![]() |
![]() |
|
BULLYING di lingkup Sekolah Dasar (SD) bisa melibatkan perilaku fisik, verbal, atau sosial. Contohnya termasuk ejekan, pengucilan, atau tindakan agresif. Faktor seperti perbedaan fisik, sosial, atau kecenderungan berbeda dapat menjadi pemicu terjadinya bullying di sekolah dasar.
Tindakan Bullying sudah sangat sering terjadi di lingkup sekolah dasar, atau mungkin tindakan ini bisa dibilang "wajar" untuk orang dewasa yang menganggap sepele masalah ini. Tapi tentu saja ini bukanlah hal yang bisa dibenarkan, karena itu kita harus mencari solusi untuk mencegah tindakan bullying.
Bullying adalah suatu tindakan dalam segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau suatu kelompok yang lebih kuat. Tindakan Bullying sudah sangat sering terjadi dilingkup sekolah dasar, atau mungkin tindakan ini bisa dibilang "wajar" untuk orang dewasa yang menganggap sepele masalah ini. Tapi tentu saja ini bukan lah hal yang bisa dibenarkan, karena itu kita harus mencari solusi untuk mencegah tindakan bullying.
Bullying menurut saya adalah perilaku mengejek, menjelekan, merendahkan seseorang yang biasanya hanya karena masalah sepele.
Menurut Olweus (1997), bullying merupakan perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau terluka, dan biasanya terjadi berulang-ulang yang ditandai dengan adanya ketidak seimbangan kekuasaan antara korban dan perilaku.
Sedangkan menurut Siswati dan Widayanti (2009), bullying merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresi, seperti ejekan, hinaan, dan ancaman. Sering kali, beberapa tindakan ini mengarah ke perbuatan agresif.
Ruang lingkup bullying melibatkan perilaku agresif merendahkan, atau mengintimidasi seseorang secara berulang. Ini dapat terjadi di berbagai konteks, seperti sekolah tempat kerja, atau online. Bullying dapat bersifat verbal, fisik, atau sosial, dan seringkali memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan korban.
Pencegahan dan kesadaran terhadap bullying, penting untuk menciptakan lingkup yang aman dan mendukung bagi semua.
Penyebab perilaku bully dapat bervariasi, termasuk ketidakseimbangan kekuatan, masalah kepercayaan diri, lingkungan keluarga yang tidak mendukung, atau adanya ketidaksetaraan sosial. Bullying seringkali merupakan cara seseorang mengatasi rasa tidak aman atau frustasi mereka dengan merendahkan orang lain untuk merasa lebih kuat atau berkuasa.
Berikut beberapa cara mengatasi bullying di sekolah, dilansir dari laman dan buku Kemendikbud, UNESA, detikedu, dan UNICEF Indonesia:
-Pencegahan oleh Anak
Memgembangkan budaya pertemanan positif, Ikut membuat dan menegakkan aturan sekolah terkait pencegahan bullying, Ikut membantu dan merangkul teman yang menjadi korban bullying,
Saling mendukung satu sama lain, Memahami dan menerima perbedaan tiap individu di lingkungan sebaya.
-Pencegahan oleh Sekolah
Adanya layanan pengaduan kekerasan/media bagi murid untuk melaporkan bullying secara aman dengan kerahasiaan yang terjaga. Bekerja sama dan berkomunikasi aktif antara siswa-orang tua-guru.
Kebijakan anti-bullying yang dibuat bersama dengan siswa. Memperhatikan siswa yang rentan dengan bullying. Siswa yang terlihat lemah secara fisik, anak disabilitas, atau anak yang sering mengeluh di-bully. Memberikan bantuan bagi siswa yang menjadi korban.
Para guru memberi keteladanan, berperilaku positif dan tanpa kekerasan. Membuat program anti-bullying di sekolah yang melibatkan siswa-guru-orang tua-alumni dan lingkungan sekitar sekolah. Memastikan sarana-prasarana sekolah tak mendorong anak melalukan bullying
-Cara Mengatasi dan Menangani Bullying
Berdasarkan buku Stop Perundungan/Bullying Yuk! yang diterbitkan Kemdikbud tahun 2021, bila kasus bullying sudah terjadi ini yang harus dilakukan.
Penyampaian pengaduan, dilakukan oleh pelapor baik siswa korban/saksi, guru, orang tua hingga masyarakat. Pengaduan diterima tim pengaduan, bisa terdiri dari guru yang dipercaya murid, wali kelas, guru bimbingan dan konseling (BK), hingga kepala sekolah. Teknis pengaduan, Pelapor/saksi menyampaikan laporan pada tim pengaduan.
Tim pengaduan menerima dan mengolah aduan yang disampaikan, mengidentifikasi kebutuhan korban (pendampingan, perawatan luka fisik, dukungan psikologis, dsb), menanyakan kronologis kejadian yang wajib melibatkan saksi.
Klarifikasi melakukan check dan re-check soal informasi kasus bullying, mendokumentasikan dan mengumpulkan bukti kejadian/kasus.
Analisis Masalah enetapkan tindakan: Diselesaikan secara internal (mediasi/terminasi), memerlukan keahlian/pengetahuan tentang kasus. Membutuuhkan rujukan/referral ke pihak lain seperti orang tua, fasilitas kesehatan, polisi, pusat layanan dan sebagainya.
Jika sekolah tak sanggup menyelesaikan, bisa meminta bantuan ke UPT Kecamatan, Dinas Pendidikan hingga kepolisian. Menyampaikan umpan balik kepada pemohon/pelapor soal tindakan/rujukan yang akan diambil.
Dampak menjadi korban bullying di sekolah dasar adalah dapat mempengaruhi mental korban, dan yang paling buruk korban akan mempunyai trauma yang membuat 'dia' menjadi tidak percaya diri, atau bahkan mengurung diri untuk tidak bergaul dengan teman-teman sebayanya
Setelah membaca upaya pencegahan bullying diatas, mari kita semua bersama-sama berusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman, damai, dan aman. Hentikan bullying agar menciptakan generasi muda yang bertanggung jawab, jujur, pintar, kreatif, disiplin, dan sehat.