi selanjutnya. Pendidikan berfungsi meningkatkan dan mengembangkan potensi anak dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional melalui pengembangan sikap dan kepribadian secara fungsional.

Menurut (Hidayat, A., Salim, I., & Ramadhan, 2021) menjadikan anak muda   berkarakter sesuai pancasila, manusia kuat serta memiliki pertahanan kuat terhadap globalisasi merupakan fungsi dari penyelenggaraan pendidikan.

Adanya pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk meningkatkan suatu perkembangan potensi-potensi suatu pembawaan yang baik dari segi jasmani maupun dari segi rohani yang selaras dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam masyarakat dan kebudayaan.  Maka dari itu, pendidikan selalu berjalan dengan budaya secara bersamaan untuk menciptakan suatu kemajuan.

Sumber daya manusia melalui pendidikan dikelola berdasarkan karakter peserta didik (Aminuyati, 2017). Pendidikan dilaksanakan secara berkala atau secara terus menerus yang dimulai dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosioanal, dan memanusiakan kepada manusia maupun dari manusia.

Oleh karena itu, pendidikan selalu harus diperbaiki dari kualitas dan kuantitasnya (KristianaNawai, Imran, Iwan Ramadhan, Suriyanisa, 2023). Hal tersebut karena pendidikan yang dapat mempersiapkan SDM bangsa (Marodama, 2021).

Lingkungan pendidikan juga merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam pendidikan dan pembelajaran, karena dengan adanya lingkungan maka akan adanya suatu lingkup yang fokus terhadap pembelajaran lingkungan pendidikan sendiri tidak hanya berada dilingkungan sekolah tetapi juga dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat, dan ketiga hal tersebut sudah menjadi satu kesatuan dalam dunia pendidikan dalam proses pembelajaran.

Lingkungan sekolah mempengaruhi keberhasilan belajar anak, sehingga mencapai keberhasilan membutuhkan lingkungan pendidikan kondusif, aman, dan nyaman (Ginanjar, 2017). Namun, sebenarnya hal yang paling penting dan inti dari proses   pelaksanaan pembelajaran di sekolah adalah kurikulum.

Kurikulum yang diterapkan setiap satuan pendidikan memiliki tujuan untuk menghasilkan luaran dalam proses pendidikan yang mendukung komponen awal hingga akhir dalam pembelajaran (Ramadhan, I., Firmansyah, H., Imran, I., Purnama, S., & Wiyono, 2023). Membangun kehidupan masyarakat memliki keterkaitan dengan memberdayakan Masyarakat (Ramadhan, Iwan., 2022). Hal tersebut efektif melalui lembaga pendidikan.

Implementasi kurikulum pendidikan di tanah air sendiri sejak dahulu sudah mengalami berkali-kali pergantian kurikulum. Peralihan kurikulum diiringi oleh pro kontra bagi tenaga pendidik dan pemerhati pendidikan. Adanya perubahan kurikulum pendidikan, di latar belakangi oleh berbagai alasan dan faktor. 

Diantaranya karena ingin memperbaiki kualitas pendidikan, perkembangan zaman yang terus mengalami perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, menyiapkan tantangan generasi bangsa dalam dunia kerja yang membutuhkan kemampuan, serta keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan.

Kurikulum Merdeka merupakan salah satu langkah besar dalam memperbaharui sistem pendidikan di Indonesia. Diluncurkan pada tahun 2021, kurikulum ini bertujuan untuk memberikan fleksibilitas lebih dalam proses belajar mengajar, serta menumbuhkan kemandirian dan kreativitas siswa. Meskipun demikian, implementasi kurikulum ini di lapangan tidaklah semudah yang dibayangkan. Terdapat berbagai dinamika yang dihadapi oleh sekolah-sekolah dalam mewujudkan visi besar ini.

Pertama, kurikulum merdeka memberikan kebebasan lebih bagi guru untuk merancang proses pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. "Salah satu prinsip utama dari kurikulum merdeka adalah memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar," ujar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, dalam wawancara dengan Kompas (2022).

Kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Namun, meskipun ini adalah tujuan yang mulia, banyak sekolah yang belum sepenuhnya siap untuk mengimplementasikan perubahan tersebut.

Di beberapa daerah, terutama di wilayah pedesaan, kekurangan sumber daya, pelatihan guru, serta fasilitas pendukung menjadi tantangan utama. Banyak guru yang merasa belum cukup terlatih untuk mengelola pembelajaran berbasis proyek atau menyesuaikan materi dengan pendekatan berbasis kompetensi yang lebih fleksibel.

Kedua, penyusunan materi yang sesuai dengan karakteristik siswa. “Materi ajar yang terstandardisasi sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama dalam konteks keberagaman budaya dan latar belakang mereka,” kata Guru Besar Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dedi Dwitagama, dalam diskusi dengan Tempo (2023).

Meskipun kebijakan ini mengutamakan adaptasi lokal dalam pengajaran, banyak sekolah yang belum sepenuhnya memiliki kemampuan untuk menyusun materi yang relevan dan menarik bagi siswa. Kurikulum Merdeka juga menuntut evaluasi berbasis kompetensi, yang lebih menekankan pada proses belajar ketimbang hasil akhir. Ini tentu saja menantang bagi para pendidik yang sudah terbiasa dengan sistem ujian berbasis nilai dan tes tertulis.

Ketiga, penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Namun, distribusi akses teknologi yang tidak merata antara sekolah-sekolah di kota besar dan daerah terpencil menjadi hambatan yang nyata. Meskipun di beberapa sekolah perkotaan penerapan teknologi sudah cukup berkembang, banyak sekolah di daerah terpencil yang masih kesulitan dalam menyediakan perangkat digital untuk siswa.

Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2023), sekitar 40% sekolah di daerah pedesaan belum memiliki akses yang memadai terhadap perangkat teknologi untuk menunjang pembelajaran digital. Hal ini tentu saja menjadi tantangan besar dalam mengimplementasikan kurikulum yang mengharuskan pemanfaatan teknologi secara maksimal.

Keempat, peran kepala sekolah dan manajemen pendidikan di tingkat sekolah. Sebagai pengelola dan pemimpin di sekolah, kepala sekolah harus memiliki visi yang jelas terkait dengan tujuan dan implementasi kurikulum merdeka ini. "Kepala sekolah harus bisa mendorong budaya belajar yang inovatif dan memberi ruang bagi guru untuk berkreasi dengan cara-cara yang berbeda," ujar Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rosyidi, dalam detik.com (2023).

Namun, banyak kepala sekolah yang merasa terhambat oleh kurangnya pelatihan dan pemahaman tentang filosofi dan teknis kurikulum merdeka. Pengawasan yang minim serta kurangnya sumber daya untuk melakukan evaluasi secara berkala juga menjadi kendala.

Terakhir, dalam jangka panjang kurikulum merdeka memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, tantangan terbesar terletak pada konsistensi dan keberlanjutan implementasinya. Di beberapa daerah, pengaruh politik dan perubahan kebijakan yang terlalu cepat dapat mengganggu pelaksanaan kurikulum ini.

Jika pemerintah tidak memberikan dukungan yang cukup dalam hal pelatihan guru, pemerataan teknologi, serta evaluasi yang transparan, kurikulum merdeka bisa saja kehilangan arah dan tujuannya.

Implementasi kurikulum merdeka membawa harapan baru bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan pendekatan yang lebih fleksibel, kreatif, dan relevan terhadap kebutuhan siswa di era digital.

Meskipun demikian, realisasi kurikulum ini masih dihadapkan pada tantangan signifikan seperti kurangnya pelatihan guru, disparitas akses teknologi, serta keterbatasan infrastruktur dan sumber daya, terutama di daerah terpencil. Keberhasilan kurikulum merdeka sangat bergantung pada peran aktif guru, dukungan manajemen sekolah, serta kebijakan pemerintah yang konsisten dan menyeluruh.

Upaya pemerataan yang menekankan pentingnya akses setara terhadap fasilitas pendidikan di semua wilayah sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses belajar, dan menjelaskan pentingnya pelatihan rutin bagi guru agar dapat mengimplementasikan metode kurikulum merdeka dengan efektif, serta menyoroti perlunya evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas pelaksanaan kurikulum dan memberikan masukan untuk perbaikan berkelanjutan.

Dengan kerja sama antara pihak pemerintah, sekolah, guru, serta masyarakat, untuk menjalankan upaya-upaya tersebut maka kurikulum merdeka dapat menjadi fondasi kuat dalam mempersiapkan generasi muda yang mampu beradaptasi, berpikir kritis, dan berkompetensi tinggi di era globalisasi yang semakin kompetitif.