Aspek Perkembangan Peserta Didik
--None--
Selasa, 19/07/2022, 07:49:57 WIB

BERBICARA tentang peserta didik tentu tidak terlepas adanya pendidik sebagai satu komponen dalam kegiatan proses pengembangan potensi peserta didik untuk mau menerima perubahan. Fungsi utama pendidik adalah bagaimana membuat rancang bangun, sedangkan peserta didik sebagai penerima rancang bangun menetukan pilihan dari apa yang datang dari pendidik itu sendiri.

Hal ini mendorong akan adanya pengembangan yang perlu dipahami dari setiap peserta didik oleh pihak yang berkompeten yaitu pendidik. Jabatan guru telah hadir cukup lama di negeri ini. Guru mendapat pengakuan terhormat dengan motto “pahlawan tanpa jasa”, artinya menjadi sosok pribadi guru sangat terhormat. Guru adalah agen pembawa perubahan dan sekaligus pengembang amanah yang mulia. Sosok guru bukan sekedar guru tapi tokoh yang digugu dan ditiru.

Pembelajaran yang terjadi pada sekolah atau madrasah yang diterima langsung oleh peserta didik dirasakan dominan mengarah pada pengajaran kognitif, terkesan sekedar penyampaian materi pelajaran (transfer of knowledge ) mengabaikan aspek afektif akibatnya pembelajaran menjadi kurus lagi kering akan nilai-nilai pendidikan secara kaffah (menyeluruh).

Peserta didik tidak memperoleh proses pendidikan yang relevan dengan fakta-fakta kehidupan sehari-hari. Survei membuktikan keberhasilan pendidikan pada 10 tahun terakhir ini (Orde Rqaeformasi) hanya diukur dari keunggulan ranah kognitif dan nyaris tertindas dan tidak menyentuh ranah afektif serta ranah psikomotorik (perbuatan). Padahal untuk memperoleh keberhasilan yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, ke tiga ranah itu tidak bisa terpisahkan. Peserta didik punya hak untuk memperoleh ilmu pengetahuan, perilaku, akhlakul karimah dan keterampilan yang memadai.

Belajar sebagai kebutuhan untuk perubahan, Banyak orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Adalagi yang secara khusus mengartikan belajar. Banyak yang mempertanyakan apakah dengan belajar semacam itu orang menjadi bertumbuh dan berkembang? Banyak macam kegiatan yang dapat digolongkan kepada belajar mencari arti sebuah kata dalam kamus, mengingat, menghafal puisi, membaca pelajaran, menalaah ulang pelajaran yag diperoleh dari guru di sekolah, mempersiapkan pelajaran yang akan dipelajari untuk minggu depan, membuat ringkasan, atau resume, berdiskusi dengan teman, mengenai bagian pelajaran yang telah diterapkan guru di sekolah, memperhatikan alam dan lingkungan.

Tingkah laku belajar yang dilakukan di atas, merupakan kegiatan harian, sehingga lama kelamaan dalam dirinya akan terjadi suatu perubahan dalam diri orang yang belajar. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pandai yang semula tidak bisa mengerjakan suatu pekerjaan, akhirnya bisa mengerjakan atau bahkan mampu memberi petunjuk kepada temannya. Sebelum belajar ia tidak bisa membaca, lalu mampu menulis dan mengarang. Semua yang terjadi itu telah merubah keadaan jiwa dan motorik peserta didik, sehingga ia memiliki keadaan yang jauh berbeda dengan keadaan sebelum belajar. Belajar menyebabkan terjadinya perubahan pada peserta didik.

Dari kegiatan atau tingkah laku belajar di atas dapat ditelaah bahwa ada kegiatan psikis dan pisik yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensip dan integral. Sebagai contoh dapat dipaparkan, bila seseorang membaca artikel baru, maka jiwanya setuju kepada simbol bahasa dalam bentuk tulisan dan panca indera matanya menelusuri kata demi kata serta kalimat demi kalimat. Setelah ia selesai membaca artikel tersebut, dalam dirinya terjadi perubahan yaitu bertambahnya wawasan, kepercayaan diri, gembira, senang, dan punya nilai emosional, lahirlah integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, kepekaan sosial, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan dan penguasaan diri dan makin tinggi minat untuk mempelajari buku-buku dan sebagainya.

Dalam psikologi anak dikatakan bahwa hal-hal yang tidak sama dengan sebelum belajar disebut perubahan atau modification. Perubahan ini secara psikologis menetap pada orang yang belajar, karena dalam dirinya telah terbentuk suatu habit atau kebiasaan tertentu bila berhadapan dengan sesuatu yang hendak dipelajari. Dalam psikologi belajar hal ini disebut stimulus (rangsangan) dari luar diri mengenai dirinya dan bagian-bagian tubuhnya, kemudian merespon terhadap stimulus tadi maka terjadilah suatu proses psikis dan fisis dalam dirinya. Hasil dari proses ini terjadilah berbagai kegiatan dalam otaknya misalnya mengasosiasikan, membedakan, menyerap yang dibantu oleh sistem persyarafan.

Atas dasar ciri perubahan terjadi pada diri orang yang belajar maka semua defenisi belajar yang dikemukakan oleh ahli psikologi belajar menjadikan perubahan ini sentral dari defenisinya. Maka terdapatlah berbagai definisi belajar yang dikemukakan para ahli seperti menurut Syaiful dan Aswan (2014:5) “Belajar adalah perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi”. Sedangkan menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2011:2) menyatakan bahwa “belajar adalah proses dimana tingkah laku di timbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.

Adapun secara lebih rinci bahwa belajar membawa perubahan pada tiga aspek seperti yang dikemukaan Bloom dan Krath Wohl yaitu :
1. Kognitif
Kognitif terdiri 6 kata yaitu ;
a. Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b. Pemahaman (menginterpretasikan)
c. Aplikasi (menggunakan konsep, memecahkan masalah)
d. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
e. Sintesis (menggabungkan nilai, metode, ide dll)
f. Evaluasi (membagikan nilai, ide, metode dll)

2. Afektif
Afektif terdiri dari 5 tingkatan;
a. Pengenalan (ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu)
b. Meresepon (aktif berpartisipasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai)
d. Pengorganisasian (menghubung-hungkan nilai-nilai yang dipercayai)
e. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup)
3. Psikomotorik
Psikomotorik terdri dari 5 tingkatan ;
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketapatan (melakaukan gerak dengan benar)
d. Perangkaian (melakaukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)

Ternyata aspek pengembangan peserta didik kapanpun dan di manapun butuh perubahan dan itu melalui belajar (baca tulis) akan membawa perubahan (behavior change dan knowledge) yang pada intinya mewujudkan kecakapan baru. Perubahan terjadi karena usaha yang disengaja. Pendidik dituntut memperhatikan faktor-faktor yang bersumber dalam diri peserta didik sendiri, baik fisiologis maupun psikologis.

Pendidik harus tanggap dengan kondisi psikis peserta didik dan berupaya mengatasinya. Dan peserta didik dalam memberi nilai atau hasil belajar apakah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah pisikomotorik memang sangat relatif. Lantaran itu pendidik biasanya menggunakan alat ukur yang bentuknya teknik tes atau non tes, tergantung pada apa yang hendak diukur, atau informasi apa yang akan dikumpulkan.

(Ade Nur Khakim adalah Mahasiswa Universitas Peradaban Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Tinggal di Dukuh Mingkrik, Tonjong, Brebes)