![]() |
![]() |
|
SETIAP manusia mengharapkan pertumbuhan dan perkembangan dari waktu ke waktu, baik itu perkembangan yang muncul dari diri pribadi manusia itu sendiri maupun dari luar.
Perkembangan mental merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Terutama pada peserta didik yang bisa kita bilang adalah seorang siswa/siswi dari tingkat SD/MI – SMA/MA/SMK yang kadang masih memiliki mental yang kurang maka harus ditekankan pendidikan mentalnya.
Mental pertumbuhan (growth mindset) harus didorong sedemikian rupa untuk dimiliki oleh generasi bangsa melalui proses pendidikan. Perkembangan Mental Pada Remaja atau Peserta Didik adalah suatu proses yang kekal dan tetap dan menuju kea rah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan dan belajar dalam menyesuaikan diri yang serius mengakibatkan kemampuan tertentu dan pencapaian tertentu pada remaja (Monks, 1984: 2).
Pendidikan mental pada peserta didik adalah suatu kegiatan usaha akan kesadaran yang dilakukan untuk memelihara, melatih, membimbing, dan mengarahkan perserta didik baik batin dan watak pikiran peserta didik yang lebih baik supaya menjadi manusia seutuhnya. Maksud dari manusia seutuhnya adalah manusia yang siap menghadapi tantangan apapun, dimana setiap perkembangan dari tahun ketahun pasti berbeda dari berbagai segi jadi peserta didik mampu menghadapinnya.
Abad ke 21 menjadi tantangan besar untuk memberikan pendidikan mental pada peserta didik apalagi di antara tahun 2021 dan 2022 ini perkembangan teknologi semakin cepat dan adanya virus Covid-19, maka dari itu pendidikan mental pada peserta didik harus ditekankan dan selalu di sosialisasikan kepada orang tua dan pendidik agar bisa menerapkan pendidikan mental kepada perserta didik.
Pendidikan mental pada peserta didik di abad ke 21 ini harus lebih ditekankan dalam artian ditekankan bukan setiap waktu harus melakukan pendidikan karakter, akan tetapi dalam peserta didik itu yang ranahnya masih sekolah pendidikan mentalnya selalu disampaikan baik itu oleh orang tua maupun pendidik.
Pembelajaran bukan hanya dilakukan sebagai transfer pengetahuan melainkan kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara aktif beraktivitas dalam upaya membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan potensi yang dimilikinya (Abidin, 2014:1).
Dalam penyampaian pendidikan mental pada peserta didik orang tua maupun pendidik juga harus memahami kondisi peserta didik tersebut dan juga menyampaikan motivasi-motivasi tentang memahami arti pendidikan mental itu baik untuk peserta didik, jangan hanya kita selalu mendidik mental peserta didik tersebut akan tetapi juga memberikan arti tentang pendidikan mental.
Bahan pembelajaran harus memberikan desain yang lebih otentik untuk melalui tantangan di mana peserta didik dapat berkolaborasi menciptakan solusi memecahkan masalah pelajaran. Pemecahan masalah mengarah ke pertanyaan dan mencari jawaban oleh peserta didik yang kemudian dapat dicari pemecahan permasalahan dalam konteks pembelajaran menggunakan sumber daya informasi yang tersedia Trilling and Hood (1999 : 21).
Minder, penakut, rendah diri, iri hati dan pemarah adalah pendidikan mental pada peserta didik di abad ke 21 yang harus dicarikan solusinya agar peserta didik tersebut mendapatkan pendidikan mental terkait hal tersebut.
Perkembangan teknologi harus selalu diimbangi jangan tidak merespon perkembangan teknologi dan juga tetap melaksanakan pendidikan mental pada peserta didik. Pendidikan mental seperti minder, penakut, rendah diri, iri hati dan pemarah salah satunya pasti ada pada peserta didik di abad ke 21 untuk mengatasi hal tersebut bagi orang tua maupun pendidik harus selalu memberikan penjelasan-penjelasan hal tersebut dan juga selalu memberikan solusi saat terjadi minder, penakut, rendah diri, iri hati dan juga pemarah, kalau hal seperti memberikan penjelasan dan memberikan solusi itu bisa dilaksanakan maka pendidikan mental pada peserta didik di abad ke 21 jadi lebih menyenangkan karena peserta didik juga harus tetap mengimbangi adanya perkembangan teknologi.
Kemajuan teknologi telah mempersingkat siklus produksi dan peningkatan produktivitas secara dramatis. Dalam kemajuan dan kecepatan pertumbuhan ekonomi, komputer yang mengambil, menggantikan, atau melengkapi banyak pekerjaan yang dilakukan oleh manusia di berbagai bidang seperti informasi pengolahan dan tugas berdasarkan aturan, mengakibatkan meningkatnya permintaan untuk keterampilan tingkat tinggi (Levy dan Murnane, 2004).