Mereka Bilang Aku Kemlinthi: Menciptakan Benih-Benih Inspirasi
--None--
Sabtu, 03/06/2023, 17:05:02 WIB

-Judul Buku: Mereka Bilang Aku Kemlinthi. -Pengarang: Hanifa Vidya. -Penerbit: Elex Media Komputindo. -Tahun terbit: Cetakan pertama, 2022. -Tebal buku: 248 halaman. -ISBN: 978-623-00-3721-4

MASAK, Macak, Manak.

Ibuk, dan orang-orang satu kampung selalu bilang, itulah sejatinya tugas perempuan. Bisa masak, pintar dandan, dan beranak. Anak perempuan ndak perlu sekolah tinggi-tinggi yang penting mengabdi pada anak dan suami.

Aku ndak setuju. Itu pemikiran ndeso! Teman-temanku berlomba menggaet calon suami mapan supaya bisa menikah setelah lulus SMA. Aku heran, apa mereka ndak mau kuliah? Pas aku bilang begitu, mereka balas, “Sudah miskin, kemlinthi pisan!”

Salam kenal, aku Srikandi Trisnasari dari Desa Sekartaji. Aku miskin, tapi mau kuliah, bukan menikah. Ketika sebuah keluarga kaya membawaku ke Jakarta untuk sekolah, kupikir semuanya akan mudah. Tapi, aku salah.

“Usaha sama dengan gaya dikali perpindahan. Kalau lo merasa sudah berusaha tapi masih di situ-situ aja, itu artinya lo cuma kebanyakan gaya, alias kemlinthi!”

Latar belakang yang diambil oleh penulis yaitu di sebuah desa di Malang, dimana budaya 3M (masak, macak, dan manak) setelah SMA masih dijujung tinggi. Bahkan pernikahan anak masih dibawah umur menjadi hal yang lumrah.

Sebagian besar warga disana berpikir bahwa tujuan utama hidup adalah menikah, berumah tangga, dan memiliki keturunan. Sejak kecil, anak laki-laki maupun perempuan dibekali mindset tersebut oleh lingkungan.

Novel Mereka Bilang Aku Kemlinthi ini menceritakan sebuah perjalanan kehidupan seorang anak kurang mampu bernama Srikandi dari sebuah desa di Malang, yang bermimpi bisa menempuh pendidikan ke jenjang perkuliahan.

Di desa tersebut bahkan ada anggapan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, yang terpenting hanyalah mengabdi pada anak dan suami sehingga di kampungnya dia sering dibilang kemlinthi yang berarti belagu, songong, besar mulut, dan tidak tau diri.

Hingga akhirnya ada keluarga dari Jakarta yang sedang mengunjungi desa itu dan bertemulah mereka dengan sosok Sri ini. Melihat semangat serta kegigihan untuk bisa kuliah pada diri seorang Srikandi, keluarga itu akhirnya menawarkan untuk membiayai sekolah di Jakarta agar lebih mudah mendapatkan beasiswa untuk kuliah.

Realita tidak semanis ekspetasi, setelah diriya sepakat untuk ikut tinggal di Jakarta bersama orang kaya tersebut, bukan hidup bahagia yang didapat melainkan banyak kesulitan-kesulitan melanda kehidupan Srikandi. Namun ia tetap memilih untuk berjuang akan keinginannya.

Novel karya Hanifa Vidya ini sangatlah bagus dan menarik untuk dibaca oleh kalangan siapa pun, karena banyak sekali unsur-unsur pendidikan yang terkandung dalam novel ini baik etika, moral, dan semangat untuk maju.

Pada novel ini, tokoh dari Srikandi dan Mas Liam juga banyak  mengajarkan dan menginspirasi kepada kita semua bagaimana untuk tetap bersyukur dengan keadaan apapun, tetap semangat dalam meraih cita-cita, pantang menyerah dan selalu tetap optimis dalam menata masa depan, kerja keras itu akan terbayar.

Dengan adanya latar tempat, waktu dan suasana yang ada pada novel ini, para pembaca juga seolah-olah terlibat dalam cerita tersebut sehingga mudah dipahami. Novel ini menciptakan benih-benih inspirasi dan mengambil hati pembaca, khususnya kita yang sedang menempuh pendidikan dan memerlukan motivasi dari kisah orang lain untuk tetap semangat meraih mimpi.

Penulis menggunakan genre novel pendidikan ini karena menarik minat banyak pembaca, kisahnya yang selalu fenomenal, dan mengangkat masalah seputar proses pendewasaan, serta mengupas edukasi disuatu lingkungan.

Novel ini menggunakan alur maju dan konflik di dalamnya sangat kompleks yang masih mudah dipahami. Tata bahasanya menggunakan bahasa Indonesia dan ada juga beberapa dialog yang menggunakan bahasa Jawa, namun hal tersebut tidak akan menyusahkan banyak pembaca karena penulis menyediakan terjemahan untuk mudah memahami artinya.

Selain itu cover pada novel ini yang berwarna ungu sangat menggambarkan sosok Srikandi yang berasal dari desa dengan nuasa-nuasa gemerlapnya malam yang berada di kota. Sehingga dari covernya saja menggambarkan novel ini sangat menarik untuk dibaca.

Kelebihan pada novel ini yaitu ceritanya sangat menarik bertemakan tentang pentingnya pendidikan. Dalam hidup kita tidak akan jauh dari adanya pendidikan, tanpa pendidikan hidup kita akan dikuasai dengan kebodohan.

Kekurangan dari novel ini yaitu akhir ceritanya yang sangat menggantung dan kurang memuaskan, sosok Srikandi di tinggal oleh Mas Liam dalam waktu yang lama tanpa kepastian  butuh cerita untuk kelanjutannya.

(Wulan Putriana Zahro adalah Mahasiswa Podi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes)