Overthinking Biang Masalah untuk Generasi Z
--None--
Kamis, 28/07/2022, 06:59:44 WIB

KATA overthinking pasti sudah tidak asing, dan sebagian dari kalangan sudah pernah merasakannya. Overthinking berasal dari kata “over” yang berarti “berlebihan” dan “thinking” yang memiliki makna “berpikir, pikiran atau pemikiran”. Apalagi untuk sebagian kalangan Generasi Z yang selalu memikirkan permasalahan bahkan hal yang tidak penting pun dijadikan suatu permasalahan, terutama saat malam hari. 

Menurut mereka, malam hari memang cocok untuk memikirkan segala hal, seperti mengenai masa depan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan berbagai dampak buruk buat kesehatan, baik fisik maupun psikis.

Dalam teori generasi yang dikemukakan oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall, Penguin, menyebutkan ada 5 generasi berdasarkan tahun kelahirannya, yaitu Generasi Baby Boormer, lahir pada tahun 1946-1964; Generasi X lahir pada tahun 1965-1979; Generasi Y lahir pada tahun 1980-1985, Generasi Y ini disebut juga dengan Generasi milenial, dan Generasi Z. Generasi Z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1996-2009. Generasi ini disebut dengan generasi digital karena mengandalkan teknologi terhadap perkembangan dan pertumbuhan mereka (Pratama, 2012).

Generasi Z ini adalah generasi yang suka bekerja sama secara fleksibel, paham akan tantangan serta termotivasi oleh pencapaian mereka dan suka menganalisis metode atau cara baru dalam menuntaskan suatu permasalahan (Wiedmer, 2015). Santosa (2015) mengatakan ada beberapa indikator anak yang termasuk dalam generasi Z, yaitu:

Kepribadian Generasi Z cenderung positif dan optimis dalam menggapai mimpi, maka tidak heran jika Generasi Z memiliki sifat ambisius yang besar untuk sukses.

Cenderung praktis dan berperilaku instan. Generasi Z suka memecahkan masalah praktis. Oleh karena itu, mereka tidak mau menghabiskan waktu lama untuk mempelajari masalah tersebut. 

Cinta kebebasan dan memiliki percaya diri yang tinggi. Generasi ini sangat menyukai kebebasan berpendapat, kebebasan berkreasi, kebebasan berekspresi dan sebagainya. 

Cenderung menyukai hal yang detail.

Generasi ini termasuk dalam generasi yang kritis dalam pemikiran, dan detail dalam mencermati suatu permasalahan. Hal ini disebabkan karena mudahnya mencari informasi semudah mengeklik tombol pencarian pada sebuah platform.

Berkeinginan besar untuk mendapatkan pengakuan. Orang yang lahir sebagai Generasi Z merupakan orang yang pantang menyerah sebelum mereka menemukan solusi yang tepat untuk permasalahan mereka.

Digital dan teknologi informasi. Generasi Z lahir saat dunia mulai merambah dan berkembang pesat. Pengendalian dan penggunaan gadget atau teknologi untuk sehari-hari dari segala aspek adalah keahlian dari generasi ini.

Dari beberapa indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Generasi Z merupakan generasi yang suka berpikir untuk menyelesaikan (solusi) suatu permasalahan, terutama mengenai pekerjaan atau pendidikan mereka. Namun, ada beberapa orang dari Generasi Z yang memikirkan permasalahan secara berlebihan dan tidak tanggap dalam memutuskan solusi atau menetapkan keputusan. Inilah yang disebut dengan overthinking.

Menurut pandangan Islam, overthinking merupakan bentuk khusus dari perasaan takut. Rasa ketakutan ini akan berkembang lebih besar dan dibarengi dengan perasaan kewaspadaan yang tidak wajar, kecemasan berlebih, adanya khayalan yang negatif, serta emosi yang meningkat. Overthinking juga bisa disebabkan karena adanya bisikan syaitan yang menjadikan manusia merasa buruk atau mudah insecure, selain itu hal ini juga bisa disebabkan karena belum sepenuhnya manusia untuk memiliki keterampilan tawakal dan menggantungkan dirinya hanya kepada Allah SWT. Hal ini diperkuat dengan tafsir Surah An-Nas, pada ayat 4 yang artinya : “Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi.” (Menk, 2018).

Beberapa ahli pun ikut melakukan sebuah observasi demi mengetahui “apa yang dimaksud dengan overthinking?”. Adapun pengertian dari overthinking menurut para ahli, yakni sebagai berikut:

Nelson dan Kennedy menyebutkan bahwa overthinking disebut juga dengan paralysis analysis yang mengartikan bahwa “manusia” hanya memikirkan masalahnya tanpa menemukan solusinya atau dikatakan buntu. 

Thomas Oppong (2019)

Thomas mengatakan bahwa mereka yang memiliki pemikiran secara overthinking akan selalu dihantui dengan pikiran “bagaimana jika” dan “seharusnya”. Pikiran inilah yang bertindak seolah-olah menjadi juri gaib yang menghakimi keputusan “mereka yang overthinking”.

Overthinking merupakan suatu proses penyelesaian masalah atau proses berpikir yang terlalu berlebihan, sehingga memberikan kerugian dan beberapa manfaat sesuai intensitas yang dilakukan. 

Helmond (2014)

Overthinking diartikan sebagai salah satu distorsi kognitif mengenai perilaku atau kebiasaan yang bermasalah. Pada umumnya, distorsi kognitif ini disebabkan adanya reaksi emosional seseorang, yang ditandai bahwa pemikiran seseorang tersebut kurang rasional.

Dari pengertian mengenai overthinking, baik dari pandangan Islam maupun beberapa ahli, dapat kita simpulkan bahwa overthinking atau yang bisa disebut dengan ruminasi merupakan suatu tindakan berpikir secara berlebihan atau terus-menerus memikirkan hal yang sama tanpa adanya solusi. Memang benar, kita sebagai manusia apalagi di kalangan remaja perlu untuk berpikir. Mungkin, jika memikirkan satu atau dua kali guna memantapkan keputusan yang diambil itu tak apa, namun jika sudah berlebihan, itu akan berdampak dengan kondisi kesehatan manusia, apalagi psikis/mentalnya. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik, termasuk pemikiran kita. Dalam kondisi ini, bukankah Allah sudah menjelaskan dalam Al-Qur’an mengenai orang yang cemas, ia akan jarang dalam kondisi damai pikirannya. Hal ini diperjelas pada salah satu ayat Al-Qur’an yakni, Q.S Al-Fajr: 27-30 yang artinya: 

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”

Adapun ciri-ciri dari seseorang yang berpikiran secara over (overthinking), ialah sebagai berikut:

Memikirkan sesuatu secara berulang. Misalnya, “kenapa ya aku beda dari mereka?”

Menghabiskan waktu untuk memikirkan sesuatu yang tidak penting.

Insomnia atau sulit tidur.

Ragu-ragu terhadap diri sendiri. 

Suudzon atau berpikiran negatif terhadap diri sendiri. Maksudnya, kamu akan menjadi pribadi yang kurang tegas dan bijaksana dalam menyikapi suatu kejadian atau permasalahan. Hal ini disebabkan kamu memikirkan hal yang belum tentu jelas. Seperti yang sudah dijelaskan pada Q.S Yusuf : 36.

Takut merasa salah atau sering menghakimi diri sendiri.

Overthinking atau ruminasi bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Namun menurut penelitian, perempuan lebih sering overthinking dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor biologis maupun sosial dan budaya, serta perempuan selalu mengandalkan perasaan dibanding logika mereka. Jika sudah overthinking begini biasanya perempuan cenderung meluapkannya melalui tangisan, sedangkan laki-laki, mereka cenderung melampiaskan emosi melalui fisiknya. Dampak yang disebabkan oleh overthinking pun tidak dapat dianggap sepele, karena tidak baik untuk kesehatan, baik fisik maupun mental. 

Dampak dari overthinking ini bisa dibedakan menjadi dua jenis, yakni dampak psikis atau mental dan dampak terhadap fisik mereka. 

Dampak psikis adalah dampak yang menyerang atau memengaruhi psikis/mental seseorang yang terkena overthinking, contohnya adalah sebagai berikut:

Emosi tidak stabil 

Emosi yang tidak stabil sangat memengaruhi kehidupan seseorang karena akan menyebabkan susahnya untuk mengendalikan amarah atau emosi, membuat diri sendiri merasa insecure, mudah terkena panic attack, bahkan bisa mengurangi interaksi kita sesama makhluk sosial.

Turunnya performa kerja

Turunnya performa kerja ini dimaksudkan kita jadi sulit untuk berkonsentrasi atau tidak fokus dalam pemecahan masalah.

Penghambat aktivitas sehari-hari

Ini diartikan bahwa jika kita over dalam berpikir, tubuh akan menjadi lelah karena sistem syaraf pusat (otak) dibiarkan untuk terus-menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa adanya solusi. Hal ini pula akan mengakibatkan kita terkena anxiety (kecemasan) hingga insomnia atau sulit tidur.

Dampak fisik merupakan suatu dampak yang bisa kita rasakan secara fisik. Misalnya kita akan sering sakit kepala, demam, nyeri pada dada / ulu hati, napas menjadi sesak, dan bisa saja tekanan darah menjadi tinggi yang mengakibatkan serangan pada jantung.

Overthinking atau ruminasi ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dianggap sepele. Apalagi jika ini terjadi secara terus-menerus, itu akan merugikan dirimu sendiri. Ada beberapa cara agar kita tidak mudah overthinking, yakni sebagai berikut: 

Menyadari bagaimana diri sendiri dalam menanggapi suatu pemikiran. Jika ada suatu pemikiran yang mengganggu, usahakan diri sendiri untuk positive thinking (berpikiran secara positif).

Catat semua hal yang dikhawatirkan dan mulai memilah hal mana yang ingin diselesaikan terlebih dahulu. Mulailah untuk menyelesaikan hal yang genting terlebih dahulu, namun jangan terburu-buru dan bersikaplah secara tegas.

Lakukan meditasi. Misalnya, kamu bisa melakukan olahraga atau yoga setiap pagi agar tubuhmu rileks dan pikiranmu menjadi fresh kembali. 

Pertimbangkan sudut pandang dari sisi yang lain. Jangan ragu untuk bercerita kepada orang lain yang kamu percaya, agar kamu mudah mengambil keputusan dan tahu kelebihan serta kekurangan dari keputusan yang kamu ambil.

Melakukan terapi mindfulness, jika diperlukan. Terapi mindfulness ini merupakan terapi yang akan mengimplikasikan seperti apa seseorang atau diri sendiri ini merasakan, mencintai, melihat, dan memahami perhatiannya sekarang, serta meningkatkan perhatian dan kesadaran jika diperlukan. 

Cintai dirimu sendiri, dan jangan terlalu sering untuk menghakimi dirimu sendiri, karena akan menurunkan rasa percaya dirimu.

Jika kamu memiliki permasalahan yang menurutmu terlalu besar, ingatlah bahwa Allah lebih besar. Artinya, ingatlah dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menguji hamba-Nya melampaui batas hamba-Nya. 

(Anggita Dewi adalah mahasiswa Prodi Farmasi, Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Tinggal di Desa Karanganyar, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah)