Saatnya Merubah Pola Pikir Tanam
--None--
Jumat, 16/07/2021, 12:14:53 WIB

SALAH satu kendala terbesar pertanian sekarang, adalah musim penghujan yang tidak menentu. Petani bingung kapan harus menanam, terutama bawang merah yang selalu membutuhkan air setiap hari. Inilah mungkin yang sekarang menjadi permasalahan serius yang terjadi di Kabupaten Brebes, dimana mempunyai produk unggulan yaitu bawang merah.

Musim tanam bawang merah biasanya dilakukan petani pada musim awal penghujan, karena petani memprediksi cadangan air akan selalu ada dan melimpah. Tentu hal ini akan beda kasus jika ada area irigasi dan bendungan yang memadai untuk mengakomodasi semua petani.

Faktanya adalah tidak. Aliran air yang melimpah hanya lancar dan tersedia di Brebes bagian selatan. Air irigasi tidak merata sampai ke Brebes bagian utara. Ketika musim tanam tiba dan ternyata air irigasi tidak sampai, serta musim hujan juga tersendat. Maka biasanya solusi dari petani biasanya yaitu membuat sumur bor.

Tentu kondisi ini tidak ideal demi keberlangsungan petani bawang. Tidak hanya membutuhkan modal yang lebih banyak, namun juga ketergantungan akan air juga membuat petani akan selalu merugi. Belum lagi ketika musim panen tiba, tentu harga akan langsung anjlok tidak karuan.

Bulan bulan kedepan sampai dengan Desember semestinya merupakan bulan bulan masa persiapan tanam bawang. Tetapi jika melihat tahun tahun kebelakang justru masa tanam bawang ada sekitaran bulan februari. Dugaan ada perubahan iklim dan mundurnya masa tanam semestinya perlu diketahui oleh petani supaya lebih melek lagi dengan perkembangan zaman. Sudah tidak bisa lagi mengandalkan kalender jawa dalam menanam.

Anomali

Dilema memang, potensi Kabupaten Brebes sangatlah besar. Dari hasil pertanian dataran tinggi-dataran rendah, bahkan sampai ke kawasan pesisir semua ada. Baru-baru ini bahkan ada kabar bahwa kualitas garam dari Brebes masuk dalam kelas industri yang baik. Kenapa menjadi dilema?. Hal ini karena data tingkat kemiskinan di Kabupaten Brebes relatif masih tinggi.

Fakta data di lapangan menurut data BPS Kabupaten Brebes yang bisa diakses oleh siapapun (open access) menunjukan fakta bahwa hasil pertanian, holtikultura, peternakan, perikanan, hasil-hasil buah-buahan dan hasil-hasil produksi lainnya semuanya mengalami tren peningkatan sampai dengan 2020. Namun, apakah potensi-potensi ini tidak bisa menurunkan angka kemiskinan. Memang seharusnya perlu upaya keras dalam kerja bersama-sama demi tercapainya target yang diinginkan.

Kembali ke potensi pertanian, khususnya bawang merah. Jika melihat fakta demografi kependudukan bahwa mayoritas petani kita adalah petani yang sudah berumur tua dan dengan pemuda yang relatif lebih memilih kerja di swasta/pabrik, maka kedepan sumberdaya petani kita akan mengalami penurunan. Dampak jangka panjangnnya tentu berimplikasi kepada produksi hasil pertanian yang menurun.

Peran stakeholder pemerintah

Dalam upaya memberdayakan petani yang melek akan perkembangan zaman, perlu sekiranya pemerintah daerah melalui para penyuluh-penyuluh pertanian memberikan gambaran yang nyata akan bahwa adanya pergeseran musim. Jika menelisik data BMKG, wilayah Jawa Tengah merupakan daerah yang dikategorikan sebagai daerah dengan potensi curah hujan rendah. Apa artinya?.

Berarti perlu ada langkah-langkah strategis supaya roda bercocok tanam dan dapur petani dapat ngebul. Jangan sampai ada kehilangan momentum tanah sawah menjadi kering dan nela serta tidak produktif.

Adanya institusi kampus-kampus yang menjadi gudangnya pengetahuan, juga harusnya mampu memberikan kontribusi nyata terhadap produktifitas petani di kota sentra bawang merah ini.

Praktik-praktik skala laboratorium harus mampu diimplementasikan ditataran lapangan. Inovasi-inovasi pertanian perlu digalang dan diciptakan, agar estafet ketahanan pangan tetap berkelanjutan. Akademisi bangga, petani pun senang.

(Rizmoon Nurul Zulkarnaen, M.Si adalah Pemerhati Lingkungan dan Ketahanan Pangan. Anak petani putra daerah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang sudah berkarya di Pemerintah Pusat ini, tinggal di Jalan Ir. Juanda No 13 Kota Bogor, Jawa Barat)